Waktu cepat berlalu. Hari demi hari, tahu-tahu sudah genap sepuluh hari aku hidup di dunia antah-berantah ini.
Sekarang, aku dan keluarga Irish ---yang sekarang keluargaku--- sedang berada di ruang makan, merayakan kedatangan papa yang baru saja kembali dari tugasnya di perbatasan benua Utara kemarin.
Dari yang kulihat, sepertinya, papa baruku ini adalah tipe-tipe orang tua yang sayang anak.
Kemarin, saat baru saja tiba, papa langsung menggendongku dan Lucas yang menyambut kedatangannya di depan gerbang bersama mama dan beberapa pelayan serta prajurit. Papa tertawa girang seraya menghujani pipiku dan Lucas dengan ciuman beruntun, lalu berkata "Anak-anakku manis sekali, papa hampir mati karna rindu".
Sekarang, dimeja makan pun, papa terus saja mengoceh seperti "Ella papa cantik sekali", "Lucas sudah besar ya", atau "Papa sangat menyayangi kalian".
Huft. Gendang telingaku mulai sakit. Aku bahkan sempat berpikir ocehan papa akan membuatku tuli. Jadi, aku memutuskan untuk mengacuhkannya dan memakan makananku dengan tenang. Sepertinya, Lucas dan mama juga melakukan hal yang demikian.
"Oh mama hampir lupa." suara lembut mama mengalun, menghentikan papa yang akan membuka mulutnya lagi, ingin mengoceh lebih lanjut. Kulihat, bibir papa mem-pout kesal seperti anak kecil.
Dasar orang tua tidak ingat umur.
"Tadi, mama menerima surat undangan teatime dari kediaman Geraldino. Marquess Geraldino berharap kalian bisa datang. Apa kalian bersedia?" tanya mama.
Marquess Geraldino? Tidak asing. Aku mengalihkan atensiku kepada mama yang duduk di seberangku. Menatapnya dengan kening yang berkerut.
Mama yang mengerti arti tatapanku pun menjelaskan. "Marquess Geraldino mengadakan teatime untuk anak kembarnya. Tampaknya, dia ingin anak-anaknya mendapatkan teman sebaya"
Hmm, anak kembar Geraldino? Oke.
Tunggu dulu. Apa tadi mama bilang anak kembar Marquess Geraldino?!
Kalau ingatanku tidak salah, kediaman Geraldino adalah tempat tinggal salah satu dari para haremnya Lavisia.
Dan itu artinya...
Bendera kematianku yang kedua.
Bagus. Lagi-lagi, keselamatanku kembali terancam.
"Ella?" panggilan mama membuat semua lamunanku buyar seketika. Oh, ngomong-ngomong, Ella adalah panggilan kecil Irish.
"Apa kau dan Lucas akan menerima undangannya?" Mendengar pertanyaan mama, aku sontak menggeleng kuat. Mengingat segala konsekuensi yang akan terjadi jika aku datang ke jamuan teatime itu.
"Lucas?" Mama beralih ke Lucas yang sedang mengunyah makanannya. Ukhh, serangan keimutan pipi gembung!
Lucas menatap mama datar, menelan makanannya, barulah ia berbicara "kak Ella tidak ikut, maka aku juga tidak" tegasnya.
Bisa kulihat, mama memasang wajah memelas. Bahaya! Bahaya! Allert berbunyi nyaring didalam kepalaku.
"Oh, ayolah. Ella, kau mau ya, datang ke teatimenya Marquess Geraldino? Mama mohon" Ughh, sudah kuduga. Mama pasti akan mendesakku untuk menerima undangan teatime itu.
Lantas, untuk apa tadi mama bertanya tentang kesediaanku?
Melihat aku tidak menunjukkan respon, mama mengeluarkan jurus andalannya.
Mengancam.
Sial.
"Ella sayang" suara mama sekarang terdengar seperti panggilan kematian untukku, membuat bulu kudukku berdiri.
"Jika kau tidak menerima undangan teatime kediaman Geraldino, mama akan membuang semua coklatmu."DUARRR!
Aku bisa mendengar suara guntur imajiner dalam kepalaku.
Aku memelototi mama garang. Mama balas melotot tidak terima.
Coklat! Tokoh Irish yang asli sangat tergila-gila dengan coklat. Dia adalah salah satu dari sekian banyaknya maniak coklat.
Dan aku juga termasuk salah satu dari maniak coklat itu.
Tidak bisa! Coklat-coklatku yang berharga, mama akan melindungi kalian!
"Aku akan datang" ujarku penuh keyakinan. Menatap mama yang tersenyum puas penuh kemenangan.
Jika bukan karna coklat-coklatku, aku tidak akan pernah mau menjerumuskan diriku ke kandang monster dan membahayakan nyawaku.
Oh, kalau dipikir-pikir, ini adalah yang pertama kalinya aku berbicara semenjak rohku terbangun di tubuh Irish. Keluarga Irish juga tak ada yang mempermasalahkannya
Toh, tokoh Irish yang asli memang cuek dan pendiam.
"Bagus" Mama tersenyum lembut. Namun, dimataku, itu adalah senyuman paling mengerikan yang pernah kulihat.
"Lucas, apa kau akan datang juga?" Mama bertanya pada Lucas. Lucas melirik mama sekilas sebelum melanjutkan acara makannya, lalu mengangguk.
"Hmm""Oke! Lusa, kalian akan berangkat pagi-pagi" Lagi-lagi, aku bisa mendengar suara guntur imajiner mengiringi perkataan mama.
Mama... Seandainya kau tau apa yang akan terjadi pada putrimu ini dimasa depan, kau tidak akan dengan senang hati melemparkanku ke tempat malaikat maut itu tinggal, dan juga, kau tidak akan tersenyum lebar seperti sekarang.
![](https://img.wattpad.com/cover/296684664-288-k694258.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World.
FantasyMenjadi putri bangsawan? masuk kedalam dunia novel? Itu... Mimpi buruk Author's note : Ini ori karangan dari author. Jadi, No plagiat-plagiat club