CHAPTER 22

4 3 0
                                    

happy reading ♥️♥️
__

"Lin, Lo lagi sakit?" tanya vio

"iya, muka Lo pucet banget"tambah kay yang khawatir dengan kondisi alin

alin tersenyum "engk kok, gue gapapa"kata alin berusaha untuk menyakinkan sahabat nya.

semenjak kejadian kemarin memang kondisi alin kurang baik.

"ih muka udah kayak mayat hidup juga, mending sekarang kita anter Lo ke UKS aja"

"gak usah, gue baik-baik aja.. lagian bentar lagi pelajaran mau dimulai" tolak alin

vio menghela nafasnya "Lin, gue gak yakin Lo bisa ikut mapel olahraga ini dengan kondisi Lo kayak gini, yang ada nih ya.. sebelum pelajaran dimulai Lo udah tumbang duluan"

alin terkekeh mendengar itu "udah gue gapapa"

vio dan Kay hanya bisa menghela nafas ketika sifat keras kepala alin muncul.

"tapi inget ya, kalau udah mulai pusing atau lemes langsung ngomong atau gak langsung ke UKS " peringatan dari kay hanya mendapatkan anggukan kecil

tak berselang lama guru olahraga datang ke lapangan dan semua murid berbaris rapih untuk memulai pemanasan, terik matahari menjadi teman setia mereka kali ini.

saat sedang melakukan pemanasan tiba-tiba alin merasakan sakit di kepalanya, bahkan Pelu keringat kian banyak membasahi wajah nya.

ia mencoba untuk bertahan tapi kesadaran nya mulai berkurang, hingga gelap yang datang. Alin pingsan!.

Brukk..

semua mata tertuju pada suara itu tepatnya pada barisan paling pojok.

"AlIN.." teriak vio dan Kay ketika melihat sahabatnya itu pingsan, bahkan mereka langsung keluar barisan .

"Lin, bangun.. please jangan bikin kita khawatir" seru Kay dengan menepuk pelan pipi alin tapi tak ada respon

"WOY INI BANTUIN BAWA KE UKS, BUKA NYA MALAH NONTON" teriakan marah vio pada teman sekelas nya, iyalah gimana gak marah liat sahabatnya pingsan tapi yang lain cuma bisa nonton.

"buat yang cowok tolong bantu bawa ke UKS"ucap guru olahraga

Kevin yang mendengar itu langsung bertindak. namun, langkahnya terhenti ketika mendengar suara lain.

"Biar gue aja"

__

"euggh" lenguhan itu keluar dari mulut alin

perlahan retina kecil itu terbuka melihat sekitar, nuasa putih dan bau obat tercium.

UKS? pikir nya, ah dia baru ingat kejadian ketika sedang melakukan pelajaran olahraga.

dengan perlahan alin merubah posisinya menjadi duduk, sepi? itulah yang ada hanya ada ia seorang diri.

"udah bangun?" ucap seseorang tiba-tiba dari pintu UKS

alin mendengus ketika mendengar itu," Lo udah SMA, jadi tolong kasih pertanyaan yang bermutu"

sosok itu terkekeh "basa-basi doang"

"iya udah basi banget malahan"ketus alin

"ya tinggal di buang lah"

"Lo yang harus nya di buang"sarkas alin "ngapain Lo disini?"tanya alin

"gue ganteng, jadi gak layak di buang"sahut nya percaya diri

"narsis"cibir alin

"Lo ngapain disini?"tanya alin lagi

"nganterin makan buat Lo, kata petugas PMR tadi maag Lo kambuh."ucap nya seraya membuka plastik yang ia bawa dari kantin

"nih makan"ia menyerahkan seporsi nasi goreng dan juga minum

"engk mau"

"gak usah keras kepala, pikirin dulu kesehatan Lo"tidak ada jawaban "Lo kode buat disuapin?" lanjut nya

alin langsung melotot dan mengambil alih nasi goreng itu lalu memakannya

"sahabat gue mana?"tanya alin di sela makan nya

"mereka gue suruh masuk kelas, biar nanti sekalian bawain tas Lo"jelas nya

"terus Lo, ngapain?"

"harus nya Lo berterimakasih sama gue, karena gue yang bawa Lo ke sini, jagain Lo dan juga ngasih makan Lo"

"makasih"singkat,padat dan jelas.

"iya sama-sama"

"baru tau gue seorang Aksa pantat panci punya sisi baik dihati"cibir alin

Aksa memandang malas "diem Lo pantat wajan, dari tadi gue udah nahan diri biar gak debat sama Lo"

"nahan buat debat apa nahan biar gak terpesona"

"PD sekali anda nya"sahut aksa

"karena itu kenyataan, siapa coba yang bisa nolak pesona seorang alin Alexis"ucap alin percaya diri

"gue"

"iya karena Lo kena penyakit rabun permanen"

"yang ada Lo tuh yang terpesona sama gue"ujar Aksa

"gue?" tunjuk alin pada diri nya sendiri "tolong kurangin sedikit rasa percaya dirinya"

"fakta"

"hoax"

"fakta"

"hoax"

BRAKK..

Suara pintu UKS yang terbuka kasar menghentikan perdebatan mereka, disana terdapat Satya dan juga Alan.

dengan langkah lebar dua saudara itu langsung menghampiri alin.

"dek, kamu gapapa kan?"

"ada yang sakit, pusing atau apa?"

tanya kedua saudara itu ketika sampai di samping Alin,

Alin menggeleng " alin, gapapa Abang.. liat sehat kan?" ucap nya

"ada yang sakit atau kepala nya masih pusing?" tanya Satya memastikan

"engk, Abang Satya.. alin kan kuat jadi gapapa"jawab alin berusaha menyakinkan sang kakak

Alan yang mendengar hanya bisa mendengus " ingk, ibing sityi.. ilin kin kiit jidi gipipi" ucap Alan menirukan perkataan kembarannya itu "heleh bacot Lo mah, ngomong kuat tapi pingsan"

"aish, sakit oy" teriak Alan ketika satu cubitan mendarat di lengan nya

sedangkan alin yang menjadi pelaku nya hanya menatap acuh pada alan, dan memilih memeluk erat Satya.

tangan Satya terulur untuk mengelus Surai indah sang adik " kamu tuh udah sering dibilangin jangan sampe telat makan, jadi gini kan akibatnya"

"iya alin minta maaf besok gak lagi"ucap nya

"iya nya jangan ngomong doang"

alin mengangguk sebagai jawaban.

"sa, kita udah kayak kambing conge dah"ucap alan tiba-tiba yang kini tangan nya telah merangkul bahu Aksa

karena risih Aksa langsung menyetak kasar tangan sahabatnya itu "Lo tuh, gue mah engk"

"Aa' jahat banget sih sama Eneng"kata alan mendramatisir

Yang lain menatap jijik pada Alan, sumpah makhluk seperti Alan ini hanya beban bumi.

"jijik"

"najis"

"gila"

tiga umpatan keluar secara bersamaan tanpa ada halangan.

"Lo pada.. bangsat"

"gak usah bawa nama gue juga sialan"



AKAD "Aksa Adlina"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang