Hai, ketemu lagi. Semoga sehat-sehat selalu. Belakangan mulai marak varian virus baru, jangan lupa prokes dan terapkan 5M. Buat yang suka nyantuy dan mager, sini-sini aku temenin 🤗
Ayo selalu berikan dukungan untuk tulisan ini, karena partisipasi pembaca turut berperan dalam perjalanan cerita ini menjadi lebih baik lagi.
Kuy tetap produktif dan selalu optimis!Happy reading,
***
Pagi hari di rumah tangga kerajaan Sancang masih sama sibuknya dengan hari-hari biasa. Mbok Dalem* yang mengawasi divisi pelayanan sibuk menginstruksikan bawahannya untuk merapikan tanggungjawab kerja masing-masing. Pelayan kecil bergerak seperti lebah pekerja yang teratur mempersiapkan sarang, terus berhati-hati agar rotan yang dipegang oleh Mbok Dalem tidak sampai menyentuh punggung mereka. Bekerja di rumah tangga kerajaan sebagai junior jelas bukan hal yang mudah, tetapi apa dikata bahwa dengan tunjangan setinggi pohon kelapa, pekerjaan ini berhasil menjadi primadona di negeri besar Sancang.
(Nyonya Kepala Pelayan)
Wajah-wajah pias bisa terlihat di mayoritas pekerja, hari ini Ibu Suri mengumumkan persiapan Istana Sareh sehingga Mbok Dalem berubah menjadi sangat berhati-hati, khawatir terjadi kesalahan yang mengakhiri karier di istana, alhasil situasi kerja terasa lebih mencekam dari hari-hari normal.
"Semua menu ini, kalian harus membawanya ke Istana Sareh. Pastikan semuanya tersaji dengan baik!"
"Nggih, Mbok!" Koor junior. Rotan bukan lagi topik utama, tetapi pisau algojo langsung! Nyawanya dalam ambang kematian jika terjadi kecelakaan, hilanglah kepala!
Semua harus sempurna.
Rombongan pelayan berjalan sesuai jabatan pengadilannya. Mereka berbaris rapi sambil membawa perkakas sesuai perintah. Awalnya semua masih normal sampai gerbang terbuka--luar biasa padat!--hilir mudik pelayan memenuhi ruang. Ada yang menata furnitur, membereskan taman, fentilasi, dan lainnya. Benar-benar pembenahan besar!
Rombongan masih berjalan menuju sisi lain yang lebih hening, kemudian saling berpencar menjadi kelompok dua-dua. Tersisalah dua pembawa tonik ke ruangan dalam. Melirik ke kanan dan kiri, seorang pelayan berpita kuning berbisik pada rekannya yang berpita biru, "apakah itu permaisuri yang berbaring?"
"Sst! Turunkan suaramu. Jaga jarak, jangan berani mendekat!" Teman di sisinya menimpali, takut jika Mbok Dalem memergoki. Ini kali pertama di hidup keduanya melayani orang penting sekelas ratu, tentu dia harus berhati-hati.
"Saya hanya penasaran, seperti apa kenampakan Permaisuri kami. Tidakkah Anda mendengar bahwa dia adalah bunga negaranya?"
"Jangan macam-macam. Mbok Dalem tadi sudah menjelaskan bahwa Permaisuri sedang beristirahat. Redam suara!"
"Wah, kakinya bahkan bersinar--ah, kenapa Anda memukul?"
Si Biru sudah kehilangan kesabaran, "diaaam. Bagaimana Anda berani menatap?!" Berdesis.
"Ini sakit. Saya kan hanya penasaran. Wah, kaki itu sangit cantik meski masih terbalut gaun tidur. Tapi-tapi, Anda mendengar kabar hari ini?"
"Kabar apa?"
"Permaisuri terbaring saat ini sebagai efek penyerangan oleh Kelompok Putih!" Kata Si Kuning. Berusaha menarik perhatian rekannya yang sibuk menata jamu di meja bermeter-meter dari ruang dalem.
Tangan Biru berhenti, "benarkah? Pemberontak itu? Bukankah Raja sudah turun tangan untuk berkonsiliasi?"
Si Kuning kebetulan suka direspon, dia menjadi lebih semangat, "itu tidak benar. Mereka itu pemberontak sejati, bagaