𝟎𝟐:𝟎𝟎 |𝐀𝐤𝐮 𝐌𝐞𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡?!|

Chapter 30

"Kamu adalah kemustahilan yang aku inginkan"

《Gabrian Cristian》

▪︎▪︎☆▪︎▪︎

Matahari sudah menampakkan dirinya, namun gadis cantik ini masih bergelud dengan kasur empuknya.

Tok

Tok

Tok

Ketukan pintu pun tidak dapat membangunkan gadis ini. Hingga suara bass seseorang mulai terdengar.

"Faizah, apa kamu sudah bangun?" tanya seseorang dari balik pintu.

Hening, tidak ada jawaban dari sang empu. Pria tersebut menghembuskan napasnya. Setelah itu dia mengambil kunci cadangan untuk kamar istrinya.

Ceklek

Pandangan pertama yang dia dapat adalah istri kecilnya masih tertidur pulas. Terdengar suara helaan napas panjang, dia tahu jika istrinya sangat lelah akibat perjalanan kemarin. Belum lagi istrinya terus saja mengomel tanpa henti.

Kaki panjangnya melangkah mendekati sang istri. Di lihatnya dengan lekat wajah polos itu. "Saat tidur kamu sangat polos. Berbeda saat bangun nanti." batinnya.

"Faizah, bangun ini sudah pagi." dengan suara lembutnya dia mencoba membangunkan istrinya. Naira menggeliat saat mendengar suara lembut itu. Matanya mengerjab untuk menyesuaikan cahaya.

Dengan setengah sadar dia menatap Farzan. "Jam berapa sekarang?" tanya Naira dengan muka bantalnya.

"Setengah delapan," jawab Farzan.

Seketika bola matanya melebar. Tamatlah riwayatnya sebagai maha siswi di siplin. Dia bangun setengah delapan, sedangkan kelas akan di mulai pukul delapan.

"Gue telat," ucapnya lalu beranjak dari tidurnya. Bahkan Naira melupakan Farzan yang sedang menatap dirinya bingung.

Lima belas menit akhirnya Naira selesai juga. Selesai sarapan, mereka pun berangkat ke kampus.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, Naira sampai di kampus. Tangannya terulur untuk mencium tangan suaminya.

Farzan merapikan sedikit rambut istrinya. "Faizah, kapan kamu akan menggunakan hijab?" tanya Farzan.

Naira menatap netra hitam itu. Dia sebenarnya juga ingin menggunakan hijab, namun dia merasa tidak pantas menggunakan hijab.

"Aku ke kelas dulu, assalamualaikum." Naira bergegas keluar dari mobil. Farzan hanya bisa menghembuskan napas panjang. Dia tahu jika istrinya menghindari pertanyaan darinya.

Salahkah jika dia berharap istrinya menggunakan hijab? Karena ini adalah tanggung jawabnya untuk menjaga aurat istrinya.

▪︎▪︎▪︎

"Naira." Naira menghentikan langkahnya saat merasa terpanggil. Dia membalikkan badannya untuk melihat siapa yang memanggilnya.

"Hai, apa kabar?" Naira tersenyum lebar saat melihat seseorang yang sudah satu bulan tidak menampakkan dirinya.

"Rian, kapan lo datang?" Benar, orang tersebut adalah Gabrian Cristian.

Cowok tersebut hanya tersenyum manis, "Kemarin." Naira menganggukkan kepalanya.

Sejenak cowok tersebut terdiam, bola matanya menatap Naira memuja. Entah kenapa dia merasa sangat rindu dengan gadis di depannya. Sudah satu bulan lamanya tidak bertemu, gadis ini bertambah cantik.

Naira yang merasa di tatap pun di buat salah tingkah. Bagaimana tidak, cowok di depannya menatapnya dengan sangat lekat.

"Rian, lo gak papa kan?" Rian memutuskan tatapannya. Senyuman manis terpampang jelas di wajahnya.

"Eh, gak papa kok." Sekarang dia bingung harus memulainya dari mana. Karena jujur ini pertama kalinya dia bersikap seperti ini. Biasanya dia sangat aktif, tapi sekarang dia menjadi kaku.

Dengan keberanian yang dia punya, tangannya menggenggam tangan mungil milik Naira. Naira tersentak saat tiba-tiba Rian menggenggam tangannya.

"Nai, gue mau jujur sama lo." sebelah alis Naira terangkat.

"Apa?" tanya Naira.

Cowok tinggi tersebut menghela napas panjang sebelum mengucapkan kalimat yang membuat Naira mematung.

"Gue suka sama lo."

Empat kata tersebut terjun bebas dari bibir tebal Rian. Seharusnya ini tidak terjadi, namun perasaannya terlalu kuat untuk dia lawan. Jika dia pendam lebih lama maka akan sangat sakit.

"Lo mau kan jadi pacar gue?" tanya Rian. Naira dibuat semakin terkejut dengan pertanyaan Rian.

"Gausah bercanda Yan, gak lucu." Rian hanya tersenyum tipis, sudah dia duga bahwa Naira tidak akan percaya dengan apa yang dia katakan.

"Mungkin lo bakal ngira ini hanya candaan, tapi untuk kali ini gue serius," ucapnya.

Naira tidak habis pikir dengan sahabatnya ini. "Rian, lo tau kan kalau ini salah? Lo ingat jika kita tidak seiman. Dan belum lagi kita sahabat Yan, seharusnya tidak ada perasaan lebih selain sahabat." Naira mencoba untuk mengingatkan sahabatnya ini. Dia mengerti dengan perasaan Rian, namun ini salah.

Rian hanya tersenyum miris, "Gue tau Nai, tapi salahkah jika gue mencintai lo? Gue tau ini seharusnya gak terjadi. Tapi, rasa cinta gue terlalu besar."

Naira dibuat bungkam, dia bingung harus menjawab apa. Disisi lain dia sudah menikah. Tidak mungkin, dia akan menerima Rian. Dan belum lagi mereka berbeda keyakinan.

"Nai, banyak diluar sana yang menikah meskipun berbeda keyakinan. Dan bahkan mereka hidup bahagia. Gue mohon terimalah cinta gue," ucap Rian.

"Tapi bukan itu alasannya."

"Apa Nai? Gue tau lo gak cinta sama gue. Tapi seiring berjalannya waktu gue yakin lo bakal cinta sama gue. Jadi gak ada lagi alasannya buat lo nolak gue."

Naira hanya tersenyum miris dengan ucapan Rian. Dia ingin memberitahunya kalau dia sudah nikah, namun sekarang bukan waktu yang tepat. Karena sekarang mereka menjadi perhatian bagi maha siswa/siswi lainnya.

Termasuk Gea dan Alifa, sedari tadi mereka memperhatikan interaksi kedua sahabatnya. Terkejut, sudah pasti. Selama ini mereka sudah merasa aneh dengan sikap Rian kepada Naira yang melebihi dari kata sahabat. Dan sekarang mereka dibuat terkejut dengan ucapan Rian.

"Nai, gue cinta sama lo. Apa lo gak sadar kalau sikap gue selama ini melebihi dari sahabat."

Naira hanya menggelengkan kepalanya, "Bukan gitu, aku---"

"Dia istriku."

•••♡•••

TBC!

Yuhuu aku kembali dengan sejuta kenangan, wkwkwk.

Lupakan.

Vote dan komennya kawan🌟

Penuh teka teki yah😌

Sini kumpul buat para readersku yang paling setia dengan cerita ini:)