Chapter 9

1.2K 99 15
                                    

Farzan sudah siap dengan sarung hitam dan baju muslim putihnya, tidak lupa dia juga memakai kopiah hitam di kepalanya. Seperti biasa, Farzan akan melaksanakan salat tahajud.


Dulu saat usianya masih delapan tahun, dia sudah modok. Karena itu memang sudah keinginannya, dan orang tuanya mendukung hal itu. Farzan juga termasuk anak pintar, dan keinginannya menjadi Dokter sangat mudah dia raih. Dan sekarang dia sebagai penerus di rumah sakit milik keluarganya.

Setelah selesai salat tahajud, Farzan mengambil Al-Qur'an di nakas. Dia akan mengaji sembari menunggu waktu subuh. Farzan mulai membaca Al-Qur'an dengan sangat tartil dan merdu. Dia memang mempunyai suara yang sangat merdu, selama di pondok pesantren dia sering memenangkan lomba Hafiz Qur'an. Benar, Farzan adalah penghafal Al-Qur'an. Maka tak ayal orang tuanya sangat bangga kepadanya.

Tak lama kemudian, adzan subuh sudah berkumandan. Farzan segera menyelesaikan ngajinya. Setelah itu dia akan pergi ke masjid untuk melakukan salat subuh berjamaah.

Sebelum Farzan pergi ke masjid, dia akan membangunkan istri kecilnya. Dia tidak ingin istrinya melewatkan salat subuh, hanya karena dia tidak membangunkan istrinya. Sedangkan sebagai seorang suami dia bertanggung jawab atas apa yang dikerjakan istrinya.

Farzan menaiki anak tangga untuk ke kamar Naira. Benar, sekarang mereka tidak tidur dalam satu kamar. Karena Naira belum siap untuk tidur dengannya. Farzan mengerti hal itu, dan dia juga tidak akan memaksa untuk tidur dengannya.

Tok

Tok

Tok

Farzan mengetuk pintu kamar Naira, dia sebenarnya ingin masuk ke dalam. Tapi dia takut Naira akan marah. Karena tidak ada jawaban, Farzan mengetuknya sekali lagi.

Tok

Tok

Tok

"Faizah," panggil Farzan, tapi jawabannya tetap sama. Tidak ada balasan apa pun dari Naira.

Sedangkan di dalam kamar, Naira sedang tidur nyenyak dengan selimut yang menutupi seluruh badannya.

"Faizah," panggil sekali lagi dari Farzan.

Dan itu membuat tidur Naira mulai terganggu. Dengan kesal Naira membuka selimutnya yang tadi menutupi kepalanya.

"APAAN SIH GANGGU ORANG TIDUR AJA!" teriak kesal Naira.

Farzan yang mendengar teriakan itu hanya bisa mengelus dadanya. Dia kaget saat mendengar teriakan yang melengking milik Naira.

"Faizah kamu sudah bangun?" tanya Farzan.

"IYA GUE UDAH BANGUN, KENAPA SIH?!" teriak Naira.

"Ooh baguslah, aku kesini cuman mau bilang kalau sekarang sudah subuh. Jadi kamu harus bangun untuk salat subuh. Dan ya, aku akan  salat di masjid," ucap Farzan yang masih berada di depan pintu kamar Naira yang tertutup.

"YAUDAH SANA PERGI, NGAPAIN MASIH DISINI?" teriak Naira.

Farzan hanya tersenyum simpul, "Baik, kamu jangan tidur lagi. Aku pergi dulu, Assalamu'alaikum," pamit Farzan lalu pergi dari kamar Naira.

Naira tidak menjawab salam dari Farzan, "Pagi-pagi udah ganggu orang tidur aja. Tidur lagi aja deh, bolong salat satu kali gak masalah kayaknya," gumam Naira lalu melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda tadi.

▪︎▪︎▪︎

Farzan baru saja selesai melaksanakan salat subuh-nya. Tapi Farzan masih teringat dengan istri kecilnya, apakah dia bangun atau malah tidur lagi? Dari pada ngelamun mending dia pulang kerumah untuk melihat istri kecilnya, pikir Farzan.

Plak

"Assalamualaikum Zan," panggil seseorang dengan menepuk pelan bahu Farzan.

Sedangkan Farzan tersentak kaget, lalu dia melirik ke sang pelaku. "Waalaikumsalam, Ya Allah Dan, kamu ngagetin gue aja," ucap Farzan.

Sang pelaku yang di panggil dengan Zidan tersebut, hanya menampakkan deretan giginya.

"Hehe sorry,"ucapnya tanpa dosa. Farzan hanya menggelengkan kepalanya.

Zidan merupakan sahabat kecil Farzan. Tapi mereka terpisah saat Farzan mondok, dan bertemu kembali saat Farzan kuliah. Jadi dia tau betul watak dari seorang Farzan. Dan seperti inilah Farzan saat bicara dengan dirinya.

"Eh iya, lo yakin gak mau balik lagi?" Tanya Zidan dengan mimik wajah serius.

"Gue gak bakal balik lagi Dan, sekarang gue udah punya istri. Biarlah itu menjadi masa lalu gue, semenjak kejadian 'itu' gue udah gak mau balik lagi," jawab Farzan.

"Baiklah, gue ngerti. Tapi boleh kan gue sama yang lain kerumah lo? Gue pengen tau secantik apa istri lo," goda Zidan.

"Berani maju selangkah gue potong kaki lo," desis Farzan.

"Njir serem banget lu bang," ucap Zidan.

"Mulutnya di jaga!" ucap Farzan.

"Hehe sorry kelepasan,"

"Yaudah gue pulang dulu, Assalamu'alaikum," pamit Farzan lalu meninggalkan Zidan.

"Waalaikumsalam, sepertinya hubungan mereka masih sama," gumam Zidan sambil menatap punggung lebar Farzan yang sudah menjauh.

▪︎▪︎▪︎

Farzan memasuki rumahnya, tetapi dia tidak melihat keberadaan Naira sama sekali. Dia melangkahkan kakinya menuju kamar Naira, dia ingin tau istrinya sudah bangun atau tidak.

Sesampainya di kamar Naira, Farzan mulai mengetuk pintu kamar tersebut. Tapi langkahnya terhenti saat dia mendengar suara dengkuran.

Farzan yakini itu suara dengkuran dari Naira. Farzan terpaksa harus membuka pintunya, karena dia harus membangunkan istrinya.

Ceklek

Ternyata pintu tersebut tidak terkunci, dengan mudahnya Farzan masuk ke dalam. Dia dapat melihat istrinya masih tertidur pulas. Farzan juga bisa menebak kalau istrinya belum salat subuh.

Farzan hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Faizah," panggil lembut Farzan. Dia mencoba membangunkan Naira, tanpa harus menyentuhnya. Karena dia yakin bahwa Naira tidak akan mau di sentuh sedikit pun olehnya.

Usaha Farzan membuahkan hasil saat melihat Naira yang menggeliat. Dengan perlahan Naira membuka matanya. Seketika bola matanya melebar saat melihat Farzan di dalam kamarnya.

"KYAA APA YANG LO LAKUKAN DI KAMAR GUE?!!" pekik Naira menggema di seluruh rumah megah tersebut.

•••☆•••

TBC!

Gimana? Apa kalian suka ceritanya sampai titik ini?

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN><

𝟎𝟐:𝟎𝟎 |𝐀𝐤𝐮 𝐌𝐞𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡?!|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang