Saling menyapa, pamer barang baru, pamer wajah baru, pamer tempat liburan baru. Begitulah kira kira isi ocehan kelas 3A prodi psikologi. Katanya kuliah di bagian kejiwaan tapi jiwanya masih hobi pamer."Elang! Diem nggak! Stres gue lama lama." Gadis dengan totebag berwarna burgundry itu berkacak pinggang. Senada dengan ekpresinya yang kesal, sampai sampai bola matanya mau keluar.
"Ah bacot lo, stres mah stres aja. Mau gue ngapain kek ya bodo amat." Sahut teman sekelasnya itu masih memerkan hasil jerih payahnya naik gunung rinjani kepada para cewek cewek yang tengah duduk dikursinya.
"Udah udah lagian emang lu juga kadang stres Dry, udah diem," bisik temannya.
"Hhahhaha iya sih, gue stres. Cuma mager keliling aja. Ya udah ayo kita duduk, Mutia Farahkuu ayo kita duduk." Balas gadis itu heboh sendiri.
"Libur semester? Ngapain aja lo njirrr?" Gadis yang biasa di panggil Farah itu penasaran.
"Banyak gawe gue mah, lo mau tanya yang negatif apa yang positif dulu?" Gadis dengan rok pendek ketatnya menantang kedua sahabatnya, siapa lagi kalau bukan Audry, gadis berisik yang gampang heboh sekali.
Kedua sahabatnya lantas saling pandang. "Negativ!" Sahut keduanya bersamaan, sialan bisa bisanya berpikiran sama. Tapi memang Audry patuh di tanyakan, karena hal yang di lakuin pasti banyak negativenya.
"Hahhahaha, oke oke, kalau gue cerita? Lo mau kasih gue apa? Makan siang gratis atau-"
"Ckk, matre ah. Cepet lo ceritain kegiatan lo selama liburan, terutama yang negative dulu!" Farah menonyor bahu Audry gemas. " Cepet ah. Soal tlaktir meng tlaktir urusan Mutia, ya nggak Ti?"
Perempuan yang tengah duduk tenang ditempatnya hanya tersenyum dan mengiyakan. Bagaimana Farah dan Audry tidak senang menjadi sahabatnya Mutia, perempuan itu banyak sekali uangnya.
"Sini bisik bisik," gadis itu mendekat kepada kedua temannya.
"Apa?"
"Lo tahu kenapa IPK gue 3,80?" Tanya Audry dengan penuh senyum.
"Anjing! Yang bener lo? HS sama dosen?" Farah menerka nerka. "Yang benar aja lo!"
Audry meringis bingung, gadis itu lantas tertawa malu. Matanya bolak balik menatap kedua sahabatnya itu. "Hehehhe ya mau gimana, orang-"
"Siapa! Siapa Audry! Jangan gila deh. Lo ngga lagi bercanda kan?!" Mutia tampak syok melihat Audry nekat melakukan itu. Sebandel bandelnya anak itu, Mutia masih berpositif thingking. "HS? Kita perempuan nggak bisa asal main gitu aja Dry!"
"Ya gimana ya? Orang gue terpaksa."
"Gila sih, gila. Tapi di kota besar gini, ga virgin hal yang lumrah. Tapi bukan berarti lo ikutan anjir."
"Benar," sahut Mutia masih ditengah syoknya.
"Gue nggak punya duit, lagian sekali ini doang kok. Gue nggak mau ngeropotin siapapun.
Mutia menghela napas kasar. "Ya udah sekali ini aja. Kedepannya nggak usah segala afair sama dosen. Kalau masih mau berteman, ayo kita kuliah ngambil jalur yang sehat sehat aja!"
Melihat Mutia Murka, Farah dan Audry pun langsung membujuk. Bagaimana kalau mereka tidak berteman lagi. Makan siang gratis, hadiah hadiah yang Mutia kasih pun akan sirna. Mutia ibarat peri yang selalu memberinya ke berkah han.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEAVEN
RomanceHeaven Higher Favian. Namanya berartikan surga, tampangnya juga sangat surgawi. Tapi sial, kelakuannya tak mencerminkan sebagai penghuni surga. Cowok itu terkenal berandal, pemaksa dan tidak bisa dikalahkan. Disisi lagi dia sangat cerdas dan berwib...