17

61 5 0
                                    

Makasih buat kalian yang setia baca dan like cerita ini 🥰🥰🥰
.
.
.
.

Please vote before you read!
.
.
.

Jangan lupa tandai yang typo yah.
.
.
.
.

Selamat membaca
🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗

******

Kini Zenith, Marvin dan Jaden sudah berada di apartemen Marvin yang super mewah dan lengkap. Dokter yang di hubungi oleh Marvin di perjalanan, tiba duluan untuk memeriksa kondisi Jaden. Setelah membaringkan Jaden ke atas ranjang dan di periksa oleh dokter, Zenith pergi ke dapur untuk membuat bubur ayam. Chef Arold yang selalu setia berada di dapur, membantu menyiapkan ayam sementara Zenith fokus ke bubur nya.

30 menit kemudian, Zenith masuk ke dalam kamar yang di tempati Jaden untuk menyuapi bocah itu makan. "Jaden, ayo bangun sebentar buat makan baru minum obat" panggilnya membantu Jaden bersandar pada sandaran kepala kasur lalu dengan telaten menyuapi keponakan Marvin hingga menghabiskan makanannya.

"Sini, minum obat nya"

Marvin mengambil bungkusan obat yang di belikan oleh orang suruhannya, hendak menyuapi Jaden tapi di tolak oleh anak itu.

"Nggak au. Pasti pait Om" Jaden menutup kedua mulutnya dengan dua tangan lalu membalikkan badan memunggungi Marvin yang hanya bisa mengelus dada menghadapi kelakuan anak kakak sepupunya.

"Nggak pahit kok, Jaden. Ini obatnya sirup, jadi pasti manis. Tuh lihat nih di dos obatnya ada tulisan rasa jeruk" Zenith menunjuk dos sirup obat Jaden yang di lirik oleh bocah itu datar.

"Nggak au, nanti pait"

"Nggak bakal pahit sayang. Tante janji deh sama Jaden. Kalau misalnya pahit, Jaden boleh minta apa aja sama tante"

"Oce deh. Ante yang uapin obatnya, gak au Om Marvin"

Marvin memasang tampang cemberut sembari memberikan obat di tangannya ke Zenith. "Ya udah, nggak usah. Om pergi aja kalau gitu"

Jaden tidak merespon dan hanya melirik sekilas Om nya yang melangkah ke arah pintu.

Dasar bocah laknat. Aku nggak di perdulikan ternyata. Rutuk Marvin saat Jaden sama sekali tidak berniat untuk mencegatnya pergi. Demi harga dirinya, ia memutuskan keluar dari kamar Jaden dan pergi ke ruang kerja.

Setelah menidurkan Jaden, Zenith keluar dari kamar membawa mangkuk dan gelas kosong ke dapur. Ke mana Marvin? Bodoh amat lah. Zenith tidak mau ambil pusing ke mana manusia berjenis aneh itu. Ia memilih untuk mencuci mangkuk dan gelas bekas Jaden.

"Kamu ngapain, Zen?" Suara bariton Marvin mengejutkan Zenith. Hampir saja mangkuk yang ada di tangannya tergelincir, kalau tangan satu nya tidak sigap meraih mangkuk itu.

"Cuci piring pak" singkatnya menaruh peralatan makan yang ia cuci bersih ke tempatnya. Baru dua kali Zenith memasuki dapur Marvin dan dirinya sudah menghafal lokasi barang-barang yang ada di dapur. Luar biasa, bukan?

"Kamu ngapain cuci piring? Harusnya di tinggal aja di sana, biar di cuci sama bibi"

"Nggak papa, pak. Bukan kerjaan yang berat kok" santai Zenith lalu mengambil segelas air untuk dirinya sendiri setelah mengeringkan tangannya.

𝕋ℍ𝔼 𝔸ℕℕ𝕆𝕐𝕀ℕ𝔾 𝕃𝔼ℂ𝕋𝕌ℝ𝔼ℝTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang