8. CHAPTER 7

615K 51.7K 5.4K
                                    

Hai Dear..

Jadi niatnya kemarin malam mau update tapi hati sedang berantakan.

Gimana, masih pada nungguin Heaven update nggak?

Kalau iya. Ramein deh. Disetiap paragraf.
eh yang seru seru aja deh. Cape juga kalo komen distiap paragraf. Iya nggak hehehh.

Jangan lupain vote ya. Penting banget buat semangati aku, walaupun sepele sih menurut kalian.

3,5k vote+ 1k komen

Gue udah ngelamar lo, waktu lo umur 5 tahun- Heaven

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue udah ngelamar lo, waktu lo umur 5 tahun- Heaven.

Heaven

Heaven tersenyum ketika melihat tunangannya tidak rewel ataupun meringik saat diobati. Bibir manis gadis itu hanya meringisan pelan menahan ngilu sebagai respon jika tubuhnya sedang tidak baik baik saja.

Kuat bener lo, batin Heaven fokus memperhatikan wajah Mutia lalu kedua Art yang sibuk memberisihkan luka.

"Maaf ya Bi, jadi ngerepotin," ucap gadis itu terdengar sungguh sungguh.

"Ya Allah Non, nggak ngerepotin sama sekali. Sudah tanggung jawab kami sebagai pelayan," balas bi Anik setelah mengompres luka di kening.

Pokoknya dari mandi, sampai ganti baju Mutia dilayani oleh art itu. Makanya dia semakin tidak enak hati.

"Dah Non, selesai. Den kita pamit ke dapur boleh?" ijinnya pada Heaven.

Heaven mengangguk, " Nanti kalo ada paket terima aja Bi, isinya HP baru."

"Oh iya, Den. Baik nanti saya ambil, "

"Buat Bibi, ada 2." ujar Heaven datar, langsung membuat kedua asisten itu sumringah.

Dimata asisten rumah tangga cowok itu memang terkenal dengan keroyalannya. Selama pekerjnya loyal, maka siap siap mendapat bonus.

"Makasih Den, tapi Bibi-"

"Asal jangan bilang ke Mama," potongnya mendekati ranjang Mutia

Kedua pelayan itu mengangguk patuh, sedangkan Mutia berekspresi lain

"Saya keluar Den," pamitnya langsung diangguki Heaven.

"Mau ngapain!" sinis Mutia milirik Heaven yang naik ke ranjang.

"Nyari kesempatan lah, mumpung lo pincang," jawabnya santai lalu mengeluarkan ponselnya.

BUGH

Kepalan tangan Mutia seketika mandarat di dada Heaven. Cowok itu harus diberi pelajaran biar cepat paham.

"Tangan lo enteng bener mukul orang," giliran tangan Mutia yang diapit di ketiak cowok itu.

"Nggak mau! Bau Kak. Ih gila si!" kesal Mutia menarik narik satu tangannya. Bau? faktanya Heaven selalu wangi dimanapun dia berada.

HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang