Part 18 - A Bad Day

751 118 4
                                    

Votmennya kawand.

Semangat puasa!

-*-*-*-*-*-

Hari pertama berkegiatan diacademy yang paling tidak kunantikan tiba dengan sekejap mata.

"Terlalu Lamban! Lebih cepat! Apa kau seekor kura-kura?!"

Dan yah. Hari pertama berkegiatan, diawali dengan siksaan dan teriakan dari guru pelatihan fisik. Mr. Ethan Anderson.

Setelah melalui beberapa perjuangan untuk tidak bangun kesiangan, tidak sempat sarapan dan berusaha mencari jalan keruang kelasku yang berakhir nyasar setelahnya, Ujung-ujungnya, aku dan siswa-siswa dikelasku malah terdampar di lapangan utama academy yang sangat besar, layaknya stadion sepak bola. Berjemur dibawah sinar matahari yang sedang menyombongkan hawa panasnya sembari menjalani perintah-perintah Mr. Anderson yang sudah seperti pelatihan neraka.

Sial. Panas sekali. Gerah body, gerah hati. Perutku berokestra didalam sana, membuat backsound penderitaanku. Meminta untuk diisi.

Kalian tahu rasanya melakukan olahraga berat dibawah teriknya panas mentari yang menyengat selama berjam-jam tanpa makan maupun minum sebelumnya?

Itulah yang terjadi padaku--lebih tepatnya pada kami. Para siswa yang bernasib malang hari ini.

Sedari tadi, kami terus saja malakukan kegiatan-kegiatan fisik, Atau sering disebut dengan olahraga. Dan jika gerakan kami melambat sedikit saja, teriakan super akan mendenging ditelinga disertai dengan ancaman-ancaman yang mengiringi.

Sebenarnya sih, segala ancaman yang dilontarkan Mr. Anderson itu tidak ada apa-apanya, seandainya dia tidak mengikutsertakan nilai dan kelulusan kami didalamnya.

Oh, ayolah. Siapa yang tidak takut jika dirinya tidak lulus sekolah? Apalagi jika kelulusannya itu menyangkut nama baik keluarga.

Bahkan aku yang tadinya ingin bersikap bodo amat malah ikut meningkatkan kecepatanku saat mendengar gertakan pria paruh baya bersurai hazel itu.

Ukhh... Demi kejayaan keluargaku, aku sampai rela bersakit-sakit begini.

Untuk sementara, mari kita anut prinsip keyakinan 'usaha tidak pernah mengkhianati hasil'. Tidak tahu nanti, kalau-kalau semboyan itu bisa berubah menjadi 'Usaha tidak akan pernah membuahkan hasil' sewaktu-waktu.

Tapi, begitulah. Yang namanya perjuangan itu tidak ada yang mudah. Walaupun itu dilakukan dengan ogah-ogahan sekalipun.

Sekarang, kami sedang menyelesaikan perintah untuk push-up seratus kali.

Benar-benar neraka dunia yang sesungguhnya. Aku benci olahraga.

"Untuk menjadi seorang pengguna elemen yang hebat, kalian perlu membentuk otot-otot ditubuh kalian terlebih dahulu. Mengerti?!", tanya Mr. Anderson ngegas.

"MENGERTI!", sahut para siswa ikut-ikutan ngegas, tanpa menghentikan kegiatan push-up mereka. Tentu saja aku tidak termasuk.

Aku hanya mengatupkan bibirku rapat-rapat. Malas untuk membuang-buang suaraku.

"Ulangi! Aku tidak mendengar! Mengerti?!" Serunya lagi.

Selain menyebalkan, kau ternyata juga tuli ya, pak tua.

"SIAP! MENGERTI PAK!", kali ini, sahutan para siswa menjadi lebih keras.

Sekali lagi kutegaskan, aku tidak termasuk kedalamnya.

"Bagus. Latihan selesai".

Bruk!

Serentak, aku dan sebagian besar siswa langsung tumbang begitu saja diatas tanah beralaskan rumput hijau ini. Kepayahan untuk sekedar bernafas dengan baik dan teratur saking lelahnya.

Another World.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang