''Bagaimana aku tau bahagia jika saat menangis dan tertawa rasanya sama saja.''
.''Kamu yakin mau sekolah hari ini, Ra?'' Randy bertanya seraya memasukkan beberapa buku dan peralatan sekolah milik Tiara ke dalam ransel gadis itu.
Nuca yang tengah mengikatkan tali sepatu Tiara ikut mendengarkan. Ia mendongak menatap Tiara yang duduk di atas ranjang dengan kaki menggantung ke bawah.
''Iya, Ti. Mending istirahat dulu deh, besok atau lusa baru lo berangkat lagi.'' Ujar Nuca menyarankan. Meski ia tau kalau Tiara bukan tipe gadis penurut.
''Yakin. Gue udah baik baik aja kok. Kalian tenang aja, gue kan kuat.'' Tiara menjawab dengan semangat. Meski tidak bisa dipungkiri kalau wajahnya masih terlihat pucat dan ia masih lemah.
Randy berjalan mendekat membawa ransel milik Tiara.
''Kalau nanti kamu ngerasa pusing atau ada yang sakit bilang sama aku atau nggak sama Nuca ya. Nggak boleh diem aja.'' Ucap pemuda itu sembari memasangkan ransel Tiara ke kedua pundak gadis itu.
Beberapa hari ini Tiara diperlakukan seperti ratu oleh kedua laki laki itu. Sepupu dan mantan pacarnya. Meski awalnya Tiara menolak karena ia merasa keduanya berlebihan, tapi semakin lama Tiara merasa kalau ketulusan Nuca dan Randy memang ia butuhkan. Tiara merindukan Raka dan Samuel yang sudah berhari hari tidak pernah ia temui. Samuel yang sibuk dengan magangnya di luar kota tidak bisa dihubungi setiap saat, sedangkan Tiara terlalu takut untuk datang ke penjara menemui Raka.
Selama beberapa hari itu juga Lyodrs dan Ziva tidak lagi terlihat oleh matanya. Mungkin kedua gadis itu memang sudah tidak menginginkannya sebagai sahabat mereka lagi. Meski Tiara sangat berharap jika kesalah pahaman itu bisa segera berakhir.
Anrez, kata Nuca, Anrez benar benar sudah berubah. Menjadi kasar, suka mabuk, merokok, bahkan Anrez sering terlibat balapan liar di jalanan. Anrez mengundurkan diri dari jabatannya sebagai wakil ketua osis padahal hanya tinggal beberapa bulan lagi tugasnya selesai. Tiara sudah diberitahu mengenai hubungan persaudaraan Anrez dan Randy. Tapi tidak dengan Verrel, Randy merasa Verrel harus memberitahu Tiara sendiri nanti di lain waktu.
''Iya, makasih ya kalian baik banget sama gue.'' Ucap Tiara tulus. Gadis itu bangkit berdiri lalu berjalan keluar dengan dikawal oleh Nuca dan Randy.
* * *
Mobil milik Nuca berhenti di parkiran siswa pukul 06.30 tepat. Disusul motor Randy yang membawa pemiliknya sampai SMA Garuda dengan selamat. Nuca dan Randy turun bersamaan dari kendaraan masing masing. Setelahnya mereka mendekati satu pintu mobil di sebelah pengemudi dan membukakan pintu untuk Tiara.
Sebenarnya bukan kemauan Tiara untuk diperlakukan seperti itu. Tadi ia sedang mengambil ikat rambutnya yang jatuh di kursi belakang dan lupa jika sekarang ia punya dua bodyguard yang begitu menyayanginya. Bahkan Nuca yang tidak pernah memakai mobil pun dengan suka rela mengendarai kendaraan beroda empat itu hanya demi Tiara tidak kedinginan di jalan.
''Silakan, tuan putri.'' Ujar Randy sembari tersenyum manis mengiringi langkah Tiara.
''Makasih pangeran pangeranku, tapi lain kali jangan gini yaa. Titi 'kan jadi malu.'' Ucap gadis itu dengan ekspresi dan senyuman yang terlihat tidak ikhlas.
''Kan udah pakai baju, kok malu?'' Tanya Nuca.
''Gobloknya natural bawaan alam.'' Cibir Tiara lalu berjalan duluan meninggalkan kedua lelaki yang lebih tua darinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast (Anrez & Tiara) [✔]
FanfictionBagaimana jika seorang wakil ketua osis terhormat seperti Anrez harus berurusan dengan murid nakal seperti Tiara? Muhammad Anrez Adelio, laki laki dengan segala sifat dinginnya, terpaksa mengikuti perintah Raja Giannuca untuk memaksa Mutiara Glassi...