Chapter 7

1.7K 118 7
                                    

Hari ini Naira sudah diperbolehkan untuk pulang. Tapi kali ini berbeda, karena Siska menyuruh Naira untuk pulang kerumah suaminya. Kesal? Tentu saja, padahal dia berniat untuk menjauh dari Dokter muda itu. Tapi sekarang dia akan tinggal satu atap dengan Dokter muda itu.

"Sayang, Mommy sudah beresin semua barang barang kamu," ucap Siska. Sekarang mereka masih di rumah sakit, dan Naira menunggu Farzan yang masih diruang oprasi.

"Mom, Naira gak mau tinggal serumah dengan Dokter itu," rengek Naira.

"Gak kamu sudah setuju dengan pernikahan ini, dan sebagai seorang istri kamu harus pulang ke rumah suamimu," ucap Siska tidak terbantahkan.

Naira mendengus kesal, "Terserah Mommy deh," pasrahnya dan tentu saja Siska tersenyum senang. Sebenarnya dia kesepian dirumahnya, tapi tadi pagi dia mendapatkan kabar bahwa Adiknya akan pulang dari Singapura. Jadi dia tidak kesepian lagi.

Siska yang melihat ekspresi cemberut putrinya hanya bisa tersenyum. "Naira dengarkan Mommy, kamu harus menerima Farzan sebagai suami kamu," ucap Siska.

"Kamu juga harus mematuhi semua perintah suami kamu, karena sekarang Surgamu berada pada suami kamu. Dan juga kamu mempunyai kewajiban untuk melayani suami kamu, kamu mengerti kan sayang?" Lanjut Siska.

"Iya Naira ngerti Mom," ucap Naira, tapi di dalam hatinya dia mengumpat dengan pernikahan ini. Dia terlalu muda untuk membina rumah tangga.

Ceklek

Pintu ruangan tersebut terbuka, membuat Siska dan Naira menoleh secara bersamaan untuk melihat siapa yang datang.

"Sebaiknya kita pulang sekarang," ucap Farzan yang masih berdiri diambang pintu. Benar, orang itu adalah Farzan.

"Baiklah sayang, sekarang kamu pulang dengan Farzan ya," ucap Siska kepada Naira.

"Yaah Mommy, bisa gak Naira pulang kerumah dulu?" Tanya Naira, pasalnya dia malas untuk pulang kerumah Dokter muda itu.

"No, kamu harus pulang dengan Farzan!" Tolak Siska membuat Naira berdecak kesal.

"Ck iya iya," ucap Naira lalu beranjak dari duduknya.

Sedangkan Farzan, dia mencium tangan Siska. "Kita pulang dulu Mom, jaga diri Mommy baik baik ya," pamitnya.

"Iya kamu juga, maaf kalau putri Mommy buat kamu kurang nyaman. Memang seperti itu sifatnya," ucap Siska.

Farzan tersenyum maklum, ya dia sudah tau dengan sifat istrinya. Menurutnya itu tidak masalah, dia menerima semua kekurangan dan kelebihan istrinya. Secara perlahan dia akan membimbing istrinya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

"OM DOKTER CEPETAN DONG," teriak Naira yang sudah berdiri di ambang pintu dengan berkacak pinggang.

Siska dan Farzan mengangkat sebelah alisnya, mereka tidak salah dengar? Dengan panggilan Naira.

"Om Dokter?" Beo Siska dan Farzan.

"Ck, dia kan sudah tua Mom. Jadi aku panggil Om," ucap Naira.

"Astaghfirullah, Naira dia masih muda kenapa kamu manggil Om?" Heran Siska.

"Bodo ah, Naira mau pulang. Ayo Om," ajak Naira lalu keluar dari ruang inap tersebut.

"Mommy minta maaf soal tadi," ucap Siska kepada Farzan. Dia merasa bersalah karena putrinya memanggil Farzan dengan sebutan Om.

"Tidak apa Mom, Farzan ngerti kok. Kalau begitu Farzan pamit ya Mom, Assalamualaikum," pamitnya lalu melangkahkan kakinya menyusul istri kecilnya.

"Waalaikumsalam. Ya Allah berilah kebahagiaan dalam pernikahan mereka, Aamiin," batin Siska.

•••♡•••

Hanya memerlukan waktu dua puluh menit untuk sampai di rumah Farzan. Naira sempat terpana dengan rumah Farzan, bagaimana tidak rumahnya megah dan besar. Dia pikir Farzan hanya Dokter biasa yang bekerja di rumah sakit. Tapi setelah Farzan bercerita kalau dialah pemilik rumah sakit tersebut.

"Ayo keluar," ucap Farzan membuyarkan lamunan Naira.

Naira membuka pintu mobil tersebut, setelah itu dia langsung pergi masuk ke dalam rumah. Tidak peduli ini rumah siapa, tapi yang pasti dia malas berbicara dengan Om Dokter itu dan mirisnya adalah suaminya.

"Naira, tunggu. Bantuin saya untuk membawa barang milik kamu," ucap Farzan menghentikan langkah kaki Naira.

"Lo kan cowok, jadi lo bisa dong bawa itu semua. Sama istri sendiri kayak gitu," kesal Naira. Lalu dia melanjutkan langkahnya kembali.

Farzan tersenyum lebar, tanpa Naira sadari bahwa dia sudah menganggap Farzan sebagai suaminya.

"Baiklah, sesuai dengan permintaan istriku. Aku yang akan membawa semua barang ini," gumamnya lalu dia mulai membawa semua barang milik Naira. Sebenarnya Naira hanya membawa dua koper saja, dan itu pun hanya berisi baju miliknya.

"Astaghfirullah, berat juga nih koper," gumam Farzan saat menarik dua koper itu.

Sesampainya diruang tamu, Farzan melihat Naira yang sudah tertidur pulas di sofa. Dia tersenyum geli saat melihat istrinya yang cepat tertidur. Padahal tidak sampai sepuluh menit istrinya sudah tertidur. Mungkin karena kelelahan saat diperjalanan tadi.

Farzan melangkahkan kakinya untuk meletakkan kopernya terlebih dahulu di dalam kamarnya. Setelah itu dia turun kebawah. Dia berniat untuk membangunkan istrinya agar tidak tidur di sofa.

Saat dia melihat wajah polos istrinya, dia tidak tega untuk membangunkan istrinya. Dengan terpaksa dia menggendong istrinya ala bridal style. Farzan mengangkat tubuh mungil istrinya dengan hati-hati, agar tidur istrinya tidak terganggu.

Setelah itu dia membawanya ke lantai atas, karena kamar mereka terletak di lantai atas. Dengan susah payah dia membuka pintu kamarnya. Setelah itu dia membaringkan Naira di kasur king size-nya. Farzan menarik selimut sampai ke leher Naira.

Dia menatap sebentar wajah polos itu lalu mencium kening Naira dengan lembut.

"Semoga mimpi indah Faizah," bisiknya lalu Farzan keluar dari kamarnya, meninggalkan Naira yang sedang tertidur pulas.

•••☆•••

TBC!

Hai readers, buat kalian yang suka dengan cerita ini tolong bantu promosiin ya.

Chapter ini, adalah chapter istimewa karena aku buat pada tanggal 31 Desember 2021. Hari terakhir di tahun 2021.

Terima kasih buat yang sudah baca dan vote cerita ini^^

See you♡

𝟎𝟐:𝟎𝟎 |𝐀𝐤𝐮 𝐌𝐞𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡?!|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang