Chapter 20

1K 79 2
                                    

Naira terkesiap saat Farzan berada di depannya. Dan jarak mereka hanya beberapa centi saja, Naira juga dapat mencium wangi maskulin milik Farzan.


Naira menahan nafasnya, jantungnya berdetak dengan sangat cepat. "Emm ka-kamu udah pulang?" Ucap Naira sedikit gugup saat mengucapkan 'aku-kamu', karena memang dia belum terbiasa mengucapkan kata itu.

Kening Farzan berkerut saat mendengar ucapan Naira. Tidak biasanya Naira menggunakan kata 'aku -kamu'.

"Mas?" Panggil Naira membuat Farzan menatapnya dengan tatapan tanda tanya.

Apa dia tidak salah dengar? Istrinya memanggil dirinya dengan sebutan 'Mas'. Oh tidak, Farzan mungkin sedang bermimpi. Tolong siapa pun tolong Farzan untuk bangkit dari mimpi indah ini.

Ets,,

Dia merasa aneh dengan sikap istrinya, apalagi dia tau Naira bukanlah orang yang cepat berubah.

"Coba ulang," titah Farzan.

Naira meremas bajunya, sekarang dia benar benar malu. Mulut lucnutnya mengucapkan kata keramat itu, dan sekarang dia bingung harus apa. Tapi, dia masih ingat dengan rencananya. Jadi baiklah tidak masalah untuk saat ini. Nanti kalau sudah diizinkan keluar rumah, dia akan kembali seperti semula.

Naira tersenyum manis, "Kamu sudah pulang?" Ulang Naira.

Farzan semakin merinding dengan senyuman itu, dalam benaknya dia mengira kalau Naira sedang kerasukan jin dirumah ini, atau mungkin di rumah sakit.

"Astaghfirullah, Naira sadarlah," ucap Farzan dengan memegang kedua bahu Naira.

Farzan berpikir Naira sedang kerasukan jin, karena dari cara bicaranya sudah berbeda tidak seperti dulu.

Naira semakin bingung dengan sikap suaminya.

"Maksudnya?"

"Kamu siapa?" Pertanyaan itu terlontar dari bibir tebal Farzan.

Entah apa yang suaminya pikirkan, sehingga dia menanyakan pertanyaan itu.

"Apaan sih Mas, ini aku Naira. Is-istrinya Mas Farzan," Naira menundukkan kepalanya, entah kenapa saat berhadapan dengan Farzan, dia seakan mempunyai urat malu. Padahal dulu dia tidak pernah merasa semalu ini.

Farzan melepas tangannya yang memegang bahu Naira. Dia sebenarnya masih bingung dengan perubahan istrinya. Farzan mengangkat dagu Naira dengan jari telunjuknya.

Dia dapat melihat pipi Naira yang sudah semerah tomat.

"Katakan kepadaku, apa yang terjadi hem?" Tanya Farzan dengan lembut.

Seperkian detik, mereka saling bertatapan. Naira menyelami netra milik Farzan dengan intens. Dia dapat melihat sejuta kasih sayang disana.

Elusan lembut di pipinya membuat dirinya tersentak kaget.

"Emm sebaiknya Mas mandi dulu, setelah itu kita makan bersama," ucap Naira mengalihkan pembicaraan.

Farzan semakin dibuat penasaran dengan sikap istrinya. Tapi, dia sangat senang dengan sikap istrinya yang baru ini.

"Aku akan mandi dulu," ucap Farzan lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Naira yang sedang bernafas lega.

"Fiuhh hampir saja. Ih gue kok manggil dia Mas sih, jadi malu kan," gerutunya saat Farzan sudah benar benar pergi.

"Apa dia curiga dengan sikapku ini? Huft semoga aja dia gak curiga."

▪︎▪︎▪︎

Farzan bingung dengan sikap istrinya. Apa benar istrinya kerasukan jin baik? Tidak biasanya dia bersikap seperti itu.

Farzan segera masuk ke kamar mandi, dia akan merilekskan pikirannya terlebih dahulu. Setelah itu dia akan mencari tahu semuanya.

Selesai mandi, Farzan turun ke bawah, dia melihat istrinya sudah menata berbagai macam makanan di meja makan.

Tapi anehnya, istrinya menyiapkan semua itu sambil senyum senyum sendiri.

Tiba tiba Farzan merasakan bulu kuduknya merinding. Dia sangat yakin kalau istrinya itu kerasukan jin.

Dengan langkah pelan, Farzan menghampiri istrinya di meja makan.

Naira yang sadar akan kehadiran Farzan, dia menolehkan kepalanya ke samping dengan senyuman manisnya.

Senyuman yang Naira layangkan untuk Farzan, membuat Farzan semakin merinding.

"Ayo Mas kita makan, aku membuat makanan spesial buat Mas Farzan," ucap Naira lalu mengambil piring dan mengisinya dengan nasi.

Farzan hanya diam, dia memperhatikan cara istrinya melayani dirinya. Tapi di sisi lain dia berjaga jaga jika tiba tiba istrinya akan menyerang dirinya. Kita tidak tahu kan kapan jin yang ada di tubuh Naira menyerang dirinya secara tiba tiba.

Naira menyodorkan sepiring nasi lengkap dengan sayuran dan ayam goreng kepada Farzan. Farzan hanya menatap makanan tersebut dengan was was.

Melihat Farzan yang hanya diam saja, Naira kembali membuka suaranya. "Ayo Mas dimakan, jangan diliatin terus nanti ayamnya kabur," ucap Naira.

Farzam menganggukkan kepalanya, lalu tangannya terangkat untuk menyuapkan nasi tersebut.

Enak.

Benar, istrinya memang sangat pintar memasak. Bahkan bila istrinya peka, dia ingin makan siang dengan masakan istrinya.

"Gimana Mas, enak kan?" Tanya Naira penasaran.

Farzan menatap Naira dengan mulut yang masih mengunyah.

"Ini sangat enak, dan bahkan Chef bintang lima pun kalah sama masakan kamu," jawab Farzan membuat Naira tersenyum senang.

"Udah ayo makan," ucap Farzan yang diangguki oleh Naira.

"Perlahan tapi pasti, gue gak sabar untuk besok. Mungkin gue akan dibolehkan keluar rumah lagi," batin Naira.

Selesai makan, mereka memutuskan untuk Salat Maghrib. Ini menjadi kesempatan emas untuk Naira. Dia menyiapkan semua keperluan salat Farzan, dari sajadah, kopiah, sarung hitam dan baju muslim-nya. Semua Naira siapkan.

Setelah berwudu', Farzan keluar dari kamar mandi. Air wudu' yang menetes dari ujung rambutnya menambah kesan ketampanannya. Dan bahkan Naira tidak bisa berkedip sedikit pun.

Farzan sedikit terkejut saat melihat istrinya berada di dalam kamarnya. Dan juga dia melihat peralatan salatnya yang sudah lengkap di atas kasur.

•••☆•••

TBC!

Spam next, jangan lupa vote🌟

Sorry kemarin ada kesalahan, dan sekarang alhamdulillah sudah bisa diatasi.

𝟎𝟐:𝟎𝟎 |𝐀𝐤𝐮 𝐌𝐞𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡?!|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang