45. After

5.3K 484 91
                                    

Gelak tawa Raras mendominasi ruangan bernuansa putih dengan bau khas yang hanya diisi oleh dirinya dan tentu saja Galang. Tawanya yang Galang sebut sebagai tawa paling menyenangkan yang pernah ia dengar, jelas menjadi kebahagiaan sendiri untuk Galang. Lelaki itu tersenyum lebar mendapati gadisnya tertawa hingga matanya menyipit lucu.

"Kamu liat Fathar ya ampun lucu banget," ujar Raras sembari berusaha menghentikan tawanya sebelum pipinya pegal.

Galang mengangguk setuju, membiarkan Raras tersenyum bebas dengan handphone ditangannya menunjukkan potret teman mereka -Fathar- tengah menggendong bayi kecil yang sudah diketahui bayi itu adalah anak Dandi dan Cahaya.

Yang membuat foto itu lucu adalah waktu jepretan yang pas sekali dimana situasinya sudah cukup bisa ditebak dengan melihat wajah anak perempuan Dandi dan Cahaya penuh dengan bedak tabur dengan raut wajah ingin menangis. Dandi dibelakangnya terlihat sangat ingin memukul kepala Fathar dengan nampan rumah sakit. Sedangkan Fathar sendiri sepertinya tidak mengetahui itu melihat pose senyum jenaka tertengger di bibirnya.

"Maaf.." ujar Galang tiba-tiba lantas membuat Raras mengalihkan fokusnya. Gadis itu mematikan smartphone yang sedari tadi dipegangnya kemudian mendekatkan diri pada Galang yang masih duduk selonjor di tempat tidur.

"Perasaan gak lagi hari raya," balas Raras terkekeh. Seandainya Galang tau saat ini jantung Raras berdetak dua kali lebih cepat karena sudah tau arah pembicaraan mereka akan mengarah kemana.

"Maaf lo harus pacaran sama orang yang hidupnya berantakan kaya gue."

"Ras, maaf kalo selama ini gue keliatan jadi cowo manipulative yang selalu nahan lo pergi pake alesan penyakit gue. Maaf gue gak bisa jadi cowo yang baik buat lo. Gue minta maaf, Ras."

Rasanya saat ini yang bisa Galang lakukan hanyalah menundukkan kepalanya, tidak berani menatap mata Raras seperti apa yang selalu dia lakukan setiap hari. Galang sudah terlalu malu kepada gadis didepannya.

Saat bangun tidur tadi dia mendapati Raras sedang makan di sofa yang sudah disediakan di kamar rumah sakit tempat Galang dirawat ini. Melihat Galang yang sudah bangun Raras buru-buru meletakkan makanannya dan beralih membawakan Galang air putih untuk diminum. Melihat bagaimana Raras memperhatikannya lebih dari dirinya sendiri membuat hati Galang mencelos.

Mungkin benar selama ini hanya Raras yang memberikan afeksi untuk mengisi hubungan mereka yang dijalani beberapa tahun ini. Sedangkan Galang sendiri tidak bisa mengingat hal apa yang dia telah dia lakukan untuk Raras selama mereka berpacaran.

Bukankah pacaran sama saja dengan menjalin komitmen antar dua orang dan menjalani aktivitas yang sifatnya menguntungkan untuk kedua belah pihak? Sedangkan disini Galang merasa dia belum bisa memberikan hal yang menguntungkan untuk Raras. Bahkan dalam hal sekecil melindungi Raras pun dia sudah gagal.

Dan dalam penjelasan panjang itu, Galang berani mengaku jika memang dia tidak pernah mempunyai peran dalam hubungan mereka. Dan juga dengan hal itu tundukkan Galang semakin dalam.

"Lang," panggil Raras seraya mengangkat dagu Galang menggunakan telunjuknya.

Melihat mata Galang yang sudah memerah menahan air matanya membuat Raras rasanya ingin menarik pria itu ke dalam rengkuhannya, tapi ia coba untuk menahannya. Sekarang bukan saatnya mereka menyelesaikan semuanya hanya dengan sebuah pelukan, memang rengkuhan keduanya terasa hangat dan selalu menenangkan namun akhir permasalahaan mereka akan tetap menjadi abu-abu.

Mungkin saat ini adalah waktu yang tepat untuk mereka menyuarakan semua hal-hal yang sudah mereka pendam dan sembunyikan selama mereka menjalin hubungan. Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk mereka bersikap sebagaimana semestinya agar hubungan yang sudah mereka jalin selama bertahun-tahun ini tidak akan berakhir sia-sia.

Raras duduk di pinggir ranjang kasur Galang, menyamankan duduknya kemudian menatap Galang sepenuhnya.

"Apapun hal jelek yang kamu pikirin saat ini, tolong singkirin dulu. Kalo kamu lagi mikir kamu kurang baik buat aku, kamu harus tau kalo aku selalu merasa baik kalo ada di deket kamu." Raras terdiam sebentar lalu mimk wajahnya yang tadinya sendu kini berubah secara cepat dengan raut geli.

"Ini alay banget Lang, ayo obrolin ini dengan cepat soalnya aku takut muntah beneran gabisa kita alus-alus begini."

Senyum Galang terbit segaris mendengarnya, bagaimanapun juga hanya Raras yang bisa mengerti dirinya lebih dari dia memahami dirinya sendiri. Matanya melembut saat mendapati Raras tersenyum manis.

"Berhubung aku udah denger semuanya dari beliau, aku rasa kamu udah ngga perlu jelasin lagi. Gapapa kalo mau pendem atau sekalian ilangin aja kenangan buruk kamu itu, aku ga akan maksa kamu buat cerita lagi dan aku anggap masalah kamu itu selesai."

"Aku juga gak akan ninggalin kamu karena udah denger semua itu jadi tolong jangan pernah mikir kaya gitu lagi please, kalo kamu masih mikir kaya gitu berarti kamu gak percaya sama aku. Serius aku udah kena pelet kamu beneran udah cinta mati sa-- jangan ketawa!!" hardik Raras melihat Galang menunduk tersenyum lebar mendengar ucapannya.

"Secinta apa lo sama gue?" tanya Galang usil yang malah dihadiahi pelototan dari Raras. "Kamu bakal dimarahin Shasa berani nanyain ini ke aku, Lang. Serius kamu bakal ditempeleng sama bang Nando juga."

Galang terkekeh lagi kemudian membawa Raras kedalam pelukannya. Rasanya ribuan ucapan terima kasih tidak akan pernah cukup untuk dia katakan pada Raras atas dasar telah hadir kedalam hidupnya.

Mungkin memang benar dia akan dicercah habis-habisan oleh Shasa dan dibabat habis oleh Nando. Pasalnya memang selama ini Nando, Shasa dan tentu teman-teman mereka yang lainnya juga menjadi saksi bagaimana kisah cinta mereka berdua berawal hingga saat ini dan berada di titik ini. Mereka tau, dan mereka juga berani mengambil tindakan jika saja ada sesuatu yang tidak berjalan dengan seharusnya sebagaimana kedua pasangan bertindak.

Galang berani bertaruh jika saja Raras tidak pernah menahan teman-temannya untuk memberi pelajaran kepada Galang karena sudah berkali-kali menyusahkan gadis itu selama mereka berpacaran, mungkin sekarang namanya hanya terlihat diatas batu nisan.

"Kamu kalo misal disuruh milih aku atau uang 10 milyar, bakal milih mana, Lang?" tanya Raras berbisik dengan posisi masih berpelukan.

"Kamu." Dan dengan jawaban itu pula Raras dengan kasar melepas pelukan mereka kemudian memandang Galang yang berdecak sebal karena merasa kenyamanannya ditarik secara paksa.

"Lang demi apapun aku udah nyaman sama kamu pake lo-gue aja beneran ga usah sok lembut gitu sama aku kita udah lebih dari 4 tahun kenal jangan maksain diri ok santai aja."

Lagi-lagi Galang tertawa mendengarnya, entah sudah berapa kali dia tertawa karena raras hari ini. Ini terasa sangat melegakan, Galang seperti sudah bisa bernapas dengan bebas sekarang. Dia tak akan takut lagi dengan mimpi-mimpi buruk yang ia aami sebelumnya. Karena disini dia bersama Raras yang ia percaya akan selalu berada di sisinya dan menjadi rumah terbaik untuknya.

END

bercanda kak masih to be continued kok WHAHAAHA maaf




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HUGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang