Chenle memerhatikan dengan seksama tim yang sedang bertanding di lapangan sana.
Di sebelahnya, Jisung melakukan hal serupa dengan yang Chenle lakukan.
"Final nanti jam berapa Le?" tanya Jisung basa-basi pada kekasihnya. Nafasnya yang hangat menerpa leher Chenle yang berada sangat dekat dengan tubuhnya.
Bulu kuduk Chenle meremang.
"Jisungg.. jangan ngomong disitu ihh.." rajuk Chenle. Badannya menjauh sekian jengkal.
Sang dominan tertawa kecil melihat tanggapan si manis. Tangannya dengan mudah meraih pinggang Chenle dan menariknya kembali untuk mendekat.
"Jangan jauh-jauh, sayang. Nanti kamu diambil orang." Jisung berbisik tepat ditelinga Chenle yang kini memerah tanpa sebab.
"Tim aku main terakhir. Sehabis mereka main, baru kami," jelas Chenle usai menenangkan jantungnya yang berdebar di dalam sana.
Setelah mereka balikan, Park Jisung benar-benar berbahaya untuk kesehatan jantungnya.
"Kamu ga ada niat tanya aku balik gitu?"
Chenle menoleh. "Enggak. Kan, baru tadi di rumah aku, kamu udah kasi tau."
Tadi siang, di rumah Chenle.
Jisung tersenyum gemas melihat seseorang yang masih memejamkan matanya.
Dibiarkan menginap disini untuk menemani Chenle yang sendirian oleh keluarga Wong, benar-benar sebuah keajaiban yang dia terima atas apa yang sudah dibuatnya.
3 hari sebelumnya mereka berbaikan dan balikan.
2 hari sebelumnya, Renjun tau dan tidak ingin berbicara dengan Chenle karena keputusannya.
1 hari sebelumnya, Jisung dipanggil keluarga Wong.
Dan hari ini, Jisung terbangun disebelah putra bungsu keluarga itu karena disuruh menginap. Menemani si bungsu, yang akan ditinggal selama beberapa hari oleh Renjun yang disibukkan mengurus berkas kuliah.
Melihat sepasang mata itu mengerjap, Jisung tersenyum lebar. Jarinya menoel-noel pipi Chenle yang memerah karena gemas.
"Ayo bangun pacarnya Jisung."
Chenle membalikkan tubuhnya membelakangi Jisung yang terkekeh.
"Chenleee ayo bangunnn...." ujar Jisung lantang.
"Berisik. Aku masih ngantuk, Ji," cetus Chenle.
Jisung mendesah. Rusak sudah bayangannya tentang kegiatan bangun tidurnya yang menyenangkan.
Yang lebih muda menarik yang lebih tua untuk berbalik menghadapnya dan kemudian merapat.
"Masih ngantuk, ya? Yaudah, tidur lagi gih."
Kepala Chenle yang berada tepat didada Jisung, mengangguk. Matanya terpejam, kepalanya mengangguk, namun tangannya bergerak meraih rambut Jisung dan memainkan tangannya disana.
Jisung menurunkan badannya hingga wajah keduanya saling berhadapan.
"Le, udah siang, nih. Lo gak laper?" tanya Jisung dengan suara rendah.
Hening. Tidak ada sahutan apapun dari pemuda manis yang sedang bermain-main dengan surainya.
"Le? Gue laper. Turun, yuk! Habis makan gue mau pulang juga buat prepare nanti malem."
"...."
Dahi Jisung mengernyit. Matanya menatap Chenle lekat, memastikan bahwa kekasihnya tidak sedang tertidur. "Le?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Subbmisive || CHENJI
FanfictionTekan follow sebelum membaca yukk🙆♂️🙆♂️ --- Warning! Ini lapak bxb ⚠️ Homophobic? Jauh-jauh hush Harsh word ⚠️ 18+ Part masih acakk :D --- Chenle sangat yakin jika dirinya adalah seseorang yang straight. Mantan kekasihnya saja cantik-cantik, sep...