18

74 4 0
                                    

Makasih buat kalian yang setia baca dan like cerita ini 🥰🥰🥰
.
.
.

Vote jangan lupa!
.
.
.

Tandai typo yah
.
.
.

Selamat membaca
🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗

******

"Eugh.." lenguh Zenith di balik selimutnya. Sinar matahari yang menembus jendela kamar membuat gadis itu terpaksa membuka matanya. Zenith mengernyit pelan saat merasakan ada sesuatu yang berat mengganjal di sekeliling badannya. Apa ini?

Dalam keadaan setengah sadar, Zenith meraba objek asing yang melingkar erat di perutnya lalu membelakkan mata saat sadar itu adalah tangan Marvin yang tidur di samping memeluknya bak sebuah guling.

"ARG--" belum sempat Zenith berteriak, tangan Marvin lebih dulu membekap mulutnya.

Sebelum Zenith bangun, Marvin sebenarnya sudah bangun tapi tidak berminat beranjak dari tempatnya. Marvin terlalu betah berada di samping Zenith dan memeluk tubuh ramping gadis pujaan hatinya. Bisakah ia seperti ini tiap hari?

"Jangan teriak, Jaden masih tidur" bisiknya tepat di telinga Zenith.

"I-iya"

Jantung Zenith berdetak keras mendengar suara deep Marvin yang semakin dalam saat baru bangun tidur. Di tambah Marvin kembali mengeratkan rangkulannya di pinggang Zenith dan mengecup singkat pipi perempuan yang lebih muda 8 tahun dari nya itu.

"Pagi sayang,"

Deg.

Deg.

Deg.

Bahaya nih, jantung gue nggak aman di dekat si dosen gila.

"P-Pak, lepasin. Saya mau ke kamar mandi terus buatin Jaden sarapan. Dia harus minum obat tepat waktu" pinta Zenith menepuk-nepuk tangan Marvin yang melingkar di badannya. Jika semakin lama berada di dekat Marvin, Zenith tidak tahu apa yang akan terjadi pada jantungnya.

"Nggak mau lepas sebelum kamu cium. Morning kiss dulu dong" tagih Marvin membuat kedua mata Zenith membola.

Otak Marvin pasti kelupaan di suatu tempat. Morning kiss? Sampai bumi berubah bentuk jadi jajar genjang pun itu tidak akan terjadi. Bibir suci Zenith tidak sudi menyentuh bibir Marvin, di tambah lagi ia adalah tipe perempuan yang mau menjaga ciuman pertamanya untuk suaminya di masa depan. Maybe sounds too Disney seperti ejekan Lotta, tapi Zenith tidak peduli.

Enak aja! Morning kiss apaan? Situ bukan siapa-siapa saya.

Zenith menggerutu kesal. Cukup sabar dia menghadapi kelakuan menyebalkan Marvin ini. Tangannya mencubit pinggang Marvin sekuat tenaga hingga si dosen meringis kesakitan. "Nggak usah aneh-aneh! Bapak bukan pacar atau suami saya, jadi nggak boleh cium-cium atau peluk-peluk saya"

"Kalau gitu, terima saya jadi pacar supaya bisa meluk dan cium kamu"

Mohon maaf, ini Marvin terlalu jenius atau bagaimana? Apa dia lupa mengenai perlakuannya ke Zenith selama ini hingga sukses membuat gadis itu membenci nya?

"Nggak mau. Saya nggak mau terima bapak jadi pacar saya"

"Ya udah kalau kamu nggak mau terima saya jadi pacar kamu, terima aja saya langsung jadi suami kamu"

𝕋ℍ𝔼 𝔸ℕℕ𝕆𝕐𝕀ℕ𝔾 𝕃𝔼ℂ𝕋𝕌ℝ𝔼ℝTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang