9.Renang

231 48 10
                                    

''Lo peduli atau cuma kasihan?''

.

Anrez dan Tiara masih berdiri di tempat yang sama. Memandang langit biru di atas mereka tanpa mengucapkan apapun. Kesunyian kembali mengambil alih waktu sekarang. Dan lagi lagi Anrez tidak menyukainya. Setelah pertanyaan Tiara tadi, ia tidak tahu harus bicara apa. Dia tidak tahu kondisi keluarga Tiara itu seperti apa, tapi dilihat dari raut wajah Tiara, sepertinya gadis itu sangat tertekan dengan keadaannya.

Sebelah tangan Anrez merasakan ada setetes air mendarat. Rupanya Tiara kembali menangis dan air matanya tak sengaja tertiup angin yang lumayan kencang dari atas sini. Melihat Tiara bisa diam adalah harapan Anrez dari dulu. Tapi jika diamnya Tiara seperti ini, dia malah jadi kasihan. Entah apa yang ada di pikiran gadis itu, tapi Anrez merasa Tiara butuh teman untuk bicara.

Beberapa saat masih hening. Anrez membiarkan Tiara tenang dengan dunianya dulu setelah itu ia membawa Tiara agar duduk di atas sofa yang ada.

''Lo lagi ada masalah?'' tanya Anrez hati hati.

Terlihat Tiara tengah menghapus air matanya dengan lengan kemejanya sendiri.

''Keluarga gue berantakan, Rez.'' gumam Tiara, sangat lirih. Namun untungnya suasana sepi diantara mereka membuat Anrez bisa mendengar dengan jelas setiap ucapan Tiara.

Anrez menoleh menatap Tiata tanpa ekspresi. Tiara hanya diam di tempatnya dengan tatapan Sendu yang mengarah lurus ke depan. Tidak tahu apa yang Tiara lihat, tapi seolah tatapan Tiara menyiratkan kalau ada yang terluka didalam dirinya.

Anrez tidak menjawab, dia menunggu Tiara melanjutkan ucapannya.

''Gue nggak tau sebenarnya gue ini apa di mata mereka.'' Tiara bicara dengan nada suara yang bergetar, entah disadari atau tidak Anrez terenyuh mendengar suara Tiara.

''Orang tua gue selalu sibuk kerja dan nggak peduli sama gue. Kemarin mereka sempat berantem lagi karena gue diskorsing 3 hari, padahal gue udah ceritain semuanya tapi mereka nggak percaya. Puncaknya tadi pagi, mama bawa semua barang barangnya dan naik taksi entah pergi kemana. Sampai sekarang sama sekali nggak ada kabar, dan papa seolah nggak peduli. Dia malah mikirin perusahaannya yang katanya lagi dapat klien besar. Gue nggak habis pikir sama sifat papa dan mama, sebenarnya gue ini anak siapa sih?'' ucap Tiara. Ia yakin ia bicara dengan orang yang tepat, walaupun ia dan Anrez sangat sering bertengkar tapi ia tau Anrez itu anak yang baik. Dan jauh didalam dirinya, hati kecilnya merasa sedikit lega setelah bebannya berkurang.

Anrez kini menatap Tiara dari samping. Wajah es batunya itu kini menampilkan sedikit ekspresi sendu sambil terus memperhatikan Tiara.

''Salah nggak sih Anrez, kalau gue marah?'' tanya Tiara membuat lamunan Anrez buyar seketika. Anrez mengontrol ekpresi wajahnya kembali ke mode biasa.

Anrez tidak tahu harus menjawab apa. Dia bisa menjadi pendengar yang baik tapi kalau untuk memberikan nasihat, Anrez bukan ahlinya. Dia saja terkadang sulit menasihati dirinya sendiri. Anrez menatap Tiara lekat lekat lalu tersenyum tipis. Sangat tipis bahkan hampir tak terlihat.

''Ti, kadang yang terbaik menurut lo belum tentu yang terbaik menurut orang lain. Dan hasilnya, lo nggak tau akan gimana. Mungkin orang tua lo mau yang terbaik buat lo walaupun cara mereka salah. Tapi lo bisa lihat dari sisi baiknya 'kan?'' ujar Anrez. Tiara mengedipkan kedua matanya lucu sambil menatap Anrez. Ia kagum melihat Anrez yang sebijak ini, biasanya 'kan yang keluar dari bibir Anrez itu sejenis umpatan semua kalau bertemu Tiara.

Eccedentesiast (Anrez & Tiara) [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang