Chapter 16

998 94 1
                                    

"Kalau dia demam, kenapa gak dibawa ke rumah sakit sih?!" Tanya Gea saat tidak ada satu pun yang membawa Naira ke rumah sakit.

"Tadi pihak kampus sudah menghubungi Tante Siska, jadi kita tinggal tunggu aja," jawab Rian.

Alifa menganggukkan kepalanya. Dia menatap sendu ke arah Naira. "Gue kasian sama Naira. Dia sudah kehilangan Daddy-nya, jadi hanya Tante Siska yang dia punya."

Gea pun ikut menatap Naira, dia berusaha agar tidak menjatuhkan air matanya. Dia sebenarnya sudah mengetahui tentang apa yang terjadi kepada Naira kecuali pernikahannya. Karena pernikahan Naira sangat rahasia dan orang tertentu yang mengetahui itu.

"Gue pamit dulu, ada urusan. Kalian jaga Naira," pamit Rian yang diangguki oleh Alifa dan Gea. Setelah itu Rian berjalan keluar dari UKS.

"Apa dia sakit karena merindukan Daddy-nya?" Tebak Gea.

Alifa menoleh. "Ada dua kemungkinan, lo masih ingat kan kalau Naira akan demam saat dia makan es krim," ucap Alifa.

Gea terdiam sejenak. "Iya, apa mungkin dia makan es krim?"

"Bisa jadi," ucap Alifa lalu menghempaskan bokongnya ke sofa yang ada di UKS tersebut.

▪︎▪︎▪︎

Suara derap langkah kaki bergema di lorong rumah sakit itu. Tanpa memperdulikan tatapan dari semua orang, pria tinggi itu terus berlari keluar dari rumah sakit. Bahkan dia tidak mendengarkan teriakan dari asistennya.

Sesampainya di mobil, dia segera menancapkan gas dan meninggalkan bangunan yang menjulang tinggi itu. Pikirannya dibuat kalut saat mendapatkan telepon dari mertuanya.

Pria tersebut melajukan mobilnya dengan kecepatan rata rata. Membuat seluruh pengendara memaki dirinya akibat melajukan mobilnya dengan sangat cepat.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, dia sampai juga di sebuah Universitas dimana istrinya menimba ilmu.

"Eh liat dia pemilik kampus kan?"

"Uh njir ganteng banget."

"Hooh tapi sayang dia orangnya dingin."

"Gak papa dong, dia gak buaya kayak cowok lainnya."

"Idaman banget, udah ganteng sholeh lagi."

"Nikmat tuhan manakah yang engkau dustakan."

Begitulah tanggapan para mahasiswi saat melihat ketampanan dari pemilik kampus itu. Sebenarnya dia merasa risih dengan ucapan dari mahasiswi tersebut.

Langkahnya menuju ke sebuah ruangan yang dimana tempat para Dosen berada. Dengan langkah lebar dia memasuki ruangan tersebut tanpa harus mengetuk pintu dulu.

"Assalamualaikum," ucap pria tersebut saat sudah berada di ruangan itu. Para Dosen yang tadinya duduk seketika berdiri dan segera menghampirinya.

"Waalaikumsalam, Tuan muda," ucap salah satu pihak kampus yang menjabat sebagai Dekan.

"Dimana istri saya?" Tanya pria tersebut to the point. Sedangkan Dekan tersebut mengeryitkan keningnya pertanda tidak mengerti dengan ucapan tuannya ini.

"Naira," ucap pria tersebut seakan mengerti apa yang ada di pikiran Dekan tersebut yang bernama Pak brian. Pak Brian sempat terkejut dengan ucapan tuannya, tapi saat melihat aura dingin dari tuannya dia memilih diam.

"Ada di UKS Tuan, mari saya antar," jawab Pak Brian. Pria tersebut mengikuti langkah kaki Pak Brian.

Sesampainya di pintu UKS, dia menyuruh Pak Brian meninggalkan dirinya. Sesuai dengan permintaan dari tuannya Pak Brian segera meninggalkan tempat itu.

Ceklek

Pria tersebut membuka pintu, dan tatapannya mengarah dengan seorang gadis yang tertidur pulas. Kaki jenjangnya memasuki ruangan tersebut, dan menghampiri istrinya yang sudah terbaring lemah itu. Dia belum menyadari kalau sedari tadi dia di perhatikan oleh dua gadis yang duduk di sofa.

"Tuan Far-zan?" Panggil salah satu gadis tersebut.

Benar, pria tersebut adalah Farzan suami Naira. Farzan adalah pemilik kampus tempat Naira menimba ilmu, tapi Naira tidak mengetahui hal itu karena Farzan tidak memberitahunya. Dia sengaja mengkuliahkan Naira di kampus miliknya agar dia bisa memantau istrinya ini.

Farzan menatap kedua gadis tersebut yang sedang menatapnya dengan mulut yang sedikit terbuka.

"Kalian temannya Naira?" Tanya Farzan saat melihat mereka yang terus menatapnya.

Kedua gadis tersebut dengan kompak menganggukkan kepalanya.

"Saya akan membawa Naira kerumah sakit, kalian bisa pergi dari sini," ucap Farzan lalu menggendong Naira ala bridal style. Hal itu membuat kedua gadis tersebut membelalakkan matanya kaget.

Sebelum Farzan melangkah keluar, dia menatap kedua gadis tersebut.

"Oh iya, terima kasih sudah menjaganya. Saya pamit dulu assalamualaikum," pamit Farzan lalu keluar dari ruangan tersebut dengan Naira yang berada di gendongannya.

Sedangkan kedua gadis tersebut yang tak lain adalah Gea dan Alifa menatap cengo kepergian Farzan dan Naira.

"Lif, lo tau apa yang gue pikirkan?" Tanya Gea yang masih menatap pintu dimana Farzan dan Naira pergi tadi.

"Gue tau," jawab Alifa.

"Apa?"

"Lo belum makan kan?"

Tuk

"Bego banget sih," kesal Gea lalu meninggalkan Alifa yang masih mencerna ucapan Gea.

"Kok bego? Perasaan jawaban gue sesuai dengan pikiran Gea," gumam Alifa.

Farzan berjalan dengan langkah lebar melewati mahasiswa/siswi. Banyak yang menatapnya terkejut saat melihat pemilik kampus tersebut menggendong seorang gadis.

Mereka semua tidak percaya, karena pemilik kampus tersebut yang dikenal dengan sikap dinginnya menggendong salah satu mahasiswi yang mereka ketahui kalau dia anak baru disini.

Sedangkan disisi lain seseorang menggenggam erat ponselnya saat melihat Farzan yang menggendong Naira.

"Siapa dia?"  Batinnya.

Farzan meletakkan Naira di dalam mobilnya. Setelah itu dia masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya meninggalkan area kampus tersebut.

•••♡•••

TBC!

VOTE DAN KOMEN🌟

SORRY TYPO BERTEBARAN!

Yang baca masih sedikit, bantu promosiin dong biar banyak yang baca🕊

𝟎𝟐:𝟎𝟎 |𝐀𝐤𝐮 𝐌𝐞𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡?!|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang