Request 2

25K 394 3
                                    

Pemuda berusia awal 30 berhadapan dengan cermin kamar mandi rumahnya. Pandangannya tertuju pada benda persegi panjang kecil yang ia pegang. Ia menghela napas, membuangnya begitu saja kedalam tempat sampah disamping wastafel. 

"Bangunlah, sudah pagi."

Tanpa basa basi, pemuda itu membuka tirai kamar dan menyelimuti ruangan remang itu dengan cahaya matahari. Seseorang yang masih menggeliat di ranjang tampak hanya menggeram pelan.

"Felix, kembalilah ke ranjang..."

"Kau libur, tetapi aku tidak libur. Ada siaran pagi ini," pemuda yang disebut Felix itu sibuk mencari pakaian yang ada di lemari. Ia mendapatkannya, menaruh di kasur dan bergerak untuk mengambil jam tangannya saat tangan kekar itu menarik tubuhnya hingga tubuhnya terbaring kembali di kasur, "aku harus bersiap."

"Dimana morning kissku?" Suara monoton pemuda itu terdengar lebih sexy saat ia baru saja terbangun dari tidurnya. Felix tersenyum, menarik leher belakang pria tersebut dan memberikan ciuman, membiarkan pria itu mendominasi sedikit sebelum secara sepihak melepaskan ciuman itu.

"Sudah."

"Masih kurang," Felix memutar bola matanya jengah, tidak peduli dan hanya berjalan menjauh dari pria tersebut.

"Kalau kulanjutkan, kurasa kita akan melakukan sex pagi, dan akhirnya aku dipecat karena siaran langsung ini tidak ada yang membawakan," ia mengenakan kemejanya, hendak menggunakan dasinya, namun ia selalu kesusahan untuk menggunakannya hingga langkah tegas itu mendekat, pria yang lebih tinggi darinya itu berdiri di belakangnya sambil memakaikan dasi yang susah digunakannya itu, "ah terima kasih."

"Siapa yang berani memecat kekasihku ini?"pria bertubuh besar itu mengakhiri dengan mengecup ujung dasi yang dikenakan Felix.

"Tidak ada yang tahu hubungan kita," Felix memutar bola matanya.

"Itu karena kau tidak mengizinkan."

"Tentu saja, karirmu lebih penting sekarang Tuan Ben. Sudah jangan cemberut, aku akan pulang malam ini," Felix berjinjit sedikit dan memberikan hadiah kecupan singkat untuk pria tersebut.

.
.

"Selamat pagi, Felix."

"Selamat pagi."

"Pagi."

Beberapa orang tampak menyapa pemuda berparas manis tersebut saat ia memasuki bangunan bertingkat tinggi. Felix adalah seorang pembawa acara muda yang manis dan populer akhir-akhir ini. Ia memiliki senyuman menawan yang cukup menjadi satu hal yang disukai oleh penonton.

"Kopi?"

Felix melihat Adam, temannya sejak SMA yang sama-sama bekerja sebagai penyiar. Ia memandangi gelas kertas yang dibawa Adam sebelum menggelengkan kepalanya. Kopi tidak baik untuk kandungan yang baru ia ketahui hari ini.

"Wah, lihat Mr. Benjamin," Felix berhenti berjalan begitu juga dengan Adam. Benjamin, pemilik perusahaan tempat Felix dan Adam bekerja. Ya, Ben--pria yang berada satu ranjang dengannya pagi ini. Ia dan juga Ben memang memiliki hubungan spesial. Entahlah, mereka tidak bisa dianggap sepasang kekasih, namun tinggal satu ruangan bahkan melakukan sex rutin setiap minggunya.

Tidak ada kata 'pacar' yang terlintas oleh mereka. Toh, mereka berdua sama-sama sudah berumur. Berpacaran bukan lagi hal yang ada didalam pikiran mereka. 

"Dari hanya perusahaan kecil yang dibangun 10 tahun olehnya, menjadi perusahaan komunikasi terbesar. Benar-benar hebat," Adam memandang foto di salah satu berita yang ditayangkan di layar lebar bangunan tersebut. Dan Felix hanya bergumam.

Birth Story of Male PregnancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang