''Hidup itu bukan perihal datang dan pergi saja, tapi siapa yang datang, bertahan, menerima dan tidak pernah memutuskan untuk pergi lagi.''
.
Nuca menggendong Tiara lalu membaringkan gadis itu di atas tempat tidur. Ia panik, khawatir, dan bingung dengan apa yang terjadi pada sepupunya itu. Tidak biasanya Tiara mimisan dengan darah yang begitu banyak sampai hampir pingsan seperti ini. Sejak kecil Tiara memang sering mimisan, tapi hanya sedikit dan dari salah satu lubang hidung saja. Tapi ini dua duanya mengeluarkan darah, membuat Nuva panik setengah mati.''Ti, lo kenapa sih?'' gumamnya. Ia segera menyelimuti Tiara yang terlihat menggigil karena badannya basah. Setelah itu ia nyaris beranjak untuk mencari seseorang yang bisa di mintai tolong.
Tapi Tiara keburu berseru lirih, ''Ca, jangan.'' Ucapnya.
Nuca lantas berhenti lalu berbalik, ''Kenapa? Gue mau cari bantuan dulu biar lo bisa ke rumah sakit.'' ucap Nuca.
Tiara menggeleng, ''Enggak, gue nggak apa apa. Jangan kasih tau siapa pun,'' ucap Tiara.
Nuca beranjak duduk di sebelah Tiara, ''Ti, lo harus di periksa. Gue nggak mau lo kenapa kenapa,'' ucapnya pelan.
''Gue nggak apa apa kok, jangan kasih tau ayah bunda ya, terutama bang Sam. Gue nggak mau mereka khawatir,'' jawab Tiara lemah. Tenaganya terkuras sangat cepat, dan hawa dingin yang ia rasakan juga semakin menusuk apalagi ditambah baju bagian bawahnya basah.
''Ti, lo kenapa sih?'' tanya Nuca.
''Gue nggak apa apa, cuma kecapekan aja seperti biasanya.'' Ucap Tiara. Gadis itu melirik kearah jam dinding, ''Ca, gue harus ketemu kak Randy.'' Ucap Tiara sembari mencoba bangkit.
Nuca menahan kedua bahu Tiara agar gadis itu berbaring lagi, ''Nggak ada, lo istirahat di sini. Di cancle aja dulu, lo masih sakit.'' ucap Nuca.
''Ca, kasian dia pasti udah nungguin. Lagian gue udah nggak apa apa kok, ya?'' mohon Tiara.
''Ti, gue khawatir sama lo.'' Ucap Nuca pelan.
Tiara tersenyum, ''Iya, gue tau kok. Tapi gue udah baik baik aja, Ca. Gue nggak mau kak Randy kecewa karena gue.'' ucap Tiara. Ia bangun lalu duduk tepat di depan Nuca.
''Sesayang itu lo sama dia?'' tanya Nuca. Andai Tiara tau kalau laki laki yang sedang ia pacari sekarang ini adalah kakaknya Anrez, bagaimana reaksi Tiara nantinya?
Tiara tidak menjawab pertanyaan Nuca, ''Lo sayang sama gue, kan?'' Tanya Tiara. Nuca mengangguk pelan, ''Kalau gitu gue mohon, jangan kasih tau ini ke siapapun, dan biarin gue ketemu kak Randy sekarang.''
* * *
Saat ini, semua terasa berbeda bagi Anrez. Biasanya ia akan mengganggu Tiara saat mereka sedang bertemu. Atau mengusili gadis itu lewat chat. Tapi semenjak Tiara memutuskan untuk menjauh darinya, Anrez merasa hampa.
Benar kata kakeknya dulu, jangan jadikan seseorang sebagai dunia untukmu. Karena saat kamu kehilangan orang itu, duniamu pun akan ikut hilang. Belum sempat memiliki dunianya, Anrez bahkan sudah kehilangan itu. Baru 2 minggu ia tidak berbaikan dengan Tiara, tapi rasanya seperti sudah bertahun tahun. Mereka menjadi asing. Padahal dulu entah apa masalahnya mereka akan selalu bertengkar di manapun mereka bertemu.
Tapi sekarang, jangankan untuk bertengkar. Hanya untuk saling bertegur sapa pun rasanya sulit. Tiara menghindarinya, dan dirinya tidak punya cukup keberanian untuk menyapa Tiara lagi.
Semua karena peristiwa 2 hari yang lalu. Saat Anrez untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di kelas IPA 4 setelah meminta ijin beberapa hari. Bukan tanpa alasan Anrez ijin dari kelasnya, ia belum siap bertemu Tiara. Bagaimana jika nanti ia bertemu gadis itu saat Tiara bersama Randy? Ia yakin hatinya belum siap sepenuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast (Anrez & Tiara) [✔]
FanficBagaimana jika seorang wakil ketua osis terhormat seperti Anrez harus berurusan dengan murid nakal seperti Tiara? Muhammad Anrez Adelio, laki laki dengan segala sifat dinginnya, terpaksa mengikuti perintah Raja Giannuca untuk memaksa Mutiara Glassi...