39. Tunggu

10.7K 1.1K 73
                                    

"Sini duduk."

"Nggak, mau mandi dulu."

"Nanti aja mandinya. Duduk dulu sini!"

"Apa sih, Lang? Udah jam sebelas dan aku belum mandi. Gerah tau." Raras menyampirkan handuk di bahunya. Mengacuhkan Galang yang sedari tadi memberi perintah. Agaknya memang betul pilihan Raras untuk mandi terlebih dahulu, karena ia tau saat sudah berada didekat Galang dia tidak akan bisa pergi sebelum lelaki itu mengizinkan.

Teman-teman mereka baru saja pulang sejak satu jam lalu.

Namun yang namanya Galang ya tetap akan menjadi Galang. Pria yang tidak pernah mau dibantah itu terua menarik lengan Raras hingga gadis itu duduk diatas sofa, setelahnya Galang memilih duduk diatas karpet tepat dihadapan Raras.

Refleks, Raras mengusap rambut pria itu acak. Merasa gemas dan kesal dengan segala tindakan pacar yang selalu seenaknya ini.

"Gue belum denger cerita lengkap lo semalem ya, jangan coba-coba kabur," ujar Galang sembari meletakkan kepalanya diatas pangkuan Raras. Mulai menikmati usapan Raras di kepalanya.

Raras menghentikan gerakannya, namun hal itu tidak lama terjadi sebelum Galang menarik kembali tangannya untuk mengusap rambutnya lagi. Raras terkekeh, sembari tangannya bergerak otaknya juga ikut berpikir bagaimana merangkai kata yang pas untuk diucapkan kepada Galang mengenai kejadian semalam.

"Belum siap cerita tapi," ujar Raras setelah berpikir sekian lama. Galang berdecak kesal, mendongak menatap Raras yang memasang wajah tanpa dosa.

"Bodo, gue pundung." Galang mengalihkan pandangannya. Terdiam beberapa saat sebelum akhirnya beranjak dari sana hendak pergi meninggalkan Raras.

"Sini peluk."

Galang berhenti. "Gak mau, gue lagi pundung jangan ngajak omong," sahutnya ketus. Raras terkekeh, melebarkan tangannya kemudian kembali berkata, "sini peluk."

Menoleh, Galang mendapati pacarnya itu sedang merentangkan tangannya gemas siap dihadiri pelukan oleh Galang. Cowok itu berusaha menahan untuk tidak berlari ke arah Raras dan menubruk perempuan menggemaskan itu.

"Gak mau."

Raras mendesah pelan, "sekali lagi, sini peluk."

Galang menyerah, dihampirinya gadis itu dengan sedikit berlari kemudian menubruknya dengan pelukan yang erat hingga terasa menyesakkan untuk Raras. Kepalanya ia tenggelamkan pada ceruk leher Raras. Melepaskan sedikit rasa penat dan khawatir tentang hal yang baru saja menimpa pacarnya ini.

"Maaf," bisiknya.

Raras memejamkan matanya rapat-rapat, membuat air matanya jatuh tak terbendung. Dia tidak menyangka pelukan Galang bisa menjadi manakutkan seperti tadi. Ya, Raras sempat terkejut saat tiba-tiba Galang menyentuhnya hingga memeluknya.

Entahlah, mungkin lukanya sudah terlalu dalam.

☘️☘️☘️

"Lang, kamu ini mau sidang kapan? Kok kayanya lama banget padahal skripsi udah selesai dari kemarin-kemarin," tanya Raras sembari mengecek kalender di handphonenya.

"Tiga hari lagi."

Raras mengerjap tak percaya, secara refleks dia bangun dari tidurnya. Memukul pundak Galang tak percaya. "Gak pernah bilang ya urusan kaya gini," ujarnya emosi.

Galang mengeluh sakit, menatap Raras yang sedang dirundung rasa marah, mungkin. Tatapan gadis itu tampak menahan emosi, wajahnya memerah dan pipinya menggembung lucu. Sungguh, jika pipi Raras adalah makanan maka Galang adalah satu-satunya orang yang akan menyantapnya.

Galang terekekeh pelan, "kenapa marah sih? Sidang doang." Dia ikut duduk didepan Raras, manangkup kedua pipi gadis itu dengan tangan besarnya. Merasa gemas, Galang mencubitnya dan dugoyangkannya kedua pipi itu.

"Bodo, pundung."

"Gue bukan lo yang suka ngerayu pake bilang peluk peluk segala ya, Ras."

"Ya, tau."

"Ras?"

"Apa?" Raras menoleh, mendaoati ekspresi Galang yang telah berubah. Lebih serius dari yang tadi, dan sedikit lebih garang juga sepertinya. Entahlah, disaat-saat seperti ini Raras hanya ingin menangis saja. Galang dan wajah garangnya benar-benar menakutkan.

"Jangan nakㅡ"

"Tungguin gue ya Ras? Sampe gue kelar kuliah, tiga hari lagi doain lancar. Biar gue gak stuck lagi di hubungan ini sama lo."

Raras mengerjap lucu, hendak meresapi kalimat Galang lagi lebih dalam sebelum cowok itu kembali berkata, "sori ya gue gak bisa sepengertian bang Nando, segercep Dandi, seperhatian Andra. Sori gue belum bisa jadi cowok yang pantes buat lo."

"Heh! Ngomong apa sih? Jangan sembarangan deh ya."

"Gue serius, tungguin gue ya?" Ada jeda yang menginterupsi mereka, membuat Galang menanti dengan harap-harap cemas. Entah kenapa suasananya menjadi sedikit tidak nyaman, apa mungkin karena pernyataan Galang yang terlalu mendadak? Semoga tidak.

"Iya, pasti. Ditungguin kok, sampe kapanpun Raras bakal nungguin kak Galang."

Cowok itu tersenyum lega.

.
.
.

males revisi, maklumin ya gais

gue bakal selesaiin cerita ini dlm bbrp
chapter kedepan ya. tenang aja, emg dasarnya
gue jarang update jadi end nya bakal berasa
lama kalo kalian tungguin wkwkwk

btw selamat idul adha bagi yg merayakan.

HUGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang