11

63 6 1
                                    

Makasih buat kalian yang setia baca dan like cerita ini 🥰🥰🥰
.
.
.

Vote sebelum baca, okay?
.
.
.

.
.
.

Selamat membaca
🤗🤗🤗🤗🤗🤗

*********

Menurut kalian, manusia kalau nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba berubah itu normal nggak?

— Zenith Wood.

********

*Author's POV*

Zenith yang tampak cantik dalam balutan dress putih garis-garis hitam berlengan 3/4 nya menuju ke ruangan Marvin begitu selesai kelas. Setelah bimbingan terakhirnya 2 hari lalu, gadis yang sekarang sudah semester 7 itu kembali di panggil  bimbingan oleh Marvin.

"Selamat siang, pak" sapa Zenith tersenyum tipis seperti biasanya. Berada di dekat Marvin tidak pernah membuat dirinya punya alasan atau keinginan tersenyum sumringah. Senyuman indah nan tulusnya terlalu berharga untuk di berikan ke seorang Marcifer.

"Selamat siang, Zenith" balas Marvin tersenyum hangat—berbeda 180 derajat dari biasanya.

Berkat saran Landon, Marvin tidak lagi menampilkan sisi dingin dan galaknya yang  berlebihan ke Zenith. Sikap galak dan dinginnya tetap berlaku, tapi tidak lagi buat gadisnya.

Zenith mengedip tidak percaya  menyaksikan pemandangan bak fatamorgana di matanya barusan. Terlintas pertanyaan, apa Marvin sakit hingga tersenyum sehangat itu padanya? Atau jangan-jangan dosennya mau qoid makanya berubah? Dari cerita Lucas, biasanya orang yang mau meninggal, tiba-tiba berubah dan dapat hidayah untuk bertobat.

"Gimana kabar kamu?" Sambung Marvin dengan senyuman yang belum luntur dari wajahnya.

Wow.

Zenith terlena dengan senyuman Marvin yang menambah ketampanannya  berkali-kali lipat. Belum lagi lesung pipit yang tercetak jelas di kiri kanan muka Marvin mempermanis wajahnya. Ini pertama kalinya Zenith melihat lesung pipi Marvin karena dosror itu tidak pernah tersenyum.

Seandainya para fans Marvin berada di sini, bisa di pastikan mereka akan histeris sampai kejang-kejang dan mimisan melihat senyuman langka laki-laki itu.

Tanpa sadar, Zenith membalas senyuman Marvin dengan senyuman lebar miliknya yang membuat Marvin hampir jantungan di tempat. Selama ini Zenith tidak pernah tersenyum selebar dan sedekat ini padanya. 

"Saya baik, pak"

Deg

Deg

Deg

Bagaimana Marvin tidak mengejar dan hanya melihat Zenith kalau gadisnya semanis dan secantik ini? Tidak ada kata untuk melukiskan betapa cantiknya Zenith. Manik mata coklat, hidung mancung dan bibir merah gadis itu tergambar dengan begitu sempurna dan pas nya di mata Marvin.

Ting! Ting!

Lamunan Marvin segera buyar begitu mendengar bunyi dari arah Zenith. Ponsel gadis itu berdering. Biasa, pesan masuk dari operator kartu yang menawarkan paket khusus. Mengganggu sekali. Dalam hati Marvin mengutuki bunyi-bunyian itu karena sudah menggangu kegiatannya.

𝕋ℍ𝔼 𝔸ℕℕ𝕆𝕐𝕀ℕ𝔾 𝕃𝔼ℂ𝕋𝕌ℝ𝔼ℝTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang