"Aku pikir kamu bakal marah."
"Kenapa?"
"Sama Rian."
"Ooh."
Raras mencebik, tangannya yang hendak menyuapi Galang terhenti. Dia melihat Galang yang tidur di pangkuannya dengan arah tatap yang lurus ke arah TV didepan mereka.
"Kok berhenti?"
"Sebel."
Galang mengernyit, memandang Raras dari bawah. Kepalanya terangkat untuk sekedar mengecup dagu Raras sekilas. "Marah, tapi lagi ngontrol diri," jelasnya tak acuh.
Raras memicing, kembali memasukkan kacang goreng ke dalam mulut Galang yang sudah siap terbuka menerima suapan itu. Tatapan Galang tak lepas dari pertandingan olahraga sepak bola yang ditayangkan. Terlihat begitu asyik mengamati hingga tidak menyadari kernyitan di dahi Raras sebelum dia menoleh kembali.
"Berarti kamu nahan emosi?"
Galang menggeleng. "Ngga juga," ujarnya.
"Boong, tadi tangan kamu dingin banget."
Galang menggeram, pertanyaan juga keingin tahuan Raras rasanya tidak akan habis. Raras peduli padanya, sangat. Bahkan emosi cowok itu juga Raras pedulikan hingga sedetil itu. Raras tidak ingin Galang memendam rasa kesalnya, karena akan berakibat buruk untuk mental pria itu.
"Ga boleh nahan emosi, Lang. Lepasin aja kalo emang harus," ucap Raras.
Galang menerima suapan Raras. Sebelum ditarik kembali, Galang berhasil menggigit jari gadis itu, sedikit keras.
"Sakit ih. Kenapa si gigit-gigit? Kaya setan tau ga."
"Dih? Emang setan ada yang gigit?"
"Ada, dua malah."
"Apa?"
"Vampir.."
"Terus?"
"Kamu."
Galang menarik satu sudut bibirnya keatas. Menciptakan lengkungan senyum miring yang amat tipis. Raras terkekeh, merasa lucu dengan jawaban yang dia lontarkan. Tangannya kembali meraih kacang goreng untuk dia makan.
Galang mendongak, memfokuskan penglihatannya pada satu objek, Raras. Beberapa menit hal itu terjadi dengan Raras yang tidak menyadarinya. Gadis itu tetap memakan kacang gorengnya dengan lahap sambil menonton TV dengan serius.
Namun, Galang berani bersumpah. Raras tidak akan pernah mengerti apa yang terjadi dalam pertandingan sepak bola itu.
"Gue ga mau nyakitin lo lagi," ujar Galang tiba-tiba membuyarkan kefokusan Raras. Gadis itu menjatuhkan satu biji kacang goreng yang berhasil masuk sempurna di mulut Galang.
"Kamu ga per--"
"Dengan bikin lo hampir masuk rumah sakit gara-gara nyium bau alkohol yang gue konsumsi. Itu lo bilang gue ga pernah nyakitin lo?"
Raras mengerjap, Galang bicara panjang seperti ini cukup membuktikan bahwa dia sednag ingin melakukan pembicaraan yang serius.
"Udah, ga usah diinget."
"Gimana mau gue lupain kalo setiap ngelihat lo rasa bersalah gue makin tinggi?"
"Gue tau lo juga banyak trauma, gue tau lo juga banyak alergi. Tapi gue ga pernah mikirin itu, Ras. Gue berlaku seenaknya selama ini. Sedangkan lo? Lo manusia hebat, Ras. Lo cewek berharga buat gue setelah mama. Lo peduli sama apapun tentang gue, bahkan hal kecil pun selalu lo perhatiin demi gue. Gue itu apa, Ras? Cowok lemah yang hoki banget bisa dapetin lo. Dan dengan egoisnya, gue ngeklaim lo jadi milik gue selamanya. Kejam? Gue sadar. Tapi sampe kapanpun gue ga bisa ngelepasin lo. Hidup gue cuma bergantung sama lo, Ras. Bertahun-tahun gue hidup ga pernah minta apa-apa. Dan kali ini gue cuma minta lo. Minta lo buat bertahan sama gue. Bisa?""Aku bisa, dan akan selalu bisa. Jangan khawatir, aku ada buat kamu."
Raras mematikan TV, meletakkan mangkuk berisi kacang gorengnya diatas meja. Kedua telapak tangannya menangkup pipi Galang. Nekat, karena dia tau, Galang tidak suka pipinya disentuh orang lain.
"Tangan lo!"
"Gini dulu bentar. Giliran aku yang ngomong panjang."
"Hm."
Raras tersenyum hangat.
"Lang, jangan pernah ngerasa kejam kalo selama ini aku fine-fine aja sama semua yang kamu buat. Jangan pernah ngerasa lemah kalo selama ini apa yang kamu buat itu udah jadi bukti kalo kamu kuat. Dengan hidup, kamu udah jadi manusia spesial. Apalagi buat aku, kamu spesial banget. Sama kaya apa yang kamu bilang. Kamu itu cowok berharga buat aku setelah papa aku."
"Copas."
"Engga, copy paste aja."
"Ngelawak."
"IH SERIUS DIKIT KENAPA SIH?!"
Galang diam, mulai menikmati sentuhan Raras dipipinya yang mulai bergerak. Tangan itu mengusap lembut dengan penuh rasa, membuat Galang tenang hanya dalam sekejap saja.
"Dua kali gue bikin lo sakit, Ras."
"Lupain, udah satu tahun. Terus kemarin kan aku nya yang kepo aja," kata Raras berusaha menenangkan. Tangannya ia lepas sebelum berhasil dicubit oleh Galang. Membuat pria itu mendesah kesal kemudian mencari kenyamanan di paha Raras lagi.
"Harusnya gue ga bikin lo kepo."
"Iih kok nyalahin diri terus. Udah ah, ga usah dibahas."
Galang menurut. Dia memilih diam, begitu juga dengan Raras. Kesunyian menggantung di udara membuat suasana menjadi nyaman untuk mereka berdua. Raras melirik sedikit ke arah Galang yang ternyata sudah memejamkan matanya. Dengan cepat, bibirnya mendaratkan satu kecupan ringan teoat di bibir Galang.
"Gue ngantuk, ga usah mancing."
"Aku kan lagi nyium, bukan mancing."
.
.
.
aneh ya? maaf
KAMU SEDANG MEMBACA
HUG
Random❛❛i want your hug.❜❜ part of MY BOY ©hykaaz9, Juli-2019 cover by @JWLinTheCrown