Epilog

328 49 42
                                    

''Menangis dan tertawa adalah dua hal yang tidak bisa dibedakan. Kadang kau menangis karena terlalu banyak tertawa, tapi juga terkadang kau tertawa karena terlalu banyak menyimpan luka.''

.

Selesai. Semuanya seolah berakhir kala jasad Tiara selesai dimakamkan dengan layak. Kini hanya tinggal rasa sesak yang masih begitu terasa seolah memilih abadi di dalam kepiluan. Mengabaikan jeritan histeris Luna yang berakhir pingsan di pelukan suaminya. Desisan penuh kerinduan dari Lyodra dan Ziva yang hanya mampu diucapkan lewat air mata dan isakan pelan.

Juga helaan nafas penuh kehilangan dari seorang Verrel yang terdengar merenggut dominasi sejenak.

Satu persatu para pelayat mulai meninggalkan area pemakaman setelah menyampaikan rasa bela sungkawa mereka untuk yang kesekian kalinya setelah kepergian Tiara. Kini hanya tersisa Anrez dan Nuca di makam yang sudah terisi raga Tiara di dalamnya.

Anrez memukul dadanya berulang kali, mencoba menghalau rasa sesak yang merenggut ketenangannya secara tak terduga. Ini perasaan yang begitu asing, karena untuk pertama kalinya Anrez merasa terluka tanpa tau caranya menangis untuk mencurahkan lukanya sendiri.

Tidak ada air mata sedikitpun, Anrez seolah menahan semuanya di dalam keheningan. Padahal yang terjadi justru ia tengah berusaha keras menemukan cara untuk bisa menangis seperti yang lain. Ia kehilangan, sangat. Tapi ia juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri yang tidak bisa mengeluarkan setetes air mata pun dari kedua netranya.

Hanya sesak dan sakit yang begitu terasa menyiksa batinnya secara perlahan.

''Kalau lo udah selesai lo bisa pulang, gue duluan.'' Ucap Nuca sambil berdiri tanpa menampilkan ekspresi apapun di wajahnya. Ia tidak membenci Anrez sama sekali, ia hanya---

Belum siap kehilangan Tiara secepat ini.

''Dari Tiara, semoga lo cepat baik baik aja setelah ini.'' Ucapnya seraya memberikan sebuah amplop putih yang Tiara berikan beberapa hari yang lalu padanya.

Anrez menatap amplop itu sejenak kemudian mengambilnya dari tangan Nuca tanpa berucap apapun. Setelahnya Nuca berlalu begitu saja.

Mungkin, mencoba menghibur diri sendiri adalah yang akan Nuca lakukan saat ini.

Anrez menatap batu nisan bertuliskan nama Tiara beserta tanggal lahir dan tanggal kematiannya. Rasanya kenapa seperti mimpi? Seperti Tiara masih ada di sini dan dalam keadaan baik baik saja.

Atau memang Tiara-nya ada di sini, dan sudah terlepas dari segala rasa sakitnya?

''Ti, kalau kamu memang ada di sini, aku mau minta maaf sama kamu.''

''Maaf buat segalanya, buat kesalah pahamanku, buat keegoisanku, dan buat semuanya yang aku lakuin yang sering nggak berkenan di hati kamu.''

''Maaf,''

Anrez mengusap nisan milik Tiara lalu menciumnya lama. Setelahnya ia menatap amplop putih di tangannya beberapa saat, lalu memutuskan untuk membukanya segera.

Anrez! Makasih ya udah pernah jadi bagian terbaik di dalam kisahku. Kamu tau? Aku seneeeeeengg banget bisa kenal dan pacaran sama kamu! Ya, walaupun nggak lama dan kita harus putus karena masalah yang nggak aku tau itu apa.

Eccedentesiast (Anrez & Tiara) [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang