Chapter 32

785 60 12
                                    

Hari demi hari mereka lewatkan dengan kesedihan. Namun, ini tidak akan bertahan lama. Karena bukan sifat mereka jika harus terlarut dalam kesedihan.

Farzan sudah meyakini istrinya tentang keberangkatan Rian ke Jerman. Keputusan Rian ke Jerman hanya ingin melupakan perasaannya kepada Naira. Meskipun sulit akan dia lakukan, karena percuma jika dia mencintai Naira. Yang ada hanya menambah luka di hati.

Sekarang ke tiga gadis cantik ini sedang menikmati makan siangnya di kantin. Seperti biasa kantin selalu ramai dengan maha siswa/siswi lainnya.

Naira memakan seblaknya dengan lahap, bahkan dia tidak menghiraukan rasa pedas pada seblak tersebut.

Gea yang duduk di sebelahnya hanya bisa melongo tidak percaya. Bagaimana tidak, cara sahabatnya makan seperti orang yang tidak makan satu bulan, dan bahkan bisa satu tahun.

"Gue tau lo lapar, tapi jangan gini juga kali. Gak malu di liatin banyak orang?" celetuk Gea.

Naira hanya bergumam, dia tetap fokus dengan makanan di depannya. Tadi, dia tidak sempat untuk sarapan akibat bangun kesiangan.

Untuk alasannya, kalian pasti tau kalau dia nonton drakor hingga larut malam.

Farzan?

Semalam dia ada jadwal oprasi, jadi dia tidak ada di rumah. Dan hal itu, membuat Naira bisa sepuasnya menonton drakor kesukaannyaa hingga larut malam. Padahal Farzan selalu melarangnya, tapi itu semua bagaikan angin bagi Naira.

Dah lah_-

Tiba-tiba suasana menjadi hening, tapi Naira tidak menyadari perubahan suasana tersebut.

Alifa dan Gea menolehkan kepalanya, mereka menatap seorang cowok dengan tubuh tegapnya yang sedang melangkahkan kakinya ke arah... mereka?

"Hai," sapa cowok tersebut membuat Gea dan Alifa tersadar dari keterkejutannya.

Naira menghentikan makannya, dia mendongakkan kepalanya menatap cowok bertubuh tinggi tersebut.

"Gue boleh duduk di sini?" Naira menatap Gea dan Alifa, meminta persetujuan. Melihat ke dua temannya mengangguk, Naira pun mempersilahkan cowok tersebut untuk duduk.

Hening, tidak ada yang membuka suaranya. Selain canggung, mereka semua fokus dengan makanannya.

"Oh iya, kita belum kenalan nih, perkenalkan gue Arkana Bagaskara. Panggil gue Arka." cowok tersebut mulai membuka suaranya.

Mereka bertiga menganggukkan kepalanya. "Gue Gea, dan cewek di samping gue, dia Alifa."

Arka mengulurkan tangannya ke Gea. "Oke, salam kenal." Gea menerima uluran tangan tersebut sambil mengangguk.

Setelah itu dia mengulurkan tangannya ke arah Alifa, namun Alifa mengatupkan kedua tangannya di dada dan berkata, "Salam kenal juga." Arka hanya tersenyum tipis, dia menarik kembali tangannya.

Tatapannya beralih ke arah Naira yang sedari tadi sibuk dengan seblaknya. "Dan lo, siapa namanya?" tanya Arka.

"Naira," jawab Naira singkat. Cowok tersebut tersenyum sembari menatap intens wajah cantik tersebut.

"Lo anak baru itu kan?" tanya Gea membuyarkan lamunan Arka.

"Hem, gue baru pindah dari Jerman," jawabnya membuat Naira menghentikan makannya.

"Jerman?" gumam Naira yang masih di dengar oleh Arka.

"Iya, gue pindah saat ada anak baru di sana. Gue lupa namanya, dia tinggi dan rambutnya pirang. Dan ya, dia non muslim." Naira semakin dibuat penasaran.

𝟎𝟐:𝟎𝟎 |𝐀𝐤𝐮 𝐌𝐞𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡?!|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang