romantic cousin empat puluh

42 10 0
                                    

Hi i'm comeback ❤

Yeaayy.....karena libur sekolah mari kita up😙

Btw, follow jga ya biar wishlist ku cepat" Ku coret☺

Hepi riding lah💜

*******

"Kamu melupakan Om?" Tanya Falno dengan senyumnya. .

"Hampir, Om" Balas Karlo terkekeh pelan.

Mereka tengah terduduk di kursi tempat Karlo terduduk tadi. Niat Karlo yang ingin kembali menemui Eline tertunda, ia ingin berbincang-bincang terlebih dahulu dengan mantan dokter Falno.

"Kamu masih sering datang ke rumah Leo?" Tanya Falno yang tak mendapat jawaban dari Karlo beberapa saat. Tak lama cowok itu mdnggelengkan kepalanya.

"Bukannya kalian seperti gula dan semut, dimana ada Leo di situ ada kamu dan juga sebaliknya"

"Tapi, Om..."

"Kalian ada masalah?" Tanya Falno tiba-tiba yang membuat Karlo ksmbali terdiam, mengapa Falno sepeka itu.

Terdengar suara helaan napas samar keluar dari mulut Karlo. Cowok itu kembali menganggukkan kepalanya ragu.

"Masalah rebutan makanan? Atau ada kesalaan teknis saat bergibah?" Tanya Falno, lebih tepatnya menanyakan hal-hal yang pernah di pertengkarkan Leo dan Karlo dahulu.

"Atau masalah yang lebih serius?" Lanjut Falno menanyakan, saat Karlo merubah raut wajahnya, bukan maslaah itu yang tengah mereka hadapi, mereka sudah dewasa hal seperti itu tidak mungkin terjadi lagi.

"Iya Om, lebih serius, bahkan hubungan persahabatan aku sama Leo benar-benar memburuk, aku udah nggak ketemu sama dia satu munggu ini" Jelas Karlo menundukkan kepalanya dalam.

Falno menghela napas pelan, pria itu menatap getir amplop putih yang berisikan hasil tes darah di labolatorium kemarin.

"Jika ada masalah, jangan mudah untuk memutus tali persahabatan, kalau kalian merasa belum bisa meyelesaikan masalah ini, maka selesaikan nanti, kalian masih labil, jangan terburu-buru untuk mengambil keputusan" Tangan Falno terangkat mengusap rambut Karlo lembut, selain Gina dan Leo, Karlo juga sudah Falno anggap sebagai anaknya.

"Dewasa sulit, om" Mungkin ini titik terlemah Karlo, dirinya masih terlalu labil, yang mengajarinya untuk bersikap dewasa adalah dirinya sendiri, kedua orang tuanya benar-benar tidak pernah mengajarkan itu.

"Jangan salahkan dewasa. Orang-orang yang semumuran dengan Om masih banyak yang belum bisa berfikir dan mengambil keputusan, hal yang menurut kita baik dan benar belum tentu untuk orang lain. Jamgan menganggap semua orang di dunia ini sama seperti kamu" Rasanya kata-kata Falno merasuk lembut ke dalma hati Karlo, kata-kata itu telah menghancurkan kerasnya hati Karlo selama ini.

"Makasih Om, makasih udah buka hati Karlo lagi. Masalah pertama di mulai dari aku, bukan Leo, aku yang udah benci sama Gina. Padahal Gina adalah sesuatu yang paling berharga bagi Leo, dan aku telah membenci sesuatu itu"

Satu isakan berhasil keluar dari mulut Karlo, tangannya terangkat untuk mengusap airmata  nya sendiri yang keluar dari sudut matanya.

"Kamu membenci Gina?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Falno membuat Karlo terdiam, rasanya malu, malu karena telah memendam rasa benci selama itu. Padahal semuanya telah berlalu dua tahun yang lalu.

Karlo menjawabnya dengan anggukan kepala. "Setelah ini lupakan itu, apapun masalahnya. Sekarang Om mau membicarakan sesuatu sama kamu, ini serius, soal sahabat kamu. Leo"

                                      ******

"Sebelum kak Leo nembak Eline jadi pacar, kak Leo harus siap mental, oke?"

"Iya" Leo tersenyum lalu berjalan menyusuri toko bunga, ia ingin memerikan Eline bunga mawar tetapi ia juga tertarik dengan bunga lavender yang berada di sudut ruangan.

Mata Leo berbinar ketika melihat bunga itu, tetapi mawar merah lebih romantis menurutnya, saat Leo bertanya pada Gina, bunga apa yang cocok untuk menyatakan perasaan, gadis itu juga menyarankan mawar merah begitu juga sang pemilik toko bunga.

"Kak Leo ngapain beli bunga sekarang?" Tanya Gina yang membuntuti Leo dari belakang.

"Iya"

"Apaan sih! Dari tadi balesnya iya iya mulu" Kesal Gina mendorong pelan punggung Leo. Cowok itu terkekeh pelan di selingi senyuman yang manis.

"Nggak apa-apa. Kita beli bunga mawarnya besok tapi gue psngin bunga lavender itu" Ujap Leo menunjuk bunga itu dengan dagunya.

"Bunganya cantik"

"Sejak kapan kak Leo suka bunga?" Tanya Gina heran.

"Udah lama" Balas Leo menatap sendu bunga itu.

"Yaudah sana beli" Titah Gina yang membuat Leo segera beranjak dan menyuruh penjual-penjual itu merancangkannya bunga lavender.

"GIN NTAR MAKAM KAK LEO TABURIN BUNGA LAVENDER YAK?!!"

"KAK LEO!!!"

                                   

******

👑❤

ROMANTIC COUSIN [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang