"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Hubungi beberapa saat lagi. The number you're callㅡ"
Galang mematikan ponselnya lagi, sudah puluhan kali dia mencoba untuk menghubungi Raras, namun tetap saja cewek itu tidak mengangkatnya.
Ini sudah malam, sejak sore Raras seolah ditelan bumi. Pamitnya hanya ingin mengembalikan tas ke kost-nya, tapi hingga sekarang cewek itu tidak kembali ke rumah Galang lagi.
Tentu saja Galang frustasi, rasa khawatir menyelimuti dirinya. Pikirannya melayang kemana-mana, takut terjadi hal yang tidak pernah dia harapkan terjadi pada Raras. Satu-satunya cahaya harapannya.
"Raras, lo dimana sih, sayang.." monolognya sambil terus berusaha menghubungi kekasihnya itu. Mengirim SMS, chat via whatsapp, line, juga dm sudah dia lakukan. Telepon biasa juga telpon berbasis kuota juga sudah dia lakukan demi mendapat sebuah kabar.
Rambutnya tidak beraturan, seluruh isi kamarnya berantakan karena beberapa menit yang lalu dia sempat mengamuk karena frustasi. Pecahan kaca ada dimana-mana. Kamarnya gelap, hanya cahaya handphone-nya saja yang menerangi.
Galang : Ada Raras?
Shasa : Engga tuh, Lang. Kenapa?
BRAK!
Galang membanting lampu kamar yang ada disebelahnya. Sekali lagi dia menjerit tak terima juga membanting barang dikamarnya. Selimut hitam milik Galang sudah berada dilantai, menyatu dengan pecahan kaca yang berceceran.
Galang diam sejenak, mengingat apa yang biasanya dia lakukan disaat seperti ini sebelum Raras datang kedalam hidupnya. Laci nakas samping tempat tidurnya dia buka dengan tergesa-gesa. Mengeluarkan satu kotak obat yang berisi banyak pil didalamnya. Meneguknya tanpa memberi air putih sama sekali. Dia telan dengan keadaan tenggorokan yang kering dalam jumlah yang cukup banyak.
Kemudian kegelapan menyelimuti penglihatannya.
☘️☘️☘️
Kepalanya seolah memutar, mengacak-acak isi kepalanya dengan gerakan yang sangat cepat. Membuat cowok itu menggeram dan meremas kepalanya kuat-kuat berusaha menghentikan putaran itu.
"Galang!" pekik seseorang yang terdengar samar di pendengarannya.
Tubuh Galang tenang kembali saat usapan lembut menyusuri kepalanya. Tangan itu menangkup seluruh wajahnya dengan lembut juga penuh kehati-hatian.
"Ra--Raras.."
"Buka matanya. Aku disini."
Tangan cowok itu memegang tangan kecil yang sedari tadi berada dikepalanya. Dia membuka matanya perlahan seolah takut terjadi sesuatu jika matanya menangkap cahaya.
Dan saat dia mengetahui bahwa Raras yang ada didepannya, Galang langsung menarik tubuh gadis itu untuk didekapnya kencang. Bahkan tidak peduli jika pelukannya dapat meremukkan semua tulang pacarnya.
"Lo.. kemana?" Karena kesal, Galang memukul pundak Raras pelan. Menyalurkan kekhawatirannya dengan melayangkan beberapa pukulan kecil kepada punggung pacarnya.
"Maaf," bisik Raras.
"Gue tanya, kemana?" Galang melemaskan tangannya, mengendurkan pelukannya. Seolah tidak puas dengan jawaban Raras tadi, Galang memundurkan badannya.
"Galang, maaf." Raras kembali memeluk Galang. Walau awalnya ditolak, namun akhirnya cowok itu pasrah saja saat punggungnya diusap lembut.
"LO KEMANA RARAS?!" teriak Galang tertahan dekapan Raras. Perut cewek itu sudah basah lantaran air mata Galang yang ternyata sudah menampakkan dirinya.
"Sssstt.. Jangan teriak, Galang. Kamu masih di ruㅡ"
"Gue cuma tanya lo kemana? Apa yang lo sembunyiin dari gue?" Galang menatap Raras tajam. Tangannya mencengkeram lengan Raras kuat-kuat, membuat cewek itu meringis menahan sakit yang luar biasa.
"A--aku coba ke psikolog buatㅡ"
Galang menghempaskan tangan Raras kuat. Membuat Raras terhuyung ke belakang dan hampir terjatuh jika saja kakinya tidak kuat menahan badannya.
