32. Masker

14.9K 1.1K 72
                                    

Raras berusaha menahan tawanya saat sebuah video lucu terputar di layar handphone nya. Gadis itu berusaha untuk tidak menggerakan wajahnya sedikitpun, agar masker yang sudah ia kenakan tidak retak.

Malam ini puk 20.00 tidak seperti biasanya, Galang dan Raras sudah berniat untuk tidur. Tidak ada rencana apapun untuk esok, murni karena faktor mengantuk yang membuat mereka tidur lebih awal.

Terdengar Galang mengerang ketakutan, Raras yang melihat itu langsung bangkit dari sofa dan segera menyentuh Galang walau hanya tepukan. Galang kembali tenang. Raras menghela napas pelan kemudian menempatkan dirinya untuk duduk disebelah Galang, sembari tangannya terus mengusap lengan lelaki itu.

Raras bergerak membuka handphone nya lagi, sebuah video kembali membuat Raras harus menahan tawa. Namun agaknya suara yang dikeluarkan dari handphone membuat tidur Galang terusik. Tanpa Raras sadari, Galang membuka matanya perlahan dan mencoba menetralisir matanya dengan cahaya sekitar.

"Ras.."

Raras mematikan videonya sebelum menoleh.

Melihat wajah berkulit hitam didepannya Galang langsung lompat berdiri dari kasurnya dan melempar wajah Raras dengan bantal tidurnya. "BUSET SEJAK KAPAN RUMAH GUE ADA JURIGNYA?" teriaknya terkejut.

"GALANG, YAILAH!! RUSAK MASKER GUE!" teriak Raras tak kalah terkejut, namun bercampur dengan rasa amarah.

Galang mengernyit mendengarnya. Ia mengenali suara itu. Suara gadis yang menjadi tumpuan hidupnya, menjadi alasan dia bertahan, dan itu adalah suara yang selalu memarahinya setiap hari karena sering meletakkan kepala gadis itu di ketiaknya.

"Raras?" tanya Galang memastikan

"Iya, gue Raras. Bukan jurig! Ah.. rese lo"

Galang mendesah lega sembari memegang dadanya yang dirasa bergerak dua kali lebih cepat. "Kaya setan," ucapnya kembali merebahkan diri.

"Ck, serah. Pundung gue sama lo!" ucap Raras berjalan ke kamar mandi. Berniat melepas maskernya yang sudah dirusak Galang. Harusnya masker ini dipakai selama 15 menit sebelum tidur, namun apa daya keadaan tak menyanggupi.

Setelah melepas masker dan mencuci muka, Raras keluar dari kamar mandi dan mendapati Galang tengah bermain dengan handphone nya. Sebuah ide terlintas di kepala Raras.

"Ngapain bawa itu ke kasur?" tanya Galang saat Raras membawa beberapa benda yang dia ketahui adalah bagian dari kebutuhan kulit Raras padanya.

"Mau make bareng lo, hukuman karena udah ngerusak masker gue."

"Gak mau."

"Peduli amat pak bos, gak minta persetujuan lo juga."

Galang berdecak malas, kembali fokus pada handphone Raras yang sedang ia gunakan untuk membuka sebuah game offline. Melihat itu, Raras segera duduk bersila diatas kasur kemudian mengambil satu bantal untuk dia letakkan diatas pangkuannya.

"Sini bobonya," perintah Raras pada Galang. Cowok itu melirik malas kemudian berdecak sebelum menuruti apa yang Raras suruh.

"Kali ini semua aman. Lagian lo juga udah lama gak gue kasih ginian, kulit lo makin rusak nanti kalo dibiarin."

Galang hanya diam, membiarkan Raras berlaku sesuka hati pada wajahnya. "Tadi sebelum tidur udah cuci muka kan?" tanya Raras. Galang mengangguk sebagai jawaban.

Yang ia rasakan selanjutnya adalah tangan Raras yang mengoleskan sesuatu pada wajahnya. Galang pasrah. Sebenarnya dia tidak begitu marah saat Raras memberikan hal semacam ini padanya, toh ia tau Raras yang paling mengerti tentang dirinya dan segala sesuatu tentang dia.

Hanya saja terakhir kali Galang diberi hal seperti ini, ia harus menahan rasa panas di wajahnya karena efek samping dari pemakaian produk yang tidak Galang ketahui apa namanya. Saat itu Raras hanya menertawakannya, gadis itu memegang perut karena tertawa terbahak-bahak melihat Galang kelabakan ke kamar mandi.

Mulai hari itu, Galang tidak pernah mau jika diberi skincare routine seperti itu lagi.

Cukup lama Raras bermain dengan wajahnya hingga akhirnya gadis itu memasang masker untuk wajahnya. Bukan masker oles, melainkan seperti kain, begitu kata Galang.

"Dah selese, nunggu lima belas menit," ucap Raras kemudian juga memakai barang yang sama di wajahnya.

"Lama amat masang ini doang," ucap Galang.

"Ada yang lainnya juga, Lang. Itu yang terakhir."

Raras menyuruh Galang berdiri, ia hendak mengembalikan barang-barangnya ke tempat semula. Namun Galang agaknya sudah terlanjur nyaman, jadi dia tidak mengindahkan perkataan Raras.

Kembali, Raras mendesah malas. Pasrah dengan keadaan lagi.

"Apaan tuh? Kayanya gue gak pernah download game begituan. Ujar Raras melihat Galang tengah memainkan permainan menyetir mobil.

"Baru download tadi, cerewet."

"Malah ngatain, gue timpuk lo ye.."

"Timpuk aja kalo berani. Ntar ini kainnya rusak lo yang mencak-mencak sendiri."

"Hah? Kain?"

"Ini apa?" Galang menunjuk wajahnya.

"Itu sheetmask bego, makanya hidup jangan cuma game aja."

"Bawel, salah dikit doang."

Hening beberapa menit, Galang yang kembali fokus dengan game-nya dan Raras yang ikut menatap game tersebut.

"Udah lima belas menit, copot napa," kata Galang.

"Sabar lah, yatno. Gue dulu baru elo."

"Lah, tadi gue dulu yang make."

"Ih banyak omong gue sumpel sheetmask ya mulut lo!"

Galang diam, membiarkan Raras bergerak semaunya. Sesukanya. Seenaknya saja.

Setelah akhirnya Raras melepas masker yang menempel di wajahnya, gadis itu menepuk-nepuk wajahnya pelan. Entah apa tujuannya, Galang hanya diam saja.

Namun tak sampai situ, Raras mengambil handphone nya secara mendadak kemudian berdiri secara tiba-tiba membuat kepala Galang terbanting di kasur.

"Kasar amat sih, bilang dulu napa."

"Cepet tidur lagi, gue mau beresin ini."

Galang menahan marah, kemudian menempatkan duri sesuai dengan apa yang diperintah. Hanya Raras yang bisa membuatnya marah dan pasrah dalam satu waktu. Hanya Raras.

.
.
.

kangen gue, galang, atau raras?

HUGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang