Heaven Higher Favian. Namanya berartikan surga, tampangnya juga sangat surgawi. Tapi sial, kelakuannya tak mencerminkan sebagai penghuni surga.
Cowok itu terkenal berandal, pemaksa dan tidak bisa dikalahkan. Disisi lagi dia sangat cerdas dan berwib...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Heaven baru sampai 01.30 Dini hari, Setelah menyelesaikan urusannya dengan Galang dan Tigers yang berulah lagi, sampai menyebabkan Riko juniornya itu patah tulang dan koma dirumah sakit. Bukan cuma Heaven, tapi juga ketiga temannya.
Padahal Trackers sudah mangajaknya damai dan siap bergabung, namun tegas mereka menolak mentah mentah. Sebabnya tidak jelas kenapa mereka masih mengusik dan tidak terima. Padahal Kriss- ketuanya dulu jelas jelas meninggal terbukti bukan karena Heaven dan kawan kawan.
"Punya anak satu kok amit amit banget,"
Sontak Heaven kaget dengan suara itu. Pasalnya cowok itu memang seperti mengendap endap masuk ke kamar karena tidak mau membangunkan tidur Mutia. Lagian mana tega dibegitu.
Kecuali lagi sengklek.
"Ma?"
"Ya!" Elena turun dari ranjang, lalu menghidupkan lampu tidur yang ada dinakas.
"Ya iyalah! Kamu ini ya. Istrinya lagi kaya gini bisa bisaan ngelayap," sungutnya.
"Mutia kenapa," cowok itu melangkah mendekati, namun langsung di portal sang mama.
"Mandi dulu,"
"Ck, iya," dengusnya, lalu mengurungkan niat untuk mengecek sang istri. Dari pada mamanya ngomel ngomel tengah malam begini lebih baik nurut.
"Jangan pulang malem terus kalau bisa. Inget Kak Heaven sekarang kan sudah punya tanggung jawab. Nurutin ego terus nanti lupa mana yang seharusnya jadi prioritas." Elena dengan lembut menasihati.
"Hm."
"Ya udah sana mandi,"
"Ya."
Elena menghela napas pasrah, anak satu satunya lumayan tidak membuatnya sakit kepala saat ini,