With Best Friend

42.6K 820 34
                                    

princehaewonsung kelewatan :") yang ini kan?

"Lebih baik?"

Ia baru mengenal kedua temannya itu beberapa minggu yang lalu, saat kedua orang tuanya mengusirnya karena kehamilannya. Ia juga drop out karena sekolah tidak ingin menanggung aibnya. Dan ia berakhir di sebuah kamar kos yang dihuni oleh tiga orang termasuknya.

Dua lainnya adalah Octavius dan juga Gerald.

Namun, mereka bahkan segera menerima keadaannya dan membantunya dalam keadaan seperti saat ini. Di masa labornya, saat mereka terjebak di kamarnya. Octavius membantunya dan membiarkan tubuhnya bersender pada tubuh bidang pemuda itu. Gerald yang berusia 2 tahun diatasnya adalah mahasiswa kedokteran, dan ia berada didepannya yang membuka lebar kakinya, sambil melihat progres kelahirannya.

"Thanks... aku tidak tahu jika tidak ada kalian."

"Tidak masalah, kita harus saling membantu bukan?" Octavius tampak tertawa pelan, dan Gerald yang memang tipikal nerd pendiam tampak hanya mengangguk saja, "apakah sakit?"

"Hanya saat... ada kontraksi--augh, oke satu itu sangat sakit," ia menggeliat tidak nyaman saat kontraksi terakhir terasa. Octavia hanya mengusap peluhnya sementara Gerald tampak mengusap bagian paha dalamnya untuk mengurangi rasa sakit. Ia tertawa pelan, "kalian jauh lebih baik daripada--nggh... daripada ayah bayi ini. Ia meninggalkanku karena aku tidak normal. Maksudku, tentu--seolah tidak cukup dengan kenyataan aku gay, dan ia hanya menginginkan sex denganku, aku laki-laki dan memiliki birth canal. I'm so freak."

"Itu hanya karena kekasihmu seorang yang brengsek. Kalau saja ia melihat sekarang bagaimana kau berjuang untuk melahirkan anak kalian, jika ia pria yang baik maka ia akan merasa bersalah," Gerald tampak bergumam dan menghela napas. Octavia hanya mengangguk dan mengusap kembali peluh di wajah Mark. Mark kembali merasakan kontraksi saat itu membuatnya menutup matanya erat dan menggigit bibir bawahnya.

"Kontraksimu sudah sangat intens," Gerald membenahi sarung tangan karetnya dan tampak mengecek jalan lahir pria didepannya. Satu hal yang segera membuat Mark menyerengit dan refleks mencengkram bahu Gerald dan menutup kedua kakinya, "ini memang tidak nyaman, tetapi kita harus tahu apa kau siap untuk melahirkan atau tidak."

Gerald menyadari jika Mark tampak gemetar dan menggeleng. Ia terdiam, tampak memikirkan apa sebabnya sebelum Octavius tampak menyadarinya.

"Kau... trauma?"

Mark tampak sedikit tersentak dan menatap Octavius. Ia adalah seorang mahasiswa psikologi yang tentu saja mempelajari tentang beberapa hal mengenai orang-orang yang mendapatkan kekerasan seksual seperti Mark.

"Gerald tidak akan melukaimu. Ia hanya ingin membantumu," Octavius tampak tersenyum dan menatap dengan raut wajahnya yang lembut dan menenangkan. Dan Gerald segera sadar hal itu.

"Untuk sekali ini, percaya padaku," Gerald tampak memegang tangan Mark yang mencengkram bahunya dan menatapnya dengan tatapan serius, "aku tidak akan melakukan apapun jika itu bukan untuk membantumu."

Mark menjadi tidak percaya pada orang lain setelah apa yang ia alami selama 8 bulan ini. Mulai dari saat pemerkosaannya, hingga pembullyan yang dilakukan oleh teman-teman lamanya dan bagaimana kedua orang tuanya mengusirnya dengan kejam. Namun, entah kenapa ia tampak merasa tenang bersama keduanya dan ia segera rileks, membiarkan Gerald membuka kedua kakinya. Kali ini Gerald menyentuhnya perlahan, ia hanya menutup matanya dan menyerengit setiap sensasi tangan pemuda itu yang menyentuh jalan lahirnya. Octavius mencoba membisikkan kata-kata penyemangat dan penenang untuknya yang entah bagaimana terasa sedikit membantu.

Birth Story of Male PregnancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang