Chapter 15

1K 86 0
                                    

Gea dan Alifa menolehkan kepalanya saat mendengar sapaan dari Naira.

"Tumben siang?" Tanya Gea. Naira hanya memutar bola mata malas. Setelah itu dia duduk di bangku dekat Alifa tanpa menjawab pertanyaan Gea.

"Nai lo tugasnya udah?" Tanya Alifa. Naira hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Alifa dan Gea saling menatap satu sama lain, sepertinya ada yang salah dengan sahabatnya ini.

"Lo kenapa?" Tanya lagi Alifa.

"Gak papa," jawab Naira. Gea menghembuskan nafasnya panjang, dia sudah bertahun tahun bersahabatan dengan Naira jadi dia tau apa yang terjadi.

"Lo kalau sakit kenapa masih masuk sih?!" Ucap Gea.

"Males aja gue dirumah," sahut Naira.

"Nai, kalau lo sakit mending gausa masuk deh. Daripada nanti lo tambah sakit, apalagi bentar lagi ada pelajaran Pak Amir nanti lo tambah pusing," ucap Alifa.

"Ck lo gimana sih Lif, otak Naira itu luas jadi dia gak bakal pusing pelajaran kayak gitu. Beda sama otak lo yang dangkal," sahut Gea.

"Astaghfirullah Gea, punya mulut pedas banget sih. Gak like deh gue," ucap Alifa. Belum sempat Gea menjawab tiba tiba ada seseorang yang masuk ke kelas dengan suara emasnya.

"GOOD MORNING GUYS," teriak seseorang membuat seluruh mahasiswa/siswi yang ada di kelas tersentak kaget.

"BISA GAK LO GAUSA TERIAK?!" kesal Gea.

"Itu lo juga teriak Ge," sahut Alifa dengan tatapan polosnya. Perlu digaris bawahi hanya Alifa yang sangat polos diantara mereka. Ya walaupun bicaranya 'lo gue' tapi otaknya polos, hanya berisi ilmu agama aja.

"Bocil diam," ucap Gea membuat Alifa mengerucutkan bibirnya.

"Udah kok malah ribut sih," kesal Naira.

"Eh pagi my bubu," sapa orang tersebut yang tak lain adalah Rian.

"Lo kok manggil Naira bubu sih? Bubu itu nama kucing gue," sahut Alifa tidak terima dengan panggilan Rian ke Naira. Sedangkan Gea menahan ketawanya saat mendengar ucapan sahabatnya ini.

Rian mendengus pelan, "Itu panggilan sayang gue ke Naira, Alifaa cantik," jelas Rian.

"Ya tapi jangan bubu dong," ucap Alifa.

"Gak itu sudah panggilan sayang gue ke Naira," sahut Rian.

Gea dan Naira menatap jengah ke arah mereka berdua yang bertengkar hanya karena nama panggilan.

"Udah kok malah bertengkar sih," lerai Naira.

"Ini loh beb, Alifa--"

"Ih Rian, lo kok manggil Naira bebek sih?" Potong Alifa membuat semua orang menepuk keningnya.

"Dah lah serah lo cil," sahut Rian lalu duduk di bangku paling depan. Dia sudah capek bertengkar dengan sahabatnya yang sangat polos itu.

▪︎▪︎▪︎

Naira memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Bahkan dia mencoba untuk fokus mendengarkan penjelasan Dosen, tapi itu percuma karena kepalanya terasa sangat pusing.

Setelah pelajaran berakhir, Naira memutuskan untuk ke toilet. Dia hanya pergi sendiri karena temannya sedang ke kantin.

Selesai dengan urusannya, Naira ke wastafel untuk mencuci tangannya. Dan lagi lagi dia merasakan pusing di kepalanya. Naira memegang kepalanya, dan dia dapat merasakan panas di sekujur tubuhnya.

Naira memaksakan untuk berjalan keluar dari toilet, sepertinya dia akan ke kelas untuk istirahat sebentar sambil menunggu kelas dimulai.

Belum sempat dia sampai di kelasnya, tiba tiba pandangannya mulai menggelap. Naira tidak dapat menahan berat tubuhnya hingga dia terhuyung ke belakang. Tapi di setengah kesadarannya dia dapat merasakan ada seseorang yang menangkap tubuhnya. Lalu matanya tertutup rapat. Ya, Naira pingsan.

Disisi lain, Gea dan Alifa menunggu Naira dan Rian. Tetapi tidak ada tanda tanda temannya datang. Padahal istirahat tinggal beberapa menit lagi, tapi mereka belum muncul juga.

"GEA ALIFA," panggil seseorang dengan nafas yang memburu.

Gea dan Alifa menatap orang tersebut dengan tatapan bertanya.

"I-itu N-Naira," ucapnya dengan nafas tersenggal senggal membuat Gea semakin kesal.

"Naira kenapa?!" Tanya Gea tidak sabaran.

"Pingsan," ucap orang tersebut membuat Gea dan Alifa membulatkan matanya.

"APA?!" teriak mereka berdua membuat orang yang dikantin menatap mereka.

Tanpa berbicara, Gea dan Alifa berlari menuju ke UKS. Sedangkan orang tersebut hanya berdecak kesal, karena Gea dan Alifa pergi begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih.

Brak!

Pintu UKS di dobrak dengan sangat keras oleh Gea. Orang yang berada di UKS menatap kesal kearahnya. Tapi Gea tidak memperdulikan tatapan tersebut, yang dia khawatirkan sekarang adalah Naira.

Pandangannya bertemu dengan Naira yang sudah terbaring lemah, dan disampingnya terdapat seorang cowok yang menggenggam tangan Naira.

Dengan sedikit berlari Gea menarik kerah cowok tersebut.

"Lo kan yang bikin Naira kayak gini?!" Teriak Gea dengan wajah merahnya.

Cowok tersebut menepis tangan Gea, "Lo jangan asal nuduh, gue yang udah bantuin Naira. Dan mana mungkin gue nyakitin orang yang gue sayang," jelas cowok tersebut.

"Cih ini yang lo bilang sayang huh? Lo udah bikin sahabat gue pingsan!" Marah Gea.

"Gue udah bilang, bukan gue yang buat Naira pingsan!" Ucap cowok tersebut dengan menekan setiap ucapannya.

"Ya terus kenapa sahabat gue sampek pingsan kayak gini huh?!"

"Ya dengerin penjelasan gue dulu."

"ASTAGHFIRULLAH GEA RIAN BISA GAK KALIAN GAUSA BERTENGKAR?!"

Teriakan Alifa mampu menghentikan pertengkaran antara Gea dan cowok yang dipanggil Rian tersebut.

Lalu Alifa menghampiri mereka berdua. "Rian, Naira kok bisa pingsan?" Tanya Alifa saat sudah berada di samping Gea.

"Dia demam," jawab Rian.

"APA?!" Pekik Gea dan Alifa.

•••☆•••

TBC!

VOTE DAN KOMEN🌟

SUKA CERITA? FOLLOW AKUN AUTHOR DONG, BIAR ENAK AUTHOR MEMBERI INFORMASI KEPADA KALIAN:)

𝟎𝟐:𝟎𝟎 |𝐀𝐤𝐮 𝐌𝐞𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡?!|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang