21

71 3 0
                                    

Makasih buat kalian yang setia baca dan like cerita ini 🥰🥰🥰
.
.
.

Vote sebelum baca yah biar aku semangat buat ceritanya. Hehehehe
.
.
.

Jangan lupa buat tandai yang typo
.
.
.

Selamat membaca
🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗
******

3 minggu berlalu sejak Marvin dan Zenith jadian. Keduanya semakin lengket dan akrab setelah menyadari mereka punya banyak kesamaan. Seperti berkuda, bermain musik, menonton film klasik sampai hiking.

Saat ini Marvin dan Zenith baru selesai makan siang. Hari ini Zenith membuatkan makan siang untuk pacarnya dan makan bersama sesuai permintaan Marvin.

"Sayang, kamu balik lagi ke butik?" Tanya Marvin saat Zenith mulai membereskan alat dan kotak makan yang mereka gunakan ke dalam paperbag.

"Iya. Kenapa mukanya lemas begitu?" Balas Zenith setelah menangkap ekspresi murung Marvin.

Apa Marvin kurang makan sampai loyoh? Tapi laki-laki itu makan banyak dan lahap sekali tadi.

"Nggak papa, aku nggak rela pisah sama kamu. Aku ikut kamu aja yah atau nggak kamu disini aja" jawab Marvin merangkul Zenith lalu menyandarkan kepalanya ke bahu gadis yang rambutnya di urai.

Zenith menyengir geli. Ia senang dan terhibur dengan sikap Marvin yang sekarang berubah 180 derajat. Marvin menjadi lebih hangat, ceria dan manja saat berada di dekat Zenith.

"Nggak bisa gitu. Kamu kan sibuk, aku juga sama. Lagian besok bisa ketemu lagi kok"

Marvin menggeleng lemah, posisinya berubah dengan menidurkan kepalanya di paha Zenith dan menaruh tangan gadis itu di atas kepalanya.

"Nggak mau. Aku mau nya terus ketemu dan barengan sama kamu. Gimana dong?"

Zenith mengulum senyumannya seraya mengelus rambut Marvin dengan jari-jari indahnya, "kan kamu bisa telepon atau video call. Ketemu juga Vin"

Marvin membalikkan badannya ke perut Zenith dan menyembunyikan wajahnya di sana, "Itu beda. Aku nggak bisa manja-manjaan atau peluk kamu"

"Kalau gitu nanti setelah aku pulang dari butik dan kamu udah beres kerjanya, kita ketemu lagi aja. Gimana? Nanti kamu bisa peluk aku sepuasnya deh"

Anjir, sepuasnya. Di kata makanan all you can eat aje gue. Batin Zenith tidak habis pikir.


Marvin mendongak ke arah Zenith. Wajahnya kembali cerah mendengar tawaran dari Zenith. Tentu saja ia mau. Tanpa di tawarkan pun Marvin akan datang untuk menemui pacarnya dan bermanja ria.

"Mau-mau. Kamu janji yah pulang sama aku. Pinky promise?" Marvin mengacungkan jari kelingkingnya pada Zenith.

Zenith menautkan kelingking mungilnya dengan milik Marvin dan mengangguk. Apa benar ini adalah manusia es bernama Marvin Brastama yang terkenal tegas, kaku, berwibawa dan tidak bersahabat itu?

Aduh, pengen gue gigit saking lucunya.

"Pinky promise"

𝕋ℍ𝔼 𝔸ℕℕ𝕆𝕐𝕀ℕ𝔾 𝕃𝔼ℂ𝕋𝕌ℝ𝔼ℝTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang