Chapter 23

918 74 1
                                    


Sesuai dengan yang diperintahkan oleh Farzan. Naira sudah siap dengan pakaian rapinya dan juga tertutup, tapi dia tidak menggunakan hijab. Sekarang dirinya menunggu Farzan untuk menjemputnya.

Tapi sudah cukup lama Naira menunggu Farzan, sampai akhirnya mobil hitam mewah berhenti di depan gerbang rumahnya.

Naira memutar bola mata jengah, saat mengetahui siapa pemilik mobil tersebut. Dengan langkah malas, dia mendekati mobil mewah milik suaminya itu.

Farzan segera keluar dari mobilnya, dia melayangkan senyuman manis ke arah Naira. Tapi Naira hanya menatapnya datar. Jangan lupakan kalau dia sedang marah kepada Farzan.

Farzan melihat penampilan Naira, memang Naira sudah berpakaian tertutup tapi menurutnya itu kurang karena Naira tidak menggunakan hijab.

Farzan membuka pintu mobil untuk istri kecilnya. Saat Naira sudah duduk manis, dia segera masuk ke dalam mobil.

Dia pun mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan normal.

Naira melirik ke arah Farzan, "Kita mau kemana?" Tanya Naira.

Farzan hanya tersenyum, "Kamu maunya kemana?" Tanya Farzan membuat Naira berdecak kesal.

"Kan Om yang ngajak gue keluar, terus kenapa Om nanya ke gue?!" Kesalnya.

Farzan menghembuskan nafas panjang, dan lagi lagi istrinya manggil dia dengan sebutan 'Om'. Padahal kemarin dia sudah bahagia Naira memanggilnya dengan sebutan 'Mas'.

Merasa tidak ada jawaban, Naira menggerutu kesal lalu memalingkan kepalanya ke arah jendela mobil.

Tak lama kemudian, mobil yang Naira tumpangi berhenti di sebuah tempat. Naira mengeryitkan saat melihat tempat tersebut.

"Ayo," ajak Farzan.

Naira yang masih bingung pun segera keluar dari dalam mobil. Saat sudah berada di luar, seketika senyumannya mengembang saat melihat berbagai macam permainan, dan juga para pedagang makanan.

"Apa kita akan bermain dengan semua permainan ini?" Tanya Naira kepada Farzan.

Farzan hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis. Dia memang memutuskan untuk mengajak Naira ke pasar malam. Dia hanya ingin melihat Naira tersenyum lagi.

Naira memekik senang, lalu dia menarik tangan Farzan menuju salah satu permainan disana.

"Om ayo kita naik itu," tunjuk Naira ke bianglala. Farzan menganggukkan kepalanya.

Mereka mulai menaiki bianglala itu. Naira tersenyum saat bianglala sudah mulai bergerak. Dia tersenyum senang melihat pemandangan pasar malam dari atas.

Farzan ikut tersenyum melihat Naira yang tersenyum senang. Dalam hati kecilnya dia ingin selalu melihat senyuman itu.

Angin berhembus dengan sangat kencang, sehingga membuat rambut panjang milik Naira menutupi wajahnya. Naira mencoba menyingkirkan rambutnya tapi dia kesulitan, karena sekarang dia sedang memegang ponsel.

Farzan yang melihat itu, segera membantu Naira menyingkirkan helaian rambut hitam itu. Naira tersentak saat Farzan tiba tiba mendekat dengan tangan yang menyingkirkan helaian rambutnya.

Dengan jarak yang sangat dekat, membuat jantung mereka berdegub dengan sangat cepat.

Farzan masih merapikan rambut Naira, setelah itu dia mengikat rambutnya. Beruntung tadi Naira sempat membawa ikat rambut.

Setelah selesai, Naira mengalihkan pandangannya ke segela arah. Pipinya sekarang sudah semerah tomat akibat perbuatan Farzan.

Farzan hanya tersenyum, dia tahu kalau sekarang pipi istrinya sudah seperti tomat.

Cukup lama mereka di bianglala, dan sekarang mereka pun turun. Naira menatap sekitar, hingga dia melihat permainan bola basket.

"Om ayo kita ke sana!" Pekik Naira lalu menarik pergelangan tangan Farzan. Farzan hanya pasrah tangannya yang selalu di tarik oleh istri kecilnya.

Sesampainya, Farzan mengeryitkan keningnya saat Naira mengajaknya ke permainan bola basket. Dia melihat wajah senang Naira saat ingin melempar bola basket. Farzan hanya menatap Naira dengan kedua tangan bersedekap di dada sambil menempelkan punggungnya di tiang. Dia ingin tau kemampuan istrinya ini.

Sudah lama Naira bermain bola basket, tapi tidak ada yang berhasil. Seketika wajah yang tadinya tersenyum sekarang menjadi pudar.

Farzan hanya bisa menghela nafas, dia menegakkan kembali badannya, lalu menghampiri Naira.

Saat Naira ingin melempar bola, dia tersentak kaget saat tiba tiba ada yang memegang kedua tangannya.

"Sini aku ajarkan," ucap Farzan yang sudah berada di belakangnya.

Hal itu membuat Naira menahan nafasnya saat mengetahui Farzan yang sudah berada di belakangnya. Dan sekarang punggung Naira sudah menempel di dada bidang milik Farzan.

Farzan mulai menggerakkan tangan Naira, dia mengarahkan bolanya setinggi dada. Naira masih fokus dengan apa yang Farzan lalukan, meski dalam hati dia meragukan kemampuan Farzan.

"Apa Om yakin ini akan berhasil?" Tanya Naira.

"Kau meragukanku?" Naira hanya menganggukkan kepalanya.

Farzan tersenyum tipis setelah itu dia mulai melempar bola basket tersebut.

Dan ya, bola tersebut masuk ke dalam ring dengan sempurna.

Naira yang melihat itu membelalakkan matanya tidak percaya, dia manatap Farzan dengan wajah terkejut.

Farzan yang menyadari tatapan Naira hanya bisa tersenyum, "Kenapa?" Tanyanya.

Naira menggelengkan kepalanya, "Ternyata Om pintar juga," jawab Naira santai.

"Hey kamu pikir aku bodoh?" Sahut Farzan tidak percaya.

Naira hanya mengedikkan bahunya acuh, "Gue gak bilang gitu," ucap Naira lalu meninggalkan Farzan yang tercengang.

"Ck, gini amat istri gue," gumamnya.

"OM CEPAT KESINI GUE MAU BELI ES KRIM," Teriak Naira.

"BELI AJA!" Sahut Farzan tanpa sadar.

"OKEE."

Farzan terdiam sejenak, dia merasa ada yang salah dengan ucapannya.

"Apa yang salah ya?" Pikir Farzan.

Deg!

Seketika Farzan berlari menghampiri Naira yang ingin memakan es krimnya.

"FAIZAH JANGAN MAKAN ITU!"

•••♡•••

TBC!

Gimana? Suka gak?

Vote dan komen🌟🕊

𝟎𝟐:𝟎𝟎 |𝐀𝐤𝐮 𝐌𝐞𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡?!|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang