Chenle mengumpat terus menerus lantaran kepalanya sakit, padahal dia ingin mengingat sebuah kepingan memori yang buram.
"Anjengg, ngapa sakit banget." Bukannya meringis dan merintih, hanya makian yang terlontar dari bibirnya sejak sakit mendera kepalanya sekitar 10 menit lalu.
Jeongin yang baru datang dari toilet berlari panik mendekati sahabatnya.
"Kenapa lo anjir? Obat kewarasan lo habis? Mau gue beliin? Gue baru menang give away n—"
Plak
"Bacot lo Ayen. Diemm." Jeongin seketika merapatkan bibirnya dan meringis kecil.
Chenle masih berusaha meredakan sakit kepalanya dengan memijatnya ringan.
"Mau gue beliin obat? Tapi ini seriusan obat sakit kepala kok, bukan obat penawar kebodohan."
Chenle mendesah. Sakitnya sudah mendingan tatkala dia tidak lagi berusaha mengingat kejadian-kejadian aneh yang kerap kali muncul.
"Gak usah deh, Yen. Bentar lagi bel. Lagian sakitnya udah hilang."
Jeongin memicingkan matanya. "Bener? Kalo sakit lagi, terus lo tiba-tiba minta anter UKS, suruh Sungchan atau yang lain aja loh yaa, jangan gue."
"Laknat bener perasaan lo jadi temen."
"Yaa kan gue udah baik hati mau beliin obat, tapi lo nya malah gak mau. Jadi, kalo sakit jangan repotin gue lah. Anda ini kenapa sih teman?"
"Lo ngomong lagi, kepala gue ngapa makin sakit, sih? Jangan ngomong deh, Yen. Pijetin kepala gue aja ya, tolong," pinta Chenle dengan wajah diimutkan.
Mendengus, Jeongin berjalan kebelakang Chenle dan mulai meraih kepalanya.
Meskipun tidak pernah belajar memijat kepala dengan benar, ia kerap kali melihat ibunya yang memijatkan kepala sang ayah dikala kelelahan.
Jadi, jangan ragukan kemampuan Yang Jeongin ya teman.
"Coba lo ceritain ke gue kenapa kepala lo bisa sakit kayak gitu."
Sambil merasakan kenikmatan pijatan sahabatnya, Chenke menjawab, "gue gak tau. Tiba-tiba gue inget satu kejadian tapi gue gak tau kapan dan siapa yang ada di dalem kejadian itu. Muka dan tempatnya blur. Gue cuma bisa denger suara rintihan orang aja. Ya gue berusaha memperjelas ingatan gue dong, tapi akhirnya malah sakit gini."
Jeongin mengangguk paham.
"Udah berapa lama?"
Chenle memgembungkan pipinya. "Sejak si adek kelas titisan dajal nyium gue."
Gerakan tangan Jeongin terhenti. "Lo udah tau belum kalo ada orang yang videon kegiatan gila kalian di kantin dan hasil videonya udah kesebar?"
Chenle menolehkan kepalanya ke belekan dan mengangguk lesu. "Udah. Dan karena gue nontonin video itu, kepala gue tiba-tiba sakit."
"Lo udah telepon atau chat Ryujin?"
Chenle menggeleng polos dan sedetik kemudian dia berdiri. "EH ANJIRR GUE LUPAAA!" teriaknya histeris. "AYEN GUE HARUS GIMANA? Duh.. Ryujin pasti bakal marah sama gue."
Jeongin merotasikan bola matanya jengah. "Lo jadi pacar gimana, sih? Lo ciuman sama orang lain, padahal udah punya cewek. Dan lo gak ada rasa takut sedikit pun dengan gak ngabarin cewe lo itu?"
Chenle menunduk. "Gue lupa seriusan, Ayen. Kepala gue udah keburu muncul ingatan kabur itu." Bibir nya manyun.
"Yaudah, buru lo cari, gih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Subbmisive || CHENJI
FanfictionTekan follow sebelum membaca yukk🙆♂️🙆♂️ --- Warning! Ini lapak bxb ⚠️ Homophobic? Jauh-jauh hush Harsh word ⚠️ 18+ Part masih acakk :D --- Chenle sangat yakin jika dirinya adalah seseorang yang straight. Mantan kekasihnya saja cantik-cantik, sep...