Chapter 13

991 95 2
                                    

Selesai mandi, Farzan turun kebawah. Dia sudah menggunakan baju casualnya. Kakinya melangkah menuruni anak tangga. Farzan dapat melihat makanan yang sudah tersusun rapi di meja makan. Tapi dia tidak melihat keberadaan istrinya.

"Kemana dia?" Ucapnya.

"Emm enak banget," ucap seseorang dari arah dapur.

Farzan mengerutkan keningnya saat mendengar suara itu. Lalu dia berjalan menuju ke dapur, karena suara itu berasal dari dapur.

Sesampainya di dapur Farzan melihat istrinya yang sedang asik memakan es krim. Dan bahkan sudah terdapat banyak bungkus es krim yang berserakan.

Farzan baru ingat, kalau Mommy-nya bilang bahwa Naira akan sakit setelah makan es krim. Dan hal itu membuat dirinya seketika panik.

Farzan merampas es krim yang berada di tangan Naira, lalu dia membuangnya. Naira melototkan matanya saat melihat es krimnya di buang.

"Ap---"

"Faizah kenapa kamu makan es krim? Sedangkan kamu tau kalau kamu akan sakit jika makan es krim?!" Potong Farzan.

Naira memutar bola mata malas, "Ya terserah gue dong. Lo gak berhak ngelarang gue makan es krim," marah Naira.

Farzan menghela nafas pelan, "Zah, aku berhak atas kamu. Karena sekarang aku ini suami kamu, aku tidak mau kamu sakit," ucap Farzan memberi pengertian kepada Naira.

"Gausa sok peduli deh," desis Naira.

"Faizah dengar, ini adalah tanggung jawabku untuk tetap menjaga kamu. Aku tidak mau kamu sakit karena kelalaianku dalam menjagamu. Daddy dulu juga melarangmu untuk makan es krim kan? Jadi aku juga akan melarangmu untuk makan es krim," jelas Farzan dengan panjang kali lebar.

Naira menatap lekat bola mata hitam itu, dia dapat melihat kasih sayang yang terpancar dari bola mata milik Farzan. Tapi Naira menepis semua itu, dia tidak mau jatuh ke dalam kehidupan Farzan.

"Ck serah," ucapnya lalu melenggang pergi.

"Astaghfirullah," gumam Farzan lalu mengikuti Naira.

Sekarang mereka sedang makan malam dengan hikmat, tidak ada pembicaraan di antara mereka.

Selesai makan malam dan salat isya', semuanya pergi ke kamarnya masing masing. Sebenarnya Farzan ingin tidur dengan Naira. Dia ingin memeluk erat istrinya tersebut, dia juga ingin merasakan sebuah pernikahan yang sempurna. Tapi dia juga paham, istrinya masih dalam proses untuk menerima dirinya.

Naira merebahkan badannya ke kasur king size miliknya. Hari ini cukup melelahkan, menjadi seorang istri ternyata tidak semudah yang dia bayangkan. Bangun pagi, masak, beresin rumah dan masih banyak lagi. Meskipun sudah ada Bi Inah, tapi Naira selalu ingat pesan Mommy-nya.'Kamu mempunyai tanggung jawab untuk melayani suamimu,' itu yang selalu Siska katakan setiap dia menelpon dirinya. Ya, dia selalu menelpon Mommy-nya, tapi dia belum pernah mengunjunginya semenjak dirinya pulang ke rumah Farzan.

"Huft jadi kangen sama Daddy, seandainya gue gak ngajak keluar malam itu. Mungkin sekarang gue gak bakal kehilangan Daddy, dan mungkin pernikahan ini tidak akan terjadi." lirihnya.

Naira menatap foto yang berada di meja belajarnya, disana terdapat pria paruh baya yang menggendong gadis kecil. Mereka berdua tersenyum manis seakan tidak ada masalah apa pun.

"Daddy Faizah kangen Daddy, semoga Daddy tenang ya di sisi Allah," ucapnya lalu mencium foto tersebut dengan kasih sayang.

▪︎▪︎▪︎

00:30

Ditengah malam ini, tidur Naira merasa kurang nyaman. Keringat membasahi wajah cantiknya, dan bahkan bibirnya sekarang sudah pucat. Naira membuka matanya secara perlahan.  Dia merasakan kepalanya sangat sakit.

Dengan perlahan Naira bangun dari tidurnya. Lalu dia berjalan gontai keluar dari kamarnya. Langkahnya mengarah ke sebuah pintu yang bercat hitam. Naira membuka kenop pintu tersebut, dan beruntung pintu tersebut tidak terkunci.

Naira melangkahkan kakinya mendekati seseorang yang tertidur pulas di kasur empuknya. Dan dia belum menyadari kalau ada seseorang yang sudah masuk ke dalam kamarnya.

"Om Dokter," panggil Naira lirih.

Merasa ada yang memanggil, orang yang dipanggil Om Dokter tersebut bangun dari tidurnya.  Seketika matanya membulat saat melihat istrinya.

"Astaghfirullah Faizah," pekik orang tersebut yang tak lain adalah Farzan.

"Pusing," lirih Naira yang masih dapat di dengar jelas oleh Farzan.

Farzan menempelkan punggung tangannya ke kening Naira. Dan dia merasakan suhu tubuh Naira yang panas.

"Astaghfirullah kamu demam, sini tidur dulu aku mau ngambil kompresan," ucap Farzan lalu membantu Naira untuk tidur di ranjangnya.

Saat Farzan hendak pergi, Naira mencekal tangannya. "Jangan pergi," pintanya.

Farzan menghembuskan nafasnya pelan, seperti yang Mommy-nya katakan. Kalau Naira akan menjadi anak kecil saat sakit, dan Farzan harus sabar menghadapinya.

"Aku gak pergi kok, kamu tidur disini dulu. Aku akan kembali," ucap Farzan dengan lembut.

Naira berpikir sejenak, setelah itu dia mengangguk'kan kepalanya pertanda setuju. Farzan pun dengan cepat pergi ke dapur untuk mengambil kain dan baskom. Setelah itu dia kembali ke kamarnya.

Farzan melihat Naira yang tertidur. Seperti yang Farzan ketahui, istrinya sakit akibat makan es krim.

Farzan mengambil kain yang sudah basah itu, lalu menempelkannya di kening Naira. Dia melakukan itu berulang kali.

"Euughh," Naira terbangun dari tidurnya.

"Apa masih pusing?" Tanya Farzan yang diangguki oleh Naira.

"Kamu makan dulu terus nanti minum obat," ucap Farzan dan mendapat gelengan keras dari Naira.

"Jangan obat," tolak Naira.

"Minum obat atau di suntik?" Ucap Farzan membuat Naira pasrah.

Setelah itu, Farzan menyuapkan bubur kepada Naira. Biasanya Naira tidak suka bubur, tapi kali ini rasa bubur tersebut sangatlah enak.

•••☆•••

TBC!

VOTE DAN KOMEN🌟

Dengan memberi vote, maka kalian sudah menghargai karyaku. Terima kasih🦋

𝟎𝟐:𝟎𝟎 |𝐀𝐤𝐮 𝐌𝐞𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡?!|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang