Langit, malam ini terlihat sangat cantik.
Bulan bersinar terang benderang dengan taburan bintang-bintang yang menghiasi, semakin menambah kadar keindahannya, membuat setiap mata tak jemu untuk memandang.
Tapi, itu tetap saja tidak dapat membantuku untuk menenangkan kegundah-gulanaan yang melanda diriku ini.
Saat ini, aku dan keluarga 'baru'ku sedang menuju ruang makan istana kekaisaran. Aku berjalan bergandengan tangan dengan Lucas yang berjalan di sampingku.
Baru sampai di depan gerbang saja, aku dapat mencium aroma-aroma kemewahan menyapa.
Dan seperti yang di harapkan. Istana kekaisaran memang luar biasa.
Tapi, aku sedang tidak mau memperhatikan itu semua sekarang.
"Kak, kau baik?" Lucas tiba-tiba buka suara, merasa janggal dengan tanganku yang mendingin dan berkeringat di genggamannya.
Teguran singkat Lucas sukses membuat mama dan papa mengalihkan atensi mereka kepadaku.
"Sayang, kau berkeringat banyak. Apa kau sakit?" Mama bertanya khawatir dengan raut cemas yang begitu kentara di wajah cantiknya. Ekspresi papa pun juga tidak jauh berbeda dengan mama.
Tidak mau membuat mereka khawatir, aku menggeleng cepat. Mengisyaratkan bahwa aku dalam kondisi yang sangat baik.
Yah. Meskipun sebenarnya tidak terlalu baik sih.
"Benarkah?" Mama menatapku menyelidik. Aku kembali mengangguk kencang hingga rambut perakku yang di ikat ponytail ikut bergoyang.
Mendapat jawaban dariku, mereka tidak bertanya lebih lanjut, membuatku bernafas lega karna itu.
"Ella sayang, nanti, saat menghadap kaisar jangan lupa berikan salam oke?" Papa bertitah lembut. Aku yang mendengar itu mendongak, menatap sosok tinggi papa kemudian mengangguk patuh, mengakibatkan sebuah senyuman lebar terbit di bibir pria itu.
Wah.
Aku mematung takjub saat kami tiba di ruang makan istana kekaisaran.
Satu kata yang terpikirkan olehku saat menelisik seluruh penjuru ruangan itu.
W.O.W
Di tengah ruangan, lampu gantung berkilau indah. Berkelap-kelip terpapar cahaya. Kelihatannya terbuat dari kristal.
Hei. Apa dekorasi seperti ini lazim untuk sebuah ruang makan? Pemandangan seperti ini membuat jiwa missqueen ku meronta-ronta di dalam sana.
Sekali lagi, istana kekaisaran memang luar biasa.
Aku bahkan sampai kehabisan kata-kata.
Tapi, dimana oknum yang telah mengundang kami kesini?
"Jendral Arthur" Suara tegas berwibawa terdengar menggema ke seluruh penjuru ruang makan.
Kaisar dan keluarganya datang!
Aku menatap figur-figur empat orang yang berjalan anggun menuruni tangga. Melangkah diatas Red Carpet yang jelas menunjukkan bahwa mereka adalah keluarga sang kaisar.
Ughh.. Silau sekali.
Melihat kaisar dan anggota keluarganya telah tiba, papa, mama, dan Lucas membungkuk hormat, kemudian mengucapkan salam kekaisaran. Aku pun turut mengikuti dengan tubuh yang gemetar.
"Salam kepada kaisar dan anggota keluarga kekaisaran. Semoga keselamatan senantiasa tercurah untuk anda sekalian"
"Hei, hei. Apa ini Arthur? aku sudah bilang berkali-kali tidak usah terlalu formal bukan? Kau tahu ini waktu santai untuk kita semua."
Mengabaikan percakapan teman dekat di antara mereka berdua. Aku melirik ke belakang punggung kaisar. Tepat dimana permaisuri dan kedua anaknya berada.
Seorang bocah laki-laki bersurai hitam kelam tertangkap oleh retinaku. Wajahnya tampan sekali, khas pangeran negri dongeng. Bahkan lebih tampan dari pria kecil Geraldino yang kutemui kemarin.
Entah hanya perasaanku atau apa, manik merah setajam elang bocah tampan itu seperti menatap dingin kearahku. Penuh aura penekanan.
Aku meneguk ludah dengan susah payah.
Dia itu... Menatap ke arahku kan? Aku tidak salah lihat bukan?
Mari ber-positive thinking. Mungkin, dia berniat untuk mengulitiku hidup-hidup nanti.
Oke, itu tidak mengandung unsur positive sama sekali.
Tuhan... Setidaknya jika aku harus mati hari ini, tolong biarkan anggota tubuhku tetap utuh dan tersambung satu sama lain.
*-*-*-*-*
( Author's POV )
Netra Emerald Irish menatap nanar berbagai hidangan di hadapannya yang tampak lezat. Berbeda dengan orang-orang di ruang makan itu yang telah menyuap, menikmati makanan mereka masing-masing.
Sejujurnya, Irish lapar sekali saat ini. Perutnya terus berdemo sejak tadi, mengadakan orkestra musik yang di selenggarakan oleh cacing-cacing di dalam perutnya. Akan tetapi, ada suatu alasan yang menyebabkan Irish ragu untuk melahap makanan-makanan enak di depannya itu.
Makanan-makanan enak ini... Tidak beracun kan?
"Ella, ada apa?" Countess Seraphina menegur. Menyadari kejanggalan putrinya.
Secara otomatis, Perhatian orang-orang di meja makan itu teralihkan pada Irish
Ughh... Aku malu... Tolong jangan menatapku seperti itu
"Ella, apa makanannya tidak enak? Aku akan menturuh pelayan untuk menukarnya jika kau tidak suka" Hoho... Lihatlah ini. Sang permaisuri bahkan sudah memanggil Irish dengan panggilan kecilnya.
Apa ini sebuah hal yang baik?
Irish tidak tahu harus bersyukur atau tidak.
Berpikir bahwa permaisuri sangat baik hati, Irish buru-buru menahannya yang sudah mengambil ancang-ancang Ingin memanggil pelayan.
Irish cukup sadar diri untuk tidak merepotkan kakak-kakak pelayan istana kok.
"Tidak perlu yang mulia. Ella suka kok" Irish tersenyum lebar, lalu, dengan amat sangat terpaksa, Irish menyuap sepotong steak yang ada di piringnya. Meyakinkan sang permaisuri kalau dia benar-benar menikmati makanannya.
Menghela nafas lega, permaisuri berkata "Baguslah kalau begitu" dan kembali melahap sisa makanan di piringnya.
Untuk beberapa saat, suasana di meja makan itu hening seperti sedia kala.
Tentu saja sebelum permaisuri mengatakan permintaan --- Atau bisa di bilang perintah--- nya yang berhasil mengejutkan Irish, Lucas, dan mungkin juga Pangeran Raizel sang putra mahkota.
"Ella, di saat-saat berikutnya, tolong panggil aku ibunda"
BOOM!
*-*-*-*-*
Author's note :
Double up! Nyehehe😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World.
FantasyMenjadi putri bangsawan? masuk kedalam dunia novel? Itu... Mimpi buruk Author's note : Ini ori karangan dari author. Jadi, No plagiat-plagiat club