"Ras.." Galang menunduk, kemudian mendongak dengan tatapan sayu. "Gue tau gue penyakitan. Gue cowok yang kebanyakan trauma. Gue dipandang menjijikan sama masyarakat. Dan karena itu semua, gue cuma ngandelin lo! Satu-satunya cewek yang gue sayang, yang gue harapkan, yang gue jadiin tujuan hidup gue cuma lo! Gue sayang sama lo, Ras! Gue tulus sama lo. Kalo lo risih, ngga suka, dan jijik sama keadaan gue, lo pamit aja. Gue bisa ngelepasin lo. Lo tau kelemahan gue dan lo malah jadiin itu sebagai boomerang buat gue sendiri. KALO MAU NGEBUNUH GUE NGGA GINI CARANYA RAS!"
Raras menarik tubuh itu lagi. Berkali-kali mengucapkan maaf sambil meneteskan air matanya dengan deras.
"Galang, maaf. Aku minta maaf."
"Batalin aja, Ras." Suara berat itu membuat keduanya menoleh ke arah pintu. Ah, bahkan Galang baru sadar kalau mereka ada di rumah sakit.
"Tapi pa, akㅡ"
"Batalin aja. Jangan paksain kehendak kalau kamu sebenernya udah punya tanggung jawab yang besar disini."
Orang itu papa Raras. Pria berwibawa dengan setelan santainya itu melangkah mendekati Raras dan juga Galang yang sedang mencoba memahami situasi yang terjadi.
"Papa ga marah?"
"Kenapa harus marah? Stay disini, kamu harus jaga mantu papa."
Raras tersenyum sesaat setelah papa nya mengatakan itu. Ada segaris rona malu saat kalimat itu terlontar dari mulut papanya.
"Ras.." panggil Galang.
"Papa tinggal dulu. Jelasin ke mantu papa yang garang ini," ucap papa Raras menepuk pundak Galang sebelum beliau meninggalkan ruangan.
"Ceritain sekarang!" tekan Galang pada cewek yang tangannya tengah ia genggam.
Raras terkekeh pelan kemudian menghapus jejak air matanya sebelum mulai menjelaskan alasan kenapa dia melakukan hal gila yang tentunya berpengaruh besar pada kesehatan mental Galang.
"Aku bakal kuliah di Singapore," ucap Raras melemaskan seluruh tubuh Galang.
"Papa selalu nyeritain universitas disana, dan aku tergiur. Tapi satu sisi aku mikirin kamu, Lang. Aku ga tau gimana kamu kalo nanti aku pergi. Aku masih pengen jaga kamu, masih pengen peluk kamu, masih pengen jadi milik kamu. Tapi aku juga punya cita-cita yang mungkin disana bakal aku raih dengan gampang. Kemarin aku nyari psikolog yang sekiranya bakal bisa sembuhin kamu sebelum aku pergi. Hp aku matiin, maaf.."
"Ka..kamu ngga jadi pergi kan?"
Raras tersenyum saat Galang mengucapkan 'kamu'.
"Kamu maunya aku pergi?" kata Raras menggoda.
"Ngga!" Galang menarik tubuh Raras untuk didekapnya lagi. Menyalurkan pendapatnya jika dia tidak mau ditinggal oleh sang kekasih.
Raras tertawa lagi saat Galang benar-benar menenggelamkan wajah ke perutnya.
"Tadi papa bilang apa?"
"Lo disini aja. Jangan pergi kalau lo punya tanggung jawab yang besar. Gue ga tau maksudnya, Ras. Jelasin." Rengeknya manja.
"Katanya gue ga dibolehin buat ke Singapore soalnya gue disuruh jagain lo! Ah lemot, ga sayang lagi."
"Raras kampret!"
Kemudian pelukan itu terjadi lagi. Galang menggeleng keras di perut Raras sedangkan cewek itu sedang puas menertawakan tingkah Galang hari ini.
Beruntung dia tidak jadi melanjutkan rencana awalnya, karena ternyata disini sudah ada kebahagiaan yang lebih membahagiakan daripada kebahagiaan yang lainnya.
"Terus tadi katanya disuruh jagain mantunya. Papa udah ngode, kapan kamu setujuin lamaran aku?"
"Ih Galang babiiiii!!"
.
.
.
//cerita MY BOY sm HIMB dapet notifikasi
dr wattys ges:(//enaknya ikut apa ngga?
aku nurut sm kelyan aja:(
KAMU SEDANG MEMBACA
HUG
Random❛❛i want your hug.❜❜ part of MY BOY ©hykaaz9, Juli-2019 cover by @JWLinTheCrown