Part 2-Begitulah

1.9K 250 12
                                    

Pikiranku sebelum sadar kemarin benar-benar terjadi. Bahkan, tidak hanya seharian, namun dua hari lamanya aku terbaring lemah diatas kasur (walaupun bukan kasurku).

Dan selama dua hari itu, bocah laki-laki, wanita cantik yang mengaku-ngaku ibuku, beberapa orang asing yang sepertinya pelayan termasuk pelayan yang kulihat waktu itu seringkali mengunjungi ruangan yang kutempati. Terutama bocah laki-laki itu. Setiap kali berkunjung, dia pasti akan mengoceh tentang apa saja yang dia alami hari itu. Aku yang belum pulih hanya mampu mendengarkan dan menanggapi seadanya.

Dan selama dua hari aku menjalani masa pemulihan, berkat pelayan-pelayan bermulut licin yang hobi menggibah, sekarang aku kurang lebih paham apa yang telah terjadi padaku.

Sebelumnya, nama asliku adalah Sera Miranda. Dan dunia yang kutempati sekarang adalah dunia novel yang telah kukhatamkan seminggu yang lalu.

Ukhh.. Aku sebenarnya tidak mau menceritakan ini. Tapi, cara matiku itu konyol.

Mati karna tersedak permen. Lucu bukan? Yah, dewa kematian memang murah hati dengan menjadikan kematianku sebagai lelucon lalu membangkitkan rohku di tubuh orang lain dalam dunia antah-berantah.

Walaupun begitu, tidak ada yang kusesali atas kematianku. Seperti yang sudah kukatakan di part 1, Ibuku sudah tiada, sementara ayahku mengacuhkanku. Tenggelam dalam pekerjaannya hingga tidak ada waktu untuk sekedar mengecek perkembangan putri semata wayangnya.

Menyedihkan memang. Tapi, aku tahu aku tidak boleh tenggelam dalam kesedihan. Aku berharap, kehidupanku kali ini akan lebih baik dari pada sebelumnya.

Hee, tanpa sadar aku malah curhat. Oke, agar tidak membingungkan, aku akan menceritakan jalan novel yang ku ingat.

Judulnya 'My fantastic life'. Novel bergenre romance dan fantasy. Tokoh utamanya bernama Lavisia Margaretha Lorics. Putri dari keluarga Baron yang miskin.

Singkat cerita, dia bertemu dengan para male lead atau protagonis pria yang kemudian jatuh hati karna kepolosannya lalu bertransformasi menjadi bucin akut.

Kabar buruknya, aku menjadi figuran antagonis yang akan di eksekusi mati di akhir cerita.

Seraphina Irish Arabella. Putri sekaligus anak sulung dari keluarga Earl yang terpandang. papa Irish ---atau harus kubilang papaku--- adalah seorang jendral yang memimpin ratusan juta pasukan militer kerajaan, langsung dibawah perintah kaisar.

Karna itu, walaupun gelar bangsawan papa 'agak' rendah, kedudukan papa lebih tinggi daripada perdana mentri dan penasihat kerajaan. Akibatnya, kami yang notabene keluarga papa 'terpercik' kedudukan papa. Itu menguntungkan karena membuat orang-orang serta para bangsawan lain menghormati kami dengan sangat.

Kembali ke alur novel. Irish yang mencintai Raizel De'Vincent, putra mahkota sekaligus salah satu harem Lavisia tidak terima saat dia mengetahui bahwa Raizel ternyata mencintai Lavisia, bukan dirinya.

Mulai saat itu, Irish melakukan segala cara agar Raizel mau melihatnya dan beralih mencintai dirinya. Namun, semua usahanya sia-sia belaka. Hati Raizel sudah terlanjur tertambat dengan seorang Lavisia Margaretha Lorics. Sang pujaan hatinya.

Menganggap Lavisia sebagai perebut Raizel membuat niat-niat jahat Irish sebagai antagonis muncul. Irish membubuhkan racun kedalam makanan Lavisia diam-diam. Dan itu sukses membuat nyawa Lavisia nyaris tak tertolong. Para male lead marah besar. Mereka terus berusaha mencari tahu siapa yang telah berani-beraninya meracuni Lavisia mereka.

Usaha mereka membuahkan hasil. Irish ketahuan dan diputuskan akan dieksekusi mati. Di tengah-tengah ibukota, Irish mendapatkan penghinaan dan tatapan jijik dimana-mana. Keluarganya turut memberikan cacian disertai tatapan kebencian. Menciptakan kenangan terburuk didetik-detik kematiannya.

Sebelum pedang tajam nan mengkilap menebas lehernya, Irish sempat melirik keluarganya dan Raizel, pujaan hatinya. Tersenyum tipis yang menyiratkan penderitaan dan penyesalan, lalu berkata "berbahagialah" lantas pedang berayun dengan cepat memisahkan kepala dan tubuh Irish, meresmikan kematian seorang Seraphina Irish Arabella. Sang antagonis keji.

Kalau aku adalah Irish yang asli, hal itu mungkin akan terjadi lagi. Tapi sayangnya, aku bukan Irish.

Aku Sera Miranda.

Aku akan menyayangi nyawaku ini dan tak akan melakukan hal bodoh seperti yang dilakukan oleh Irish.

Sekarang, aku sedang berada di perpustakaan mansion, membaca beberapa buku yang berkaitan dengan dunia novel ini agar aku mengetahui hal-hal apa saja yang berlaku disini. Karna ini adalah novel yang telah tamat kubaca seminggu yang lalu, ditambah aku tidak pernah lagi membuka lembarannya, aku tidak terlalu mengingat isinya. Bahkan, aku sudah tidak ingat nama-nama para protagonis pria.

Oh, terkecuali Raizel De'Vincent dan Seraphino Lucas Evanio.

Ya. Lucas, adik Irish (atau sekarang adikku), adalah salah satu dari haremnya Lavisia. Dan dia adalah... bendera kematianku yang pertama.

Terkutuklah Dewa kematian dan pengarang 'My Fantastic Life' yang telah membuat kehidupan keduaku menjadi penuh bahaya.

"Kakak, sepertinya buku-buku itu lebih menarik daripada adikmu ini" suara bocah laki-laki memasuki gendang telingaku, menarik rohku kembali ke dunia nyata. Aaah, tanpa sadar aku melamun dan melupakan Lucas yang berada disampingku, duduk menaruh kepalanya diatas meja seraya menatapku bosan dengan manik emeraldnya yang menawan.

Ukhh, tak tahukah ia bahwa dirinya imut sekali saat ini?

Aku menatap Lucas datar, mengalihkan seluruh atensiku padanya. Melihat responku, bibirnya mem-pout kesal dan mencebik "Ck, kakak terus saja membaca buku-buku itu. Apa buku-buku  itu lebih menarik daripada aku??" keluhnya kesal.

ughh, dia tetap imut walaupun sedang kesal. Lama-lama, aku bisa jadi pedopil jika terus-menerus dihadapkan dengan figur semanis ini.

Aku tidak mejawab. Kali ini, aku mengangkat tanganku. Mendaratkannya dipucuk kepala Lucas dan mengusap surai peraknya lembut. Tatapanku yang tadinya datar melunak sayu.

Lucas yang awalnya memasang mimik kesal mengubah ekspresinya. Bisa kulihat rona merah menjalar di wajahnya hingga ke telinga. Hei, ada apa? Apa dia demam? Sontak saja kusentuh dahinya. Hmm, suhu tubuhnya normal. Tapi, kenapa wajahnya memerah? Apa dia kepanasan? atau kedinginan? tapi suhu disini normal kok.

Menyadari kepanikanku, Lucas mengalihkan wajahnya ke arah lain "A... aku tidak apa-apa, kakak tidak usah khawatir" katanya.

Tidak apa-apa ya? syukurlah. Aku menghela nafas lega, lalu kembali melanjutkan kegiatan membacaku yang sempat terjeda.

Baru beberapa detik aku membaca, tangan kananku ditarik oleh Lucas. Mau tak mau, aku kembali menatapnya. Bingung.

Wajah Lucas sudah kembali menghadapku dengan posisi seperti semula. Ia lalu menaruh tanganku dipucuk kepalanya "usap lagi kepalaku. Aku suka." Ujarnya, dengan wajah yang kembali memerah.

Mendengar ucapan Lucas, aku tersenyum jenaka dan menurutinya, mengusap lembut surainya dengan atensiku yang kembali fokus pada buku dihadapanku.

Heum. sepertinya, tidak ada salahnya dekat dengan Lucas. Semoga saja, dengan berhubungan baik denganmu akan menghilangkan niatmu untuk membunuhku dimasa depan nak.

Author's note :
Huft, lebih panjang dari kemarin. perlu waktu lebih dari satu jam untuk mengetik part ini. Jadi, semoga para readers menikmati ya😊.

Another World.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang