romantic cousin tiga puluh dua

30 13 1
                                    

Hi i'm comeback ❤

*****

"Beneran ma!"

"Iya"

Eline sungguh merasa sangat senang, bagaimana tidak? Satu jam yang lalu Erika menelfonnya, bahwa ia akan memasukkan Awan ke sekolah TK.

"Rayain pakek es krim yuk" Ajak Awan pada Eline yang tak henti-hentinya bersorak gembira, namun mendengar kata es krim membuat Eline terdiam seketika.

"Ga, belajar irit" Ucap Eline.

"Yang murah aja"

"Yang murah tapi banyak?"

"Iya, hehe"

Walaupun merasa kesal Eline tetap menuruti Awan, gadis itu pergi keluar di antar pak supir yang siap mengantarnya kemana-mana.

                                  *****

Eline terduduk di kusi panjang pinggir jalan, Awan di antar pak supir masuk ke dalam minimarket untuk memilih-milih es krim yang anak itu mau.

"ELINE!" Gadis itu terpelonjat kaget saat seseorang memanggil namanya dengan keras, Eline memuar tubuhnya untuk melihat suara yang berasal tepat di belakangnya.

"G-ina?" Seketika Eline gugup saat melihat Gina yang datang bersama Leo, gadis itu memilih memutar tubuhnya kembali tidak mau menatap kedua manusia itu.

"Ngapain?" Tanya Gina yang beralih duduk di dekat Eline, sedangkan Leo, cowok itu masih berdiri di belakang.

"Gapapa" Balas gadis itu singkat, membuat Gina menaikkan sebelah alisnya.

"Singkat bener, kenapa?"

"Pipi-nya masih sakit" Ucap Eline dengan ekor mata melirik Leo, Eline memang sengaja menyindir cowok itu.

Leo yang mendengar hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dengan kedua tangan bersedekap di depan dada.

Gina memang menyuruh supir pribadinya alias Leo untuk mengantarnya pergi ke minimarket untuk membeli beberapa bahan masak, jika tidak begini Leo dan Gina tidak makan, karena tidak ada bisa di masak. Mereka terlalu mandiri, karena tidak ada tempat untuk mereka bergantung. Kecuali pamannya, tetapi mereka tidak bisa bergantung terus-terusan kepada pamannya itu karena pamannya sudah membayar sekolah keduanya hingga lulus.

"Pipi, emang pipi lo kenapa?" Tanya Gina menyinggirkan anak rambut Eline untuk melihat pipi gadis di sampingnya itu.

"Gapapa" Eline mengalihkan pandangannya dengan mengelak agar Gina tidak mententuh pipinya yang masih terasa agak ngilu ketika di pegang.

"Ih, gimana sih" Kesal Gina.

"Gue mau belanja dulu, nanti kalau gue habis belanja lo udah pulang ya?" Tanya Gina yang mendapat anggukan kepala dari Eline.

"Ck, ya udahlah" Kecewa Gina lalu menoleh menatap Leo yang sendari tadi menyimak pembicaraannya dengan Eline.

"Mana uangnya?" Tangan Gina terulur meminta uang dari Leo. Terlihat cowok itu mengambil beberapa uang dari saku celanannya.

Mereka seperti suami istri yang tengah berbelanja bulanan.

"Nih"

Setelah mendapat uang dari Leo, gadis itu segera berlalu memasuki minimarket untuk berbelanja tentunya.

Eline menggeser duduknya memberi tempat agar Leo duduk di sebelahnya, namun tak kunjung cowok itu duduk.

"Duduk" Perintah Eline dengan nada dingin. Walaupun Eline marah Eline tidak dapat membenci Leo, satu cerita yang keluar dari mulut Leo kemarin membuat Eline benar-benar luluh akan kebaikan Leo dan sedalam itu kisah Leo.

Eline terus menatap lekat ke arah Leo yang beralih duduk di sebelahnya dengan pandangan lurus ke depan tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya.

Terdengar suara helaan nafas berat dari mulut gadis itu. "Lo, baik-baik aja-kan?" Tanya Eline pada akhirnya.

"Lo benci sama gue'kan gara-gara gue tampar lo kemarin" Bukannya menjawab Leo malah mengelak. Mendengar penuturan Leo, gadis itu menggelengkan kepalanya.

"Nggak, gue nggak bisa benci sama lo. Karena lo baik" Ucap Eline dengan percayanya.

"Lo jahat, gue benci sama lo. Siapa yang bilang gitu kemarin?"

Eline terdiam, kedua matanya bertemu dengan kedua mata Leo. Eline bisa melihat tatapan sayu dari Leo. "Ya, lagian kenapa lo jahat tiba-tiba ke gue. Nampar juga lagi, kayak udah nggak punya hati"

"Jawab dong" Perintah Eline karena tak kunjung mendapat jawaban dari Leo.

"Karena gue lihat Karlo di sana, gue takut dia salah paham, gue tau kok kalian itu mempunyai cinta satu sama lain dan sebesar itu cinta kalian" Balas Leo dengan membuang nafasnya kasar di akhir kalimatnya.

"Hm, tapi harus dengan cara kasar ya?"

"Maaf"

Eline tersenyum hambar ketika mendengar kata 'maaf' kembali keluar dari mulut Leo, perasaan baru kemarin Leo datang kerumahnya dan meminta maaf karena telah membuat Eline menangis, pada akhirnya Leo kembali membuatnya menangis.

"KAK ELINE!"

Suara kecil nan melengking itu membuat Eline mengarahkan pandangan pada sang pemanggil. Terlihat Awan yang berlari ke arahnya dengan kantong kresek yang sudah terisi penuh oleh es krim. Es-es itu tidak langsung di makan oleh Awan melainkan di taruh ke dalam kulkas agar tambah dingin. Awan sangat menyukai es krim yang benar-benar dingin dan beku.

Wajah Awan yang tadinya berseri-seri kini berubah ketika sudah berada tepat di depan Eline terduduk. Mata Awan melirik ke arah Leo lalu berbisik di telinga Eline.

"Siapa tuh? Kok wajahnya galak" Bisik Awan yang membuat Eline refleks menoleh menatap Leo.

"Ini namanya Kak Leo sahabatnya kak Eline. Leo! Ini adek gue namanya Awan" Ucap Eline memperkenalkan keduanya. Namun Awan terdiam begitu juga Leo. Tidak ada yang menyambut perkenalannya.

"Ah udahlah! Ayo pulang" Eline menggandeng tangan kecil milik Awan untuk segera pulang namun anak kecil itu melepas tangan Eline dari tangannya.

"Oh jadi ini kak Leo yang waktu itu kak Eline jenguk?" Tanya Awan yang mendapat anggukan kepala dari Eline.

Anak kecil itu kembali berjalan ke arah Leo yang kini menatapnya dengan senyuman tipis.

"Kak Eline suka sama kak Leo tau"

"AWAN!!"

*****

Bye bye ❤

ROMANTIC COUSIN [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang