27

121 3 3
                                    

Hey-hey, gimana kabar kalian?
.
.
.
Mudah-mudahan sehat selalu yah
.
.
.

Happy reading

😊😊😊😊😊😊

******

Di bawah langit ber-awan, mobil mahal Marvin melaju ke landasan terbang. Cuaca hari ini tidak begitu panas dan terik, pas untuk berkeliling menggunakan helikopter atau melakukan aktivitas di luar ruangan.

Memakai midi dress berwarna peach yang di padukan dengan sneakers putih pilihan Marvin, Zenith meraih tangan Marvin ke dalam helikopter. Sebelum mampir ke tempat tujuan mereka, Marvin dan Zenith singgah ke toko baju terkenal agar gadis itu berganti pakaian. Marvin takut pacarnya kurang nyaman berkeliaran ke mana-mana menggunakan kebaya dan heels.

"Vin, gimana selama di Aussie? Kamu selalu makan dan istirahat teratur, kan?" Tanya Zenith mengisi waktu dengan mengajak Marvin berbincang setelah puas menikmati berbagai pemandangan yang di suguhkan dari helikopter. Mulai dari view perkotaan yang sibuk hingga perairan.

Marvin menoleh ke arah Zenith, "Iya dong, aku nggak mau nanti kamu jadi sedih kalau aku nggak makan sama istirahat. Kamu juga selalu jaga kesehatan dan nggak dekat-dekat sama cowok lain, kan?"

Zenith mengangguk singkat. "Iya. Mana mau aku deket-deket atau cari cowok lain kalau pacar aku paket lengkap gini?" Gombalnya membuat Marvin tersipu sampai diam seribu bahasa. Jangankan Marvin, pilot yang membawa mereka ikut cengar-cengir mendengar ucapan Zenith.

"Mana galak banget lagi orangnya," tambah Zenith yang membuat Marvin melempar cubitan gemas di hidungnya. "Usil banget yah kamu"

"Tapi emang aku galak sama cowok-cowok yang berani deketin pacar aku. Bahaya soalnya, gimana kalau kamu di ambil sama cowok lain? Nanti aku gimana?" Jujur Marvin tidak bisa memikirkan bagaimana hidupnya jika Zenith sampai di rebut oleh orang lain.

"Tenang aja, aku nggak bakal ke mana-mana selama kamu nggak bikin aku pergi" terang Zenith menatap lekat Marvin. Seperti halnya Marvin yang takut ia di bawa pergi oleh laki-laki lain, Zenith juga takut Marvin kepincut dengan wanita lain dan meninggalkannya. Apalagi sekarang lagi marak-maraknya pelakor dan pebinor.

Marvin mencium punggung tangan Zenith dan merapatkan tubuhnya pada gadis itu. "Karena itu aku bakal selalu berusaha buat jaga kamu biar nggak pergi dari aku. Kalau kamu pergi, aku nggak akan benar-benar hidup seutuhnya"

Zenith mengulum senyumnya, "I know. That is why I'm always grateful for you being mine and I'm yours"

"Me too, baby"

Setelah menempuh perjalanan selama hampir 2 jam, Zenith dan Marvin mendarat di sebuah pulau kecil. Pulau tersebut tampak luar biasa indah dengan air laut berwarna biru terang dan hamparan pasir putih yang menghiasi di sepanjang pinggirnya.

"Ayo sayang, kita turun" ajak Marvin menjulurkan tangannya untuk di raih Zenith yang tampak tidak sabar menjelajahi seluruh sisi pulau.

"Kita ada di mana? Kok disini kayak sepi banget?" Tanya Zenith mengikuti langkah Marvin yang menuntunnya masuk ke dalam rumah pantai warna putih yang mirip resort mewah dengan berbagai pernak pernik dan fasilitas lengkap.

𝕋ℍ𝔼 𝔸ℕℕ𝕆𝕐𝕀ℕ𝔾 𝕃𝔼ℂ𝕋𝕌ℝ𝔼ℝTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang