Chapter 25

1K 76 3
                                    


Siang ini, Naira duduk manis di sofa dengan camilan di tangannya. Pandangannya lurus ke depan sembari tertawa saat melihat tingkah lucu dua bocah botak.

Berbeda dengan Farzan, menjadikan paha Naira sebagai bantal. Sesekali Naira menyuapkan camilan tersebut ke mulut Farzan.

Hubungan mereka bisa dikatakan mulai membaik. Entah angin dari mana, Naira mulai menerima Farzan. Dan Farzan sangat bersyukur akan hal itu.

"Aws, Om. Jangan digigit tangan gue." Naira mengusap jarinya yang tadi Farzan gigit.

Farzan hanya terkekeh pelan, dia terlalu gemas dengan jari mungil istrinya.

Farzan mengambil tangan Naira lalu mengusapnya lembut.

Cup.

Kecupan lembut mendarat di jari Naira yang sempat tergigit tadi.

"Sudah sembuh kan?" tanya Farzan.

Naira dibuat blushing oleh Farzan, dia menarik kembali tangannya dan mulai fokus dengan filmnya.

Farzan membenarkan posisi kepalanya, dia menatap wajah cantik Naira dari bawah. Tangannya terangkat mengelus pipi yang sudah seperti kepiting rebus.

"Faizah," panggil Farzan. Naira hanya berdeham dengan mulut yang mulai menguyah.

"Bisakah kamu mengubah cara bicaramu?" Tanya Farzan dengan tangan yang masih setia mengelus pipi mulus Naira.

Naira menghentikan kuyahannya, dia menunduk menatap bola mata hitam milik Farzan.

"Kenapa?" Bukan sebuah jawaban, tapi sebuah pertanyaan yang keluar dari bibir Naira.

"Aku lebih suka kamu yang berbicara menggunakan 'aku-kamu' dari pada 'gue-lo," jelas Farzan.

Naira berpikir sejenak, mungkin dia harus mengubah cara bicaranya kepada Farzan.

"Baiklah, gu- maksudnya aku akan mengubah cara bicaraku," ucap Naira.

Farzan tersenyum senang, dia memeluk erat perut rata istrinya. Dan itu membuat Naira terpenjat kaget.

"Om, jangan seperti ini," ucap Naira, dia merasa kurang nyaman dengan apa yang Farzan lakukan.

Farzan melepas pelukannya, dia mengubah raut wajahnya kesal. Naira yang melihat itu hanya mengangkat sebelah alisnya.

"Om?" Naira mengangguk.

Farzan menghembuskan nafas kasar, "Faizah aku tidak setua itu, jadi tolong berhentilah memanggilku dengan sebutan Om," kesal Farzan.

Naira mengerjabkan matanya polos, "Lalu aku harus manggil apa?"

Farzan terdiam sejenak, lalu bibirnya terangkat membentuk senyuman manis. "Panggil sayang aja," ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Aws," pekik Farzan saat Naira tiba tiba mencubit perutnya.

"Gak, yang lain aja," kesal Naira.

Farzan menatap wajah cantik istrinya yang sedang cemberut. Dia sangat suka dengan raut wajah istrinya.

"Baiklah, kamu bebas memanggil aku apa tapi yang pasti jangan Om. Karena kamu tau sendiri kan, kalau aku masih muda," ucap Farzan.

Naira mengetuk jari telunjuknya di dagu, dia sedang memikirkan panggilan yang pas untuk suaminya.

"Emm kalau Mas Farzan aja gimana?"

Farzan menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku ingin panggilan yang spesial," Farzan tidak suka dengan panggilan itu karena Naira sempat menggunakan panggilan itu untuk rencananya.

Naira berdecak kesal, dia bingung harus menggunakan panggilan apa lagi. "Hem, gimana kalau Aa'?" Tanya Naira.

Farzan menatap Naira, lalu dia menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. "Aku suka dengan panggilan itu," ucapnya.

Senyuman Farzan membuat Naira ikut tersenyum. Entah kenapa Naira merasa candu dengan senyuman manis milik Farzan. Senyuman yang mampu membuat dirinya merasa tenang.

"Oh iya, kenapa Aa' manggil aku dengan sebutan Faizah?" tanya Naira.

Farzan membenarkan posisi kepalanya yang ingin terjatuh, lalu dia mengambil tangan Naira. "Sama seperti kamu yang mempunyai nama panggilan spesial untukku. Aku juga mempunyai nama panggilan spesial untukmu. Faizah, adalah nama panggilan sayang dariku. Jadi aku tidak rela jika ada yang memanggilmu dengan sebutan Faizah, kecuali Daddy ," jelas Farzan.

Naira memalingkan wajahnya, dan lagi lagi suaminya membuat pipinya merona.

"Dan, aku juga suka dengan warna merah pipimu," goda Farzan membuat Naira memukul tangannya pelan.

Farzan hanya bisa tertawa melihat tingkah lucu istrinya.

"Fai--"

Brak

"NAIRA!" Teriak seseorang membuat Naira dan Farzan tersentak kaget.

Farzan bangun dari tidurnya, dia menatap tajam dua gadis yang tiba tiba masuk kerumahnya. Beruntung pintunya tidak rusak akibat ke dua gadis tersebut.

"GEA ALIFA," pekik Naira lalu berlari memeluk sahabatnya itu. Benar, kedua gadis itu adalah Gea dan Alifa.

"Huaa gue kangen banget sama kalian," pelukan tersebut semakin erat dengan Naira yang menangis.

Farzan hanya menatap mereka dengan tatapan tanda tanya. Bagaimana sahabat istrinya bisa mengetahui rumah mereka.

Mereka melepas pelukannya, Gea menatap Naira tajam. "Jelaskan," ucap Gea.

Sedangkan Naira mengeryitkan keningnya pertanda tidak mengerti.

Gea menghembuskan nafasnya kasar, lalu pandangannya jatuh kepada Farzan yang sedang menatap mereka datar.

Naira mengikuti arah pandang Gea, dan dia pun mengerti dengan apa yang Gea maksud.

"Duduk dulu, nanti gue jelaskan," ucap Naira.

Gea dan Alifa menganggukkan kepalanya, lalu mereka mendudukkan bokongnya di sofa yang empuk.

Naira duduk di sebelah Farzan, dia menatap sahabatnya lalu mulai membuka suara.

"Jadi--"

"FARZAN, HOW ARE YOU?!" Teriak seseorang memotong ucapan Naira.

Mereka semua terkejut saat kedatangan beberapa cowok yang mempunyai paras tampan. Terutama Gea, dia bahkan tidak mengedipkan matanya saat melihat cowok tampan di depannya.

Farzan dibuat terkejut dengan kedatangan sahabatnya. Siapa lagi kalau bukan Kenzie, Farel, Zidan, Dava dan sahabat bocahnya Kei.

Sedangkan Naira, dia bingung dengan kedatangan mereka. Dia melirik ke arah Farzan yang menatap dingin mereka. Dan bahkan Naira bergidik ngeri dengan tatapan dingin Farzan.

"OMG, CANTIK BANGET BU BOS KITA," pekik Farel yang langsung mendapat pukulan keras dari Zidan.

"Sakit bego," kesalnya. Zidan memutar bola mata jengah, Farel memang terkenal playboy tapi bisakah dia menahannya? Karena yang dia puji adalah istri dari Bos-nya.

"Kalian ngapain kesini?" Tanya Farzan dengan dingin.

Naira sempat terkejut dengan cara bicara Farzan yang jauh dari sebelumnya. Biasanya dia berbicara lemah lembut, tapi sekarang? Naira tidak yakin kalau ini adalah suaminya.

"Hehe kita cuman kangen aja sama Bos, lebih tepatnya kita ingin bertemu bidadari cantik ini," jawab Farel tanpa memikirkan kedepannya.

Sedangkan Zidan dan Dava menahan dirinya untuk tidak melempar Farel ke planet Mars.

"Ulang," ucap Farzan dengan wajah datarnya. Dia tidak suka istrinya di puji seperti itu selain dirinya.

Farel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia lupa kalau sifat Farzan tetap sama meskipun sudah menikah.

Naira yang melihat hal itu, mengelus tangan Farzan. Entah kenapa tiba tiba ruangan ini terasa panas dengan perubahan Farzan.

•••☆•••

TBC!

VOTE DAN KOMENNYA KAWAN:)


𝟎𝟐:𝟎𝟎 |𝐀𝐤𝐮 𝐌𝐞𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡?!|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang