Hi guys i'm comeback ❤
****
Setibanya di rumah Gina segera membopong tubuh Leo ke dalam kamar milik cowok itu. Tubuh Leo benar-benar panas, membuat Gina sangat khawatir.
Setelah membaringkan tubuh Leo, Gina terlihat gelagapan, ia harus berbuat apa? Ke dokter? Mengambil obat? Kompres? Atau apa?
****Setelah mengompres, Gina menatap wajah Leo lekat, cowok itu menutup matanya dengan tubuh yang menggigil.
"Kak Leo sakitnya mendadak" Omel Gina pada Leo. Sejail-jailnya Gina ia akan menangis ketika melihat Leo sakit, dan sekarang matanya berusaha agar tidak menangis.
Bukan lebay tetapi Gina selalu merasa sendiri setiap Leo sakit, karena yang peduli dan selalu ada dengannya hanyalah Leo.
"Kak Leo" Lirih Gina yang memeluk tubuh Leo, gadis itu terdiam di atas dada bidang milik Leo. Dan banar saja, Gina menangis di sana.
"Perasaan kak Leo tadi sehat, kenapa sekarang sakit? Tau gini Gina nggak mau bangunin kak Leo buat nganter beli buku" Ucap Gina menatap sendu buku yang berada di atas nakas kamar.
"Gina....jangan di situ, berat nih napas" Ucap Leo pelan, Gina segera mendudukkan tubuhnya tegap dan menghapus air matanya. Leo membuka matanya, mata yang belum terbuka sepenuhnya itu menatap Gina dengan senyum tipisnya.
"Tuh'kan nangis, kebiasaan. Udah jangan nangis napa" Ucap Leo yang menarik selimut dan menyelimuti dirinya sendiri.
"Hm. Nggak nangis kok"
****
Eriska sudah membawa kopernya untuk kembali ke luar kota, hal itu membuat Awan yang bahagia menatap sendu ke arah Eriska.
"Jagain Awan ya Eline, nanti kalau mama sama papa udah punya keputusan tentang sekolah Awan, mama pasti kabarin Eline" Ucap Eriska mengusap puncak kepala anak gadisnya.
"Ya ma, jangan lama-lama" Ucap Eline menatap menoleh menatap Awan yang masih berdiri di ambang pintu.
"Awan sini" Ucap Eriska yang membuat Awan dengan pelan berjalan ke arahnya.
"Mama pergi dulu ya, Awan jangan nakal" Eriska mengangkat tubuh kecil milik Awan, wanita itu menggendong dan menciumi puncak kepala putranya.
"Awan nggak pernah nakal kok, Ma" Ucap Awan mengalihkan pandangannya menatap Eline, Eline yang sadar akan tatapan Awan yang sendu dan terlihat sangat sedih jika Eriska harus pergi lagi.
"Iya, mama percaya" Ucap Eriska menurunkan Awan dari gendongannya, kini wanita itu sibuk menaruh koper ke dalam mobilnya di bantu pak supir dan bi Rumi. Beberapa saat mobil itu berlalu pergi membuat Awan menundukkan kepalanya dalam.
"Kak Eline..." Panggil Awan yang mendongak menatap Eline.
"Ada apa?" Eline berjongkok menyetarakan tingginya dengan tinggi Awan, gadis itu menyisir rambut hitam Awan dengan lembut.
"Awan belum puas lihat Mama di sini bareng kita" Ucap Awan yang menahan airmatanya, terlihat sekali jika lelaki kecil itu tengah bersedih merindukan sosok ibu, namun Eriska sama sekali tidak mengerti perasaan anak-anaknya.
"Udah ah, Awan jangan sedih-sedih terus" Eline mengangkat tubuh Awan ke gendongannya, gadis itu membawa sang adik memasuki rumah.
Bi Rumi yang melihat itu hanya bisa tersenyum, wanita empat puluhan itu sangat mengerti perasaan kedua anak itu, lalu mengapa Eriska sama sekali tidak peka.
****
"Gin...."
"Hm...." Gina menajawab panggilan Leo dengan deheman kecil, gadis itu kini tengah mengerjakan PR di kamar Leo sambil berjaga-jaga jika Leo membutuhkan sesuatu.
"Besok gue--"
"Husstt....." Gina memotong pembicaraan Leo membuat cowok itu sedikit kesal menatap adiknya.
"Pasti mau bilang, besok mau sekolah kan?" Tebak Gina yang mendapat anggukan pelan dari Leo. Demam sedikit saja tidak menggoyahkam niat Leo untuk berangkat sekolah. Leo akan memaksa untuk sekolah jika keadaannya tidak terlalu buruk.
"Nanti kalau makin sakit gimana? Yang sakit emang kak Leo tapi yang repot pasti Gina" Ucap Gina dengan kedua alis yang tertaut sebal.
"Kalau gue nggak masuk, yang nganter lu sekolah siapa?" Tanya Leo.
"Ck! Gitu doang di permasalahin, bisa berangkat sendiri, naik sepeda, taxi, anggot, bus, pesawat" Gina yang sudah tidak mood dengan PR-nya pun memilih untuk melanjutkannya nanti, gadis itu menutup bukunya kasar.
"Terus, yang jagain gue siapa?" Tanya Leo lagi, Gina terdiam lalu merubah wajahnya menjadi gelisah, itu yang tengah ia pikirkan tadi.
"Ya udah Gina ikutan nggak masuk sekolah"
"Jangan dong Gin"
"Terus kak Leo sama siapa?"
"Panggil Eline kesini"
****
"Awan jangan galau gitu dong, nonton pororo kesukaan Awan yuk" Bujuk Eline saat melihat Awan yang murung.
"Nggak ah, bosen" Balas Awan yang melipat kedua tangannya di depan dada, lelaki kecil itu memandang sendu ke arah botol minumannya, Eline terdiam menatap lekat adik kecilnya sebelum gadis itu berdiri dan berlalu ke arah kamarnya.
Eline menggambil benda gepeng yang sendari tadi memunculkan beberapa notif pesan dari Leo, jika saja Leo tidak memaksa untuk bertukar nomor ponsel mungkin Eline tidak akan mau.
LEOMOTJELEK🤡
Line, pagi bisa ke sini nggak?
Ke rumah gueEline melebarkan matanya, seenaknya saja Leo menyuruhnya datang ke rumah, sedangkan Eline tidak tau asal usul Leo, tinggal di mana dari kota mana? Atau dari goapun Eline tidak tau.
NGGAK BISA!
LEOMOTJELEK🤡
Kenapa nggak bisa?
Gue sakit nih, nggak ada niatan buat jenguk?Sakit apa?
Eline terdiam memandangi ponselnya, Leo yang kelebihan Vitamin bisa sakit juga? Atau sakit jiwanya sedang kumat, ah Eline selalu berfikir negatif tentang Leo.
LEOMOTJELEK🤡
Demam, jengukin ya🙏
Lo ada homeschooling gk?Ada, emang rumah lo di mana?
LEOMOTJELEK🤡
Ntar gue sharelook****
Niat mo up kemarin malem, tapi ya dah lah😞
Udah tahun 2022 aja yah
Happy 1 January 2022
Lopyuuuuuu❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANTIC COUSIN [HIATUS]
Teen Fiction[DI REVISI] Ini kisah Eline dan sepupunya Karlo yang saling mencintai, awalnya merasa aneh di dalam dunia persepupuan ada rasa cinta, bukannya sepupu bagaikan saudara? Namun mereka membiarkan rasa cinta tumbuh bersama kata "enjoy", tidak mempermasa...