Part 10-Bermain Dengan Si Manis Cassi ( Author's POV )

1K 164 0
                                    

( Author's POV )

Iris merah darah setajam tatapan elang menatap kedua anak perempuan berbeda usia yang berada tepat dua meter di depannya, tatapannya menyiratkan kewaspadaan, memperhatikan setiap gerak-gerik gadis kecil bersurai perak yang kini tengah menemani adiknya bermain.

Dan itu cukup untuk membuat gadis kecil itu resah.

Gadis kecil itu adalah Irish

Ughh.. Sebenarnya, kenapa aku disini?

Tadi, setelah acara dinner telah usai, permaisuri melihat anak perempuannya terus memandangi Irish dengan tatapan yang berbinar-binar.

Sang permaisuri yang merasa jika anak bungsunya itu menyukai Irish lantas bertanya kepadanya.

"Ella, sepertinya, Cassi menyukaimu. Bisakah kau tinggal menemaninya bermain dulu?" Begitu katanya.

Berhubung yang berbicara begitu adalah permaisuri Benua Timur tempatnya tinggal, Irish hanya bisa mengangguk dengan senyum pasrah terpatri di bibirnya.

Toh, Lagipula, bermain sebentar dengan balita tidak ada salahnya kan?

Jadilah dia di tinggal sendirian di istana kaisar oleh keluarganya yang dimintainya untuk pulang lebih dulu, dan dirinya akan di antar oleh kereta kuda istana kekaisaran nanti.

Raizel, sebagai kakak yang baik dan penyayang memutuskan untuk mengekor Irish ke kamar adik perempuannya. Mengawasi kalau-kalau Irish melakukan sesuatu yang buruk pada Cassiopeia, adik kesayangannya. Irish yang tidak berdaya tidak mampu menghalangi keinginan Raizel untuk ikut. Jadi, Irish hanya bisa berdo'a agar tuhan berbaik hati melindungi nyawanya.

Tuhan... Tolong selamatkan aku..

Dan beginilah situasinya sekarang.

Raizel yang duduk dengan tenang di atas sofa dalam kamar Cassiopeia, Irish yang salting sendiri, bingung harus berbuat apa, dan si kecil Cassiopeia yang tersenyum lebar sampai giginya terlihat, memainkan boneka di tangannya riang.

Irish ingin cepat-cepat pulang ke mansion dan rebahan di kasur tercintanya.

"Hoaaam" Cassiopeia menguap lebar. Tangan kecilnya bergerak mengusap matanya yang mulai redup karna mengantuk.

Aha!

Sebuah bohlam lampu imajiner muncul di atas kepala Irish. Pertanda bahwa sebuah ide telah menghampiri pikirannya.

"Cassi.." Panggil Irish lembut pada bocah perempuan berusia empat tahun di hadapannya.

Cassiopeia mengalihkan atensinya kepada oknum yang telah memanggil namanya. Netra kuningnya menatap Irish sayu karna rasa kantuk.

Ya tuhan. Keimutan macam apa ini?

Menahan diri untuk tidak mencubit pipi gembul Cassiopeia, Irish tersenyum tipis.

"Apa Cassi mau mendengarkan cerita kakak?"

Cerita!

"Apa kakak akan mencelitakan dongeng sepelti yang selalu di celitakan oleh ibu Cassi?"

"Bisa di bilang begitu.."

Mendengar itu, manik kuning Cassi kembali cerah. Dirinya segera merangkak ke pangkuan Irish dengan cepat, memeluk boneka beruangnya seraya menatap Irish antusias.

"Kakak! Ayo belcelita!"

Mengerjap sekali, Irish terkekeh kecil, tanpa sadar melupakan sosok Raizel yang masih setia menatap punggungnya, memperhatikan interaksi mereka dengan tatapan tajam.

Tapi kali ini, tatapan tajamnya agak sedikit melunak.

Mungkin sekitar 0'10%?

Entahlah. Author juga tidak tahu.

"Alkisah, pada zaman dahulu..."Irish memulai ceritanya. Kemudian, mengalirlah cerita dongeng ori by : Seraphina Irish Arabella dari mulutnya. Tepatnya karangan Irish sendiri.

Bercerita dengan tenang. Tangan Irish sesekali membuat gerakan-gerakan kecil pada bagian-bagian tertentu.

"Daging itu marah sekali. Dia... Eh? Sudah tidur?" Irish terkejut melihat Cassiopeia di pangkuannya yang sudah terlelap dengan dengkuran-dengkuran halus keluar dari mulutnya.

Uwah! Imut sekali! Ingin rasanya Irish mencubit pipi gembul Cassiopeia itu!

Mungkin, tidak apa-apa jika aku mendapatkan sebuah cubitan.

Tapi, baru saja Irish akan mengangkat tangannya, sebuah deheman menginstrupsinya. Membuat tubuh Irish mematung seketika.

Oh tidak. Bisa-bisanya Irish melupakan Raizel.

Pasti Raizel telah melihat semua tindakannya tadi.

Tidak berani menoleh ke belakang, Irish menunduk malu.

Irish merasakan wajahnya memanas sekarang.

Tanpa Irish ketahui, Raizel menyeringai kecil.

Irish terjengkit kaget saat Cassiopeia yang berada di pangkuannya tiba-tiba saja telah berpindah ke gendongan Raizel yang entah sejak kapan berdiri di hadapannya, kemudian melangkah menuju ranjang Cassiopeia dan menidurkan adiknya itu di sana.

Setelah mengatur posisi berbaring Cassiopeia, tanpa kata, Raizel berbalik dan berjalan melewati Irish yang wajahnya masih merona malu.

Tapi, entah kenapa Raizel menghentikan langkahnya saat dirinya sudah berada di ambang pintu kamar Cassiopeia.

"Tunggu apa lagi? Kau ingin pulangkan?" Raizel membuka suaranya. Terdengar tenang, namun berbahaya. Seperti ombak di malam hari yang menyimpan banyak ancaman di dalamnya.

Mendengar ucapan Raizel, Irish spontan berdiri, lalu menyusul langkah Raizel setelah sempat menoleh ke arah Cassiopeia yang tertidur pulas di ranjangnya.

Berjalan di belakang Raizel, Irish meneguk ludahnya takut.

Apa setelah ini dia akan membunuhku?

"Terima kasih" Hah?

Apa itu tadi? Apa pangeran ini baru saja mengatakan terima kasih?

Di balik punggung Raizel, Irish mendelik bingung.

Irish tidak salah dengar kan?

Hmm,  sepertinya tidak. Irish yakin telinganya masih normal serta sehat wal afiat.

"Terima kasih karna sudah mau menemani adikku bermain"

1, 2, 3...8 kata!

Wah, ini benar-benar sesuatu yang langka.

Pasalnya, Raizel ini termasuk ke dalam kategori 'kulkas berjalan' yang berbicara tidak lebih dari 5 kata setiap harinya. Kecuali jika keadaan mendesak.

Hening, Irish diam tak membalas perkataan Raizel.

"Ngomong-ngomong..." Raizel kembali berbicara, diam-diam, bibirnya mengukir sebuah seringaian jahil.

"Tingkahmu tadi lucu juga"

Psssh.

Rona merah kembali berlomba-lomba, menjalar di kedua pipi Irish.

Pria kecil di depannya ini... Sedang menggodanya ya?

Perempatan siku-siku imajiner tercipta di kening Irish.

Irish kesal!

Rasanya, Irish ingin menenggelamkan Raizel di pantai kematian saat ini juga.

Tapi, Irish mengurungkan niatnya.

Bagaimana jika sebelum Irish berhasil mewujudkan khayalannya itu Raizel sudah terlebih dahulu menebas kepalanya?

Mohon maaf, Irish masih sayang nyawanya.

Jadi, Irish berencana akan benar-benar menenggelamkan Raizel lain kali, minimal ke genangan besar bekas hujan jikalau dia mempunyai kesempatan.

Tolong jangan balas dendam ya pangeran.

*-*-*-*-*

Another World.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang