Aku sedang menyesap teh dengan khidmat di balkon kamarku, dengan angin sepoi-sepoi yang menerpa lembut wajahku saat Ferra masuk dan memberi kabar bahwa papa menitahkan agar aku ikut ke istana kaisar malam ini untuk dinner bersama keluarganya yang sukses membuatku tersedak.
Istana kaisar. Kalau ada keluarga kaisar berarti putra mahkota juga termasukkan?
Ya tuhan. Kejutan apa lagi ini? Aku baru saja berhasil melalui sakaratul mautku kemarin dan sekarang aku akan menemuinya lagi?!
Bercanda ya?
Ini pasti prank! Katakan padaku dimana kameranya! Aku akan menghancurkannya berkeping-keping!
Putra mahkota itu adalah salah satu protagonis pria yang harus ku hindari tahu!
Sepertinya, Dewa kematian benar-benar tidak sabar untuk bertemu denganku lagi.
Maaf, dewa kematian. Tapi, aku tidak berniat untuk menemuimu secepatnya.
Ughh. Ini tidak bisa di biarkan! Aku harus komplain pada papa!
Dengan langkah gesit, aku berjalan tergesa-gesa ke ruangan kerja papa dengan harapan papa akan mendengarkanku protes dan membatalkan keikut sertaanku ke istana kaisar.
Namun, harapan seribu harapan. Tetap saja yang ku hadapi adalah kenyataan.
"Tidak. Kau akan tetap ikut."
DUARR!!
Aku mendengar suara guntur imajiner menggelegar dalam kepalaku.
Tidak bisa begitu! Aku harus ber-alasan!
Sera's skill unlocked :
Seribu satu alasan."Tapi, Ella sedang tidak enak badan"
"Oh ya? Rasanya, papa baru melihatmu memakan es krim pagi tadi"
"Kepala Ella sakit"
"Kalau begitu, pergilah beristirahat. Lagi pula, kita akan berangkat malam hari"
"Ella tidak suka sayuran"
"Di sana akan ada banyak daging"
"Ella Tidak mau letih"
"Kau kira, kita akan berjalan kaki?"
Aku menghembuskan nafas gusar. Oke, aku kalah.
Melihatku murung. Papa berlutut di depanku. Mensejajarkan tingginya dengan tinggiku. Kemudian, papa mengusap kepalaku dengan tangan besarnya.
"Kenapa Ella tidak mau ikut hmm? Beri tahu papa alasannya" Suara papa terdengar lembut. Menanyaiku dengan hati-hati.
Menatap papa memelas, aku menyatakan alasanku yang sejujurnya.
"Di istana pasti ada putra mahkota" Papa mengernyitkan keningnya. Bingung dengan perkataanku
"Lalu?"
"Ella tidak mau bertemu putra mahkota"
Mendengar pernyataanku, semakin bingunglah papa baruku itu.
"Memangnya ada apa dengan putra mahkota?"
Hening. Aku bergeming. Tidak berniat menjawab pertanyaan papa itu.
Alhasil, papa menghela nafas berat melihat responku yang seperti itu.
"Kaisar mengundang kita sekeluarga untuk dinner di istana bersama keluarganya. Papa akan merasa tidak enak dengan kaisar jika tidak membawa Ella ikut serta"
Aku menatap papa yang memasang wajah memelas di hadapanku.
Ughh. Papa.. Tolong jangan berekspresi seperti itu. Aku kan, jadi tidak tega untuk menolak.
"Ella mau kan? ikut ke istana nanti malam?" Memasang puppy eyesnya. Aku menatap papa geli.
Dasar orang tua tidak ingat umur.
Sekarang, aku harus bagaimana? jika menolak, pasti papa akan tetap membawaku pergi. Tapi, jika aku menerimanya, itu artinya aku telah menyerahkan nyawaku dengan senang hati.
Ini benar-benar simalakama. Aku jadi dilanda dilema.
"Ella... Papa mohon"
Ughh!
Jika papa sudah memohon seperti ini. Aku tidak punya kuasa lagi untuk menyatakan penolakan.
Pasrah, aku mengangguk lemah tak tega. Detik berikutnya, wajah papa yang tadinya mendung mendadak cerah.
Cepat sekali. Kemana perginya papa yang memelas tadi?
Walaupun aku ini pendiam dan tidak pedulian, percayalah. Hatiku ini teramat sangat lembut bagai bayi.
Uhuk! Bayi Kingkong.
Melihat papa yang tersenyum bahagia, membuat kesenangan tersendiri bagiku.
Yah. Meski harus mengorbankan nyawaku sih..
Hiks. Malang sekali nasibku. Aku jadi kasihan pada diriku sendiri.
Air mata imajiner turun deras. Mengalir bak air terjun di kedua mataku.
Wahai papaku tersayang. Seandainya kau itu cenayang yang bisa melihat bagaimana takdirku kedepannya, kau tak akan memaksa putri tercintamu ini untuk ikut ke istana monster itu.
*-*-*-*-*
Jadi, ceritanya aku sedang berada di kamarku sekarang. Menatap intens selembar kertas kusut di genggamanku. Aku mengetuk-ngetuk kepalaku dengan kuas tinta. Berpikir keras.
'Plan A :
Menjauhi protagonis pria dan tokoh utama. Menghindari mati muda dan ayo hidup tenang sampai tua!'Begitulah yang terlihat diatas permukaan kertas itu. Aku menulisnya sejak beberapa hari yang lalu sebelum mama menyuruhku datang ke teatime si kembar Geraldino.
Manghela nafas kasar, lantas kuas ditanganku menari gesit.
'Plan A :
Menjauhi protagonis pria dan tokoh utama. Menghindari mati muda dan ayo hidup tenang sampai tua! ( GAGAL! )'Karna Plan A gagal, mari beralih ke Plan B.
Tapi, yang jadi masalahnya itu, aku tidak memiliki inspirasi untuk Plan B!
Ayolah Sera! Dinginkan kepalamu dan berpikir!
Tok tok tok
Suara pintu di ketuk mengalihkan atensiku. Kemudian, tampaklah figur ramping Ferra setelah pintu terbuka. Pelayan pribadiku itu hanya berdiri di ambang pintu. Membungkuk sekilas
"Nona, Nyonya menyuruh saya untuk membantu anda bersiap-siap sekarang"
Sial.
Oh tuhan, bisakah kau membuatku menghilang saja sekarang?

KAMU SEDANG MEMBACA
Another World.
ФэнтезиMenjadi putri bangsawan? masuk kedalam dunia novel? Itu... Mimpi buruk Author's note : Ini ori karangan dari author. Jadi, No plagiat-plagiat club