Chapter 8

1.4K 121 13
                                    

Hari sudah mulai sore, tinggal satu jam lagi malam akan tiba. Naira menggeliat saat merasa tidurnya terganggu. Perlahan matanya terbuka, dia mengerjabkan matanya untuk menyesuaikan cahaya.

Naira mengeryitkan keningnya, saat merasa asing dengan tempat ini. Bau maskulin khas pria tercium di indra penciumannya. Dan dia sudah yakin sekarang dia berada dikamar Farzan

Naira melirik jam yang berada di nakas. Seketika matanya membulat sempurna, "Hah?! Udah sore, jadi gue tidur selama tiga jam," pekiknya lalu berlari menuju kamar mandi. Ya, dia akan mandi sebelum maghrib.

Tiga puluh menit berlalu, Naira keluar dari kamar mandi dengan menggunakan baju tidurnya yang bermotif Doraemon. Setelah itu kaki jenjangnya menuju ke meja rias. Dia mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan hair dryer.

Saat sudah selesai, Naira memutuskan untuk turun ke bawah. Saat ini keadaan rumah sangatlah sepi. Naira tidak melihat Farzan dimana pun, mungkin dia sekarang ke rumah sakit. Soal pembantu, Farzan hanya mempekerjakan satu pembantu dan juga supir. Dan itu pun hanya bekerja dari pagi sampai sore.

Tujuan utama Naira untuk saat ini adalah dapur, karena cacing di perutnya meronta ronta untuk diberi asupan. Setibanya di dapur dia hanya melihat sayuran dan daging. Mungkin karena sekarang akhir bulan, jadi keperluan dapur menipis.

Naira akan memasak sup daging, karena hanya itu yang bisa dia masak dengan bahan makanan ini. Tangannya dengan sangat lincah memotong sayuran, dan bahkan dia sudah seperti chef bintang lima. Maka jangan remehkan kemampuan Naira dalam memasak, karena dia adalah ratunya dapur.

*beda sama authornya, kalau mau masak aja harus tanya Bunda dulu resepnya T - T

Hanya memerlukan dua puluh menit masakan  tersebut selesai. Naira membersihkan dapur terlebih dahulu, karena Mommy-nya selalu mengajarkan dia untuk selalu menjaga kebersihan terutama dapur.

Naira melangkahkan kakinya menuju meja makan dengan sup yang berada di tangannya. Dia sudah tidak sabar untuk menyantap sup tersebut.

Naira duduk di kursi berwarna coklat tersebut, lalu dia mulai menyuapkan sup tersebut kedalam mulutnya.

"Faizah," panggil seseorang secara tiba tiba.

Uhuk uhuk

Naira segera meminum air putih hingga setengah. Dia terkejut saat tiba-tiba ada yang memanggilnya. Sedangkan sang pelaku hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Bisa gak sih lo gausa ngagetin gue," kesal Naira saat melihat siapa yang menganggu makannya.

"Maaf sa--"

"Dan ya kalau ngomong gausa formal deh," potong Naira. Sedangkan orang tersebut hanya menghela nafas pasrah.

"Aku tadi gak tau kalau kamu sedang makan, maaff," ucapnya.

Naira hanya mendengus kesal, lalu dia melanjutkan makannya.

"Zah," panggil orang tersebut.

"Apa sih Om," sahut Naira, dari jawabannya kalian sudah tau kalau orang tersebut adalah Farzan.

"Emm itu,, apa kamu juga membuatkan untukku?" Tanya Farzan, karena tadi siang dia belum sempat untuk makan. Jadi sekarang perutnya sangat lapar.

Naira meletakkan sendoknya, lalu menatap kesal Farzan. "Tuh di dapur banyak, udah ih sana pergi lo. Males gue liat muka lo," usir Naira. Sedangkan Farzan hanya tersenyum senang, karena dia sangat ingin memakan masakan istri kecilnya. Dengan cepat dia ke dapur untuk mengambil makanan yang Naira masak.

Mata Farzan berbinar saat melihat sup yang menggugah selera. Farzan mengambil mangkok dan juga sendok, lalu dia memasukan sup tersebut ke dalam mangkok. Setelah selesai dia pergi ke meja makan, dia akan makan malam dengan istrinya.

Farzan mendaratkan bokongnya di kursi berwarna coklat. Dengan lahap Farzan memakan sup buatan Naira. Dia sempat terkejut saat merasakan masakan istrinya. Sungguh ini sangat enak.

"Wah ini enwak bawnget," ucapnya sambil mengunyah.

Naira tersipu malu saat Farzan memuji masakannya. Dia tersenyum tipis melihat Farzan dengan lahapnya makan masakannya.

•••♡•••

Setelah selesai makan malam, mereka memutuskan untuk melaksanakan salat maghrib. Jika kalian berpikir mereka akan salat berjamaah, maka kalian salah. Naira menolak ajakan Farzan, dan seperti yang kalian tau. Farzan hanya bisa pasrah.

"Lo salat di tempat lain deh, gue mau disini," ucap Naira yang sudah menggunakan mukenahnya.

"Kenapa gak salat bareng aja Zah?" Tanya Farzan.

"Lo gak denger tadi gue bilang apa?" Ucapnya sinis.

Farzan menghela nafas pasrah, "Baik aku akan salat di kamar tamu," ucapnya lalu mengambil sajadah dan juga kopiah-nya.

Tapi sebelum dia benar benar keluar dari kamar tersebut, Farzan membalikkan badannya. "Oh iya, nanti salat-nya harus khusyuk. Ingat kamu itu sedang berhadapan dengan Allah, salat-nya jangan kecepetan. Dan ju---"

"Ck bawel banget sih, iya iya gue udah ngerti. Udah sana," potong Naira.

Farzan menganggukkan kepalanya, lalu melenggang pergi dari kamar itu. Naira menatap kepergian Farzan, saat Farzan menghilang di balik pintu. Naira pun melaksanakan salatnya dengan khusyuk.

Farzan ternyata masih di depan pintu kamar Naira. "Suatu saat nanti, kita akan salat dalam satu ruangan yang sama," batin Farzan. Dia berharap Naira akan menerima dirinya. Dia ingin menjalankan rumah tangga ini dengan rasa cinta. Tapi dia juga tidak akan memaksa Naira untuk menerima dirinya. Dia ingin Naira menerima dirinya tanpa paksaan tapi itu atas kemauannya sendiri dan juga atas dasar cinta. Dia yakin suatu saat nanti Allah akan mengabulkan semua do'anya.

•••☆•••

TBC!

Hai readers, gimana dengan tahun barunya?

Untuk Chapter 1 sudah ada perubahan, bisa di liat ya. Cuman tak ubah beberapa kata aja.

Terima kasih masih tetap setia dengan cerita ini:)

Tekan star oke🌟

See you♡

𝟎𝟐:𝟎𝟎 |𝐀𝐤𝐮 𝐌𝐞𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡?!|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang