3.Mimpi

32.8K 1.6K 33
                                    

Galang bergerak gusar dalam tidurnya. Langkah kaki yang memakai sepatu hak tinggi itu hadir kembali. Sesuatu yang sangat tidak dia inginkan kembali terjadi. Keringat dingin menetes dari pelipis turun ke rahang.

Kaki dan tangannya yang diikat dijadikan satu dengan kepala ranjang bergerak berusaha melepaskan diri saat kuku-kuku tajam mengerikan itu mulai menggores tulang pipinya.

"Galang.. Lang! Galang!"

Galang tersentak. Sebuah tangan mungil mengusap lengannya. Nafasnya masih memburu, keringatnya masih terus menetes. Mimpi itu, masih datang. Masih membuat Galang ketakutan.

"Raras," panggil Galang pelan sambil beringsut memeluk pacarnya itu. Raras mengelus kepala Galang lembut, berusaha menenangkan Galang yang sedang diselimuti mimpi buruk.

"Kok tidur disini? Kenapa ga chat aku kalau mau tidur?" Raras bertanya pelan. Tangannya beralih mengelus punggung Galang yang masih menetralkan nafasnya.

"Ketiduran," jawabnya singkat.

Galang semakin menenggelamkan wajahnya kedalam lekukan leher gadisnya. Berusaha untuk mendapatkan semua sentuhan favoritnya itu. Dan, seluruh tubuhnya menghangat.

"Tadi mimpi apa?" Galang hanya menggeleng.

Terlalu mengerikan untuk dibicarakan. Hal itu sudah sangat biasa untuk Raras. Galang hanya menceritakan mimpi buruknya hanya pada saat-saat tertentu saja. Cowok itu memilih untuk diam dan memendam rasa takut itu sendirian.

"Pindah kamar yuk?"

"Gue ada rencana pergi."

"Loh? Sama siapa? Kok siang-siang?"

"Dandi, sama Nando. Gatau, mereka pengennya siang," jawab Galang membuat Raras melepas pelukannya pelan.

Cewek itu melepas tas selempangnya kemudian menaruhnya di meja didepannya. Dia menatap Galang sebentar yang dibalas dengan sorot mata bertanya. "Mau kemana?" tanya Raras kemudian.

"Rumah Andra. Ngumpul, tapi Fathar sama Rifky ga ada," jawab Galang membuat dia mendapat pukulan cukup keras di lengan atasnya. Cowok itu meringis pelan.

"Kenapa si? Kok dipukul?"

"Ga boleh pergi! Di luar panas."

"Terus kenapa? Gue bukan vampir kali."

"Ga boleh! Di rumah aja. Mereka aja yang kesini." Raras berdiri dan melangkah menuju kedalam rumah. Meninggalkan Galang yang langsung mengambil handphonenya setelah mengucek matanya.

Galang : Ke rmh gw aj.
Galang : Ibu bsr mrh.

☘️☘️☘️

"Bang Dandi! Cahaya kok ga diajak kesini?" Tanya Raras sambil duduk disebelah Galang setelah meletakkan beberapa camilan dan minuman hidangan.

"Lagi ngambek sama gue, ga gue beliin es krim."

"Sama calon istri kok pelit. Calon CEO kok medit. Katanya pengen bahagia sama Cahaya, doi minta beli es krim aja ga boleh. Putus aja putus, biar Cahaya bahagia sama gue." Fathar muncul dengan omongan dan gerutuan yang mengundang pertanyaan seluruh orang di rumah ini.

"Kok?" Tanya Nando tertahan.

"Pelit banget sih abang-abang tersayangku ini. Sampe gue sama Rifky ga diajak main. Tunggu pembalasanku ya ferguso!"

"Tau dari mana kalo kita disini?" Andra mengernyitkan dahi, memandang bingung kepada Fathar yang sekarang dusah duduk di lantai dengan santai.

"Mami."

"Rifky tadi tanya sama kak Shasa, katanya bang Nando sama yang lain main ke sini. Yauda, daripada Rifky gabut di rumah mending sekalian ajak bang Fathar," ucap Rifky yang juga baru masuk sambil membawa kunci mobilnya.

"Mobil siapa Ky?" Nando bertanya.

"Kak Shasa, hehe."

Sementara Raras yang merasa akan diacuhkan karena perempuan sendiri disana berbisik pada Galang,

"Aku mau ke apartmen Yaya aja, Lang."

Galang menoleh tidak setuju, awalnya. Tapi setelah punggungnya diusap lembut oleh Raras, akhirnya cowok itu menghela nafas pasrah kemudian mengangguk lemas.

Raras mengusap puncuk kepala cowok itu tanpa diketahui oleh orang lain disana. Galang sedikit mengerucutkan bibir tanda merajuk dengan keinginan Raras.

Raras yang paham berkata, "nanti malam peluknya ditambahin deh." Kemudian senyum Galang merekah tanpa diberi aba-aba.

Raras hanya terkekeh geli kemudian mengambil tas nya sebelum berpamitan untuk pergi meninggalkan kumpulan lelaki yang entah sedang membicarakan apa.

.
.
.
//minta sarannya kakak:(
lagi kehabisan ide:(

//woi cok! aku masok ipa lah ini wkwkw
//mau jadi anak baek dong agu ehe

atapi boong

HUGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang