30. Dichat

15.8K 1K 97
                                    

Jalan raya yang diterangi oleh cahaya lampu dan bulan itu terlihat sedikit ramai. Padahal besok masih ada hari produktif yang menanti mereka, tetapi rupanya tak menjadi halangan bagi beberapa orang yang memang senang bepergian.

Namun sedikit berbeda dengan satu pasangan yang tengah menunggu kereta lewat itu. Raras dan Galang, mereka harus keluar malam seperti ini karena Raras yang harus mengambil perlengkapan praktek di rumah salah satu temannya.

"Ras, kereta kalo lewat suka gak bilang permisi dulu ya?"

Raras mendengus kecil, kemudian tangannya bergerak memberi cubitan kecil pada pinggang Galang. "Sakit anjing," umpat Galang mengusap bekas cubitan Raras.

"Bahasanya dijaga, ini tempat umum," balas Raras tak peduli pada Galang yang nampaknya pura-pura menahan sakit. "Lagian kamu jadi keliatan begonya kalo nanya kaya gitu."

"Dih, nanya doang."

Perjalanan kembali dilanjutkan. Jalanan sedikit lebih bebas dibanding tadi. Dan hal itu membuat jiwa pembalap Galang kembali tertantang. Dengan sedikit iseng, Galang menambah kecepatan motornya. Membuat Raras langsung memeluk pinggangnya erat.

"Galang kalo ngebut gue bunuh lo ya?!" Mendengar itu Galang hanya terkekeh pelan kemudian bergerak menggenggam tangan kiri Raras yang berada didepan perutnya. Diusapnya lembut, sedangkan tangan kanannya masih berada di setir motor. Tanpa memelankan kecepatan.

"Jangan nyetir pake satu tangan Galang! Lo kalo mau mati gak usah ajak gue," omelan Raras mulai terdengar padat. "Galang ih pelanin gak? ...laNG TURUNIN GUE AJA DISINI!!"

Puas sudah tawa Galang keluar. Dia memelankan laju motornya tanpa melepas genggamannya pada tangan kiri Raras. Gemas sekali mendengar Raras misuh sendiri hanya karena dia menambah laju motor.

"Sumpah ya, Lang. Benci gue sama lo!" ucap Raras masih kesal dengan kejahilan Galang.

"Ga peduli gue nya, maaf ya." Kemudian cowok itu tertawa lagi.

Perjalanan kemudian berlanjut tanpa percakapan dari keduanya. Pemandangan kota di malam hari membuat Raras merasa nyaman melihatnya. Walaupun udara dingin mendominasi malam itu, tangan Raras masih terasa hangat didalam genggaman Galang.

Raras menumpukan dagunya pada pundak Galang, memejamkan matanya barang sejenak, merasa nyaman dengan angin yang terus menerpa wajahnya. Galang tersenyum hangat melihat Raras dari pantulan kaca spionnya. Ada rasa bahagia yang membuncah ketika Raras melakukan hal sederhana itu.

Kaca spion motor sebelah kiri memang selalu dia arahkan ke penumpang saat akan bepergian dengan Raras. Hal itu sudah menjadi kebiasaannya sejak pacaran dengan gadis itu.

Bucin.

"Mau makan ga?" tanya Raras memecah keheningan diantara keduanya.

"Ga takut gemuk lo?"

Raras berdecih, "Gue gemuk pun lo bakal tetep mau sama gue," ujarnya percaya diri.

"Kata siapa? Gue bakal nyari lagi lah. Yang lebih mantep bodinya, gak kaya lo. Tepos depan belakang."

Mendengar itu, Raras memukul perut Galang. Setelah itu ia berikan cubitan-cubitan kecil pada cowok itu. "Putus aja lah kita," katanya sebal. Gadis itu kemudian hendak melepas pelukannya sebelum tangannya ditahan lebih dulu oleh Galang.

"Ya mikir dong, Ras. Mana bisa gue kalo ga sama lo," ujar Galang merayu sembari terkekeh geli. Raras berdecak memandang Galang dari belakang. Tangannya masih ditahan.

"Gombal lo, gembel!"

☘️☘️☘️

Setelah mematikan mesin motor, Galang segera menyusul Raras yang sudah masuk lebih dulu ke dalam rumah. Didapatinya Raras yang tengah duduk di sofa dengan handphone yang berada digenggamannya. Gadis itu nampak fokus pada objeknya.

Galang mengacak rambut Raras dahulu sbelum ikut duduk disebelah cewek itu, Raras hanya bergeming tak peduli. Diliriknya layar handphone yang sudah merebut atensi gadis itu darinya. Tampilan roomchat Raras dan seseorang terlihat disana, membuat Galang penasaran siapa yang mengirim chat pada Raras di malam hari. Dilihatnya nickname bermaksud hendak tau siapa orang itu, namun yang tertera disana hanyalah sederet nomor yang tidak dikenalnya. Rupanya Raras tidak menyimpan nomor orang itu.

"Siapa?" tanya Galang akhirnya tidak mampu menahan rasa ingin taunya.

Raras menoleh sedikit terkejut, perlahan dia arahkan layar handphone nya pada Galang. "Kamu.. inget cowok yang kemaren satu kelompok sama aku? Ini kayanya dia karena tiba-tiba dia tanya tugas," jelas gadis itu sedikit takut.

Galang tersenyum sekilas, mencium pelipis Raras sebelum tangannya merebut handphone yang berada di genggaman gadis itu. Senyuman miring dia tampilkan setelah membaca kolom chat. Tangannya mengetikkan sesuatu disana.

Setelah beberapa saat, Galang memberikan handphone ditangannya kepada pemiliknya. Kemudian tangannya ia lingkarkan pada pinggang Raras, wajahnya ia tenggelamkan pada leher gadis itu, mengecupnya lembut sebelum berbisik, "ga usah takut, Ras. Dan maaf buat traumanya."

/ignore the time pls:)/

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

/ignore the time pls:)/

.
.
.

apakah kalian tida kngenn sm ak?
hehehehe

HUGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang