26.Tentang kepergian dan kehilangan

248 62 19
                                    

''Ibuku sayang, masih terus berjalan, walau langkah kakimu, penuh darah penuh nanah.''

.

Hari ini Anrez kembali tidak masuk sekolah. Entah apa alasannya, tapi sejak masuk tadi sampai sekarang bel pulang sudah berbunyi, Tiara tidak melihat keberadaan laki laki itu sama sekali. Apa Anrez masih sangat membencinya sampai tidak ingin bertemu dengannya lagi? Ia tau kalau perkataannya waktu itu sangat keterlaluan, tapi Tiara seperti tidak punya pilihan lain untuk membuat Anrez menjauhinya.

Setelah kejadian itu, ia sama sekali tidak pernah bertukar kabar lagi dengan Anrez. Bahkan hanya untuk sekedar menyapa lewat tatapan mata saja, Anrez seperti enggan melakukannya. Tiara selalu bisa melihat luka di mata pemuda itu saat menatapnya. Dan beberapa hari ini ia melihat luka memar bahkan berdarah di beberapa bagian tubuh Anrez. Dan itu sering terlihat di jidat dan bibirnya.

Apa Anrez berkelahi?

Sebelum dengannya, Tiara tidak pernah melihat laki laki itu berkelahi sampai bonyok begitu. Bahkan pukulannya saja tidak sampai membuat Anrez babak belur separah itu.

Jadi siapa orang jahat yang sudah membuat Anrez menjadi nakal? Tiara yakin orang itu sudah memengaruhi pikiran Anrez agar menjadi anak nakal lagi.

Sebenarnya, sebelum mereka berbaikan, Tiara tidak pernah merasakan hantaman tangan Anrez. Laki laki itu tidak pernah benar benar memukulnya dengan tenaga. Hanya mungkin menjegal kakinya, menarik rambutnya walaupun tidak terlalu kuat dan menepuk pipinya. Anrez itu tidak pernah menyakiti fisiknya sama sekali menurut Tiara. Walaupun jika dilihat oleh orang lain, Anrez dan Tiara itu berkelahi sungguhan.

Tiara yakin ada masalah besar yang sedang dialami pemuda itu yang ia sendiri tidak tahu. Tiara ingin tau, dan Tiara ingin menemui Anrez. Tapi apakah mungkin kalau dia nekat menemui pemuda itu? Pasti ujung ujungnya Anrez akan mengusirnya.

Anrez sudah terlanjur membencinya, kan?

Beberapa saat ia masih termenung di kelas, bu Ani memutup pembelajaran hari itu lalu keluar sambil membawa buku bukunya. Baru saja para murid ingin berlari keluar, beberapa anak osis memasuki kelas sambil membawa kotak kardus berisi uang.

Kebetulan yang memasuki kelas IPA 4 ini adalah sang ketua osis, Nuca dan seorang anak laki laki yang sepertinya anggota osis juga.

''Maaf sebelumnya, kami dari pengurus osis SMA Garuda ingin meminta waktu teman teman semua sebentar.'' Ucap Nuca selaku ketua osis dan pembicara saat ini. Sedangkan temannya yang lain berdiri sambil memeluk kardus itu dalam diam.

Nuca melirik Tiara sebentar yang dibalas tatapan bingung gadis itu, ''Sehubungan dengan berita duka yang baru saja kita dapat dari keluarga teman kita, Muhammad Anrez Adelio,--'' Nuca menggantungkan ucapannya. Ia menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan, kembali ia menatap Tiara yang seketika menegang saat mendengar nama Anrez di sebut. ''--teman teman semua diminta untuk memberikan sumbangan seikhlasnya bagi yang berkenan atas meninggalnya tante Rinjani, mama dari teman kita, Anrez.''

BRAK!

''Ti!''

Kedua mata Tiara seketika memanas, ia berdiri sambil mendorong mejanya kuat kuat lalu berlari keluar mengabaikan teriakan Nuca dan pandangan teman teman di kelasnya.

Jadi ini jawaban dari kehawatiranya pada Anrez tadi? Pantas saja laki laki itu tidak berangkat sekolah. Tiara yakin Anrez pasti sedang bersedih, dan pemuda itu membutuhkan teman untuk bisa menghibur rasa sedihnya. Walaupun Tiara tidak yakin kalau Anrez akan menerimanya. Tapi paling tidak, ia bisa melakukan sesuatu untuknya.

Eccedentesiast (Anrez & Tiara) [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang