Heaven Higher Favian. Namanya berartikan surga, tampangnya juga sangat surgawi. Tapi sial, kelakuannya tak mencerminkan sebagai penghuni surga.
Cowok itu terkenal berandal, pemaksa dan tidak bisa dikalahkan. Disisi lagi dia sangat cerdas dan berwib...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Badan gue, sakit semua."
Mutia menggigit bibirnya kuat, dia tidak merasakan perih sama sekali. Suara Heaven kali terasa lebih menyayat hatinya, suara rintihan itu seperti belati yang menancap didadanya, ia ikut merasakannya dia hanyut dalam sakit yang dirasakan Heaven.
Waktu sudah hampir subuh, waktu yang seharusnya sunyi sayangnya di pecah dengan suara monitor terdengar sangat nyaring. Jujur Mutia ketakutan dengan suara itu, suara itu mengingatkan pada pertemuan terakhir dengan ibunya, sambil menggenggam tangan Heaven perempuan yang sedang hamil tua itu pun membuka mulutnya perlahan.
"Kamu kuat, Kak."
Lagi lagi Mutia melebarkan senyum palsunya, padahal sudah jelas air matanya tidak berhenti mengalir di pipinya. Ia yakin, harus yakin. Seperti istilah, apapun yang kita yakini semoga bisa menjadikan sebuah kenyataan. Yah, Mutia harus yakin jika Heaven bisa bertahan dengan kondisi saat ini.
Gerakan kepala Heaven terlihat, dia seperti berusaha mengangguk walaupun kesulitan, ditengah sebagian tubuhnya yang di balut dengan perban.
"Ma..af."
"Sssst." Mutia memotong ucapan sebelum Heaven menyelesaikan ucapannya, ia pun kemudian mendekati brangkar dengan kursi rodanya.
Detik yang sama keduanya saling menatap, dengan air mata yang mengalir di pipi masing masing, keduanya pun tersenyum getir.
"Ngantuk." Heaven bergumam pelan, membuat Mutia dada Mutia semakin terasa terhimpit, dengan tangan yang masih gemetar perempuan itu mengusap pipi Heaven lembut.
"Kak Heaven mau tidur?"
Heaven mengangguk pelan, "Sekali ini, nyanyiin gue lagu, Yaa.."
Mutia yang sudah tiba bisa menolak, walaupun ia tidak suka menyanyi namun kali ini ia perlahan membuka bibirnya. "Tidurnya sebentar aja, Kak. Mutia nggak mau ditinggal sendirian."
Detik yang sama, Heaven tersenyum seperti mengiyakan perkataan Mutia.
Setelah melihat respon Heaven, Mutia pun mulai bersandung.
Badai Tuan telah berlalu Salahkah ku menuntut mesra? Tiap pagi menjelang Kau di sampingku Ku aman ada bersamamu
Selamanya Sampai kita tua Sampai jadi debu Ku di liang yang satu Ku di sebelahmu
"Kak,"
"Kak Heaven?" lirih Mutia setelah menggigit bibirnya.
"Kak Heaven sudah tidur kah?"
.....
malam ini spoiler,
Jangan lupakan malam ini
LIVE IG DAN BAGI BAGI HADIAH BERSAMA KU, BLACKSWANBOOK DAN HEAVEN
@blackswanbook
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.