Setelah aku menyatakan persetujuanku untuk hadir dalam jamuan teatime si kembar Geraldino tadi malam, aku sama sekali tidak dapat menutup kedua kelopak mataku semalaman.
Alhasil, aku terjaga hingga pagi menjelang. Bahkan saat matahari naik, aku tetap tidak bisa tidur dengan tenang.
Bagaimana aku bisa tenang jika besok aku akan bertemu dengan ajalku?
Dan tadi, saat aku perlahan mulai terlelap, gorden kamarku tiba-tiba saja dibuka oleh Ferra ---pelayan yang kulihat di part 1 sekaligus pelayan pribadi Irish---yang entah sejak kapan sudah berada didalam kamarku.
Dengan tampang tidak berdosa, Ferra menyapaku formal "Selamat pagi nona. Sekarang waktunya anda untuk bangun dan pergi mandi"
Dan JENG-JENG!
Berakhirlah lingkaran hitam tercipta dibawah mataku.
Menikmati sarapan secara solo dikamar, aku menyuruh Ferra untuk keluar dengan isyarat lambaian tangan setelahnya. Ferra mengangguk patuh. Membungkukkan badan sekilas, lalu menarik diri. Menghilang di balik pintu bersama peralatan-peralatan bekasku makan yang turut dia bawa.
sepenghilangnya Ferra dari kamarku, aku langsung mengacak-acak rambutku yang sudah ditata cantik oleh Ferra selama setengah jam. Maafkan aku Ferra. Aku frustasi untuk hari esok. Hari dimana aku akan bertatap muka langsung dengan malaikat pencabut nyawaku!
AAARGH! Aku ingin berteriak saja rasanya! Tapi aku malas! Lagipula, itu pasti akan menciptakan keributan di mansion.
Ukhh, sudahlah. Tidak ada gunanya aku meratapi nasib seperti ini.
Menyerah dengan takdir, aku melangkahkan kakiku menuju cermin besar yang ada di sudut kamarku.
Berdiri di depannya, aku menatap pantulan tubuhku secara keseluruhan, karna memang ini adalah cermin sebadanan.
Kuakui, tokoh Seraphina Irish Arabella ini cantik sekali, sekaligus menggemaskan.
Rambut perak panjang dengan sedikit gelombang dibagian bawahnya, manik emerald yang terlihat seperti kilauan permata, pipi berisi dengan sedikit rona merah lembut yang menghiasi, hidung kecil nan mancung, dan bibir tipis yang merona alami.
Sempurna, benar-benar sempurna.
Sayang sekali sifat Irish yang asli sangat berbanding terbalik dengan parasnya yang menawan.
Ck, ck, ck. Dia benar-benar telah menyia-nyiakan kecantikannya, Dan karna sekarang jiwaku ada didalam tubuh Irish, aku akan merawat dan memanfaatkan keindahan ini dengan baik.
Hmm, ngomong-ngomong, usia Irish yang sekarang adalah tujuh tahun, sedangkan usiaku adalah 22 tahun. Aku sempat shock saat melihat diriku pertama kali di cermin berada didalam tubuh anak-anak berusia tujuh tahun.
Dewa kematian benar-benar bermurah hati rupanya.
Aku bosan. Keputusanku untuk berdiam diri dikamar bukan hal yang cukup bagus ternyata.
Kira-kira, Lucas sedang apa ya sekarang? Menjalani pelatihan dengan papa?
Hmm, apa aku mengajak panglima Steeven latihan saja ya?
Tapi, ini bukan jadwal latihan berpedangku. Lagipula, bisa saja panglima Steeven sedang sibuk sekarang.
Panglima Steeven adalah tangan kanan kepercayaan papa selama bertahun-tahun belakangan ini. Sebagai putri dari seorang jendral yang hebat, papa ingin agar aku menguasai keterampilan berpedang dan bisa melindungi diri sendiri, karna itu papa mempercayakanku pada panglima Steeven yang disetujui oleh panglima Steeven dengan senang hati.
"Suatu kehormatan bisa mengajari dan membimbing putri seorang jendral dalam ilmu berpedang" begitu katanya saat dimintai papa untuk mengajarku.
Sementara, papa sendiri melatih Lucas yang notabene adalah calon pemimpin keluarga ini.
Ya. Dimasa depan, Lucaslah yang akan menggantikan posisi papa sebagai kepala keluarga, bukan aku yang notabene anak pertama papa.
Di dunia ini, lelaki lebih diutamakan sebagai pemimpin dibandingkan perempuan. Namun, meskipun begitu, ada banyak tokoh-tokoh hebat yang berasal dari kalangan perempuan.
Aku sama sekali tidak berniat merebut kedudukan Lucas sebagai calon kepala keluarga. Biarlah dia menjalani dan menikmati pelatihan dari papa yang sudah seperti neraka itu.
Pelatihan dari panglima Steeven saja sudah membuatku cukup menderita, apalagi jika papa yang memberikanku pelatihan langsung. Bisa-bisa, aku modar untuk yang kedua kalinya.
Toh, lagipula, menjadi pemimpin itu akan super-duper merepotkan. Bagaimana jika nanti aku malah mati karna tidak rebahan seharian? Itu akan lebih konyol daripada kematianku yang pertama.
Tapi, rasa iri adalah bagian dari makhluk yang masih memiliki akal dan perasaan.
Dan aku tidak bisa menyangkal perasaan ini. Jujur.Aku agak iri dengan Lucas.
*-*-*-*-*
Aku melangkahkan kakiku dengan riang, menjelajahi taman belakang mansion yang begitu luas.
Sekarang, aku sedang berjalan-jalan sembari menghirup udara segar untuk menenangkan pikiranku yang kacau ditaman belakang dan singgah di taman mawar milik mama.
Aaah, wangi bunga mawar semerbak masuk ke indra penciumanku.
"Nona, pastikan anda tidak terluka dengan durinya"
Ughh, Ferra. Kau menghancurkan ketenanganku.
Ya, ya. aku tahu duri-duri mawar itu akan membuat luka jika tidak hati-hati menyentuhnya. Aku tahu.
Aku benar-benar jenuh dengan segala peringatan maupun larangan Ferra yang sedari tadi selalu mengekoriku di belakang.
Bagaimana tidak? Sepanjang perjalanan, dia terus-menerus memprotes tentang hal-hal yang kulakukan.
Saat aku berjalan lebih cepat dari biasanya..
"Nona, jangan berjalan dengan cepat. Anda bisa tersandung."Saat aku sibuk memikirkan bagaimana nasibku besok..
"Nona, jangan melamun saat berjalan. Anda bisa saja terjatuh dan dirasuki roh jahat."Ketika aku memetik sebuah bunga cantik di tepi jalan..
"Nona, jangan sembarangan menyentuh tumbuhan. Bisa saja itu beracun."Bahkan saat aku memakan coklat yang kubawa di saku gaunku..
"Nona, jangan memakan coklat terus-menerus . Itu dapat membuat gigi anda berlubang dan sakit." Padahal, aku baru memakan satu coklat sejak dia menyibak gorden kamarku tadi pagi!Kalau seperti ini, tujuanku untuk menenangkan pikiran malah berubah menjadi menambah beban pikiran.
Huft, aku harus mempunyai kesabaran extra jika sedang berhadapan dengan Ferra.
Mari acuhkan Ferra dan menikmati pemandangan hamparan mawar-mawar cantik beraneka warna dihadapanku dengan wanginya yang menguar di udara.
Bagai aromatheraphy, ini menenangkan pikiranku dengan nyaman, aku jadi agak rileks sekarang. Mama memang yang terbaik.
Seperti perempuan pada umumnya yang menyukai keindahan dari bunga, mama juga demikian. Terutama bunga mawar.
Makanya, beliau menanam bibit-bibit mawar dengan berbagai jenis dan merawatnya sendiri dengan kedua tangannya, seperti anak sendiri.
Aku jadi teringat salah satu iklan di duniaku dulu.
Sudahlah, lupakan saja pemikiran tidak pentingku diatas.
Disaat-saat bersantai seperti ini, aku malah merasakan sebuah firasat buruk.
Instingku mengatakan, mama akan mendandaniku menjadi gadis mawar besok.
Semoga saja firasatku ini tidak benar.
Membayangkan aku memakai atribut yang serba berwarna merah cerah membuatku bergidik ngeri.
Hahaha... Itu hanya firasat. Lagipula, itu tidak akan benar-benar terjadi bukan?
Semoga saja
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World.
FantasyMenjadi putri bangsawan? masuk kedalam dunia novel? Itu... Mimpi buruk Author's note : Ini ori karangan dari author. Jadi, No plagiat-plagiat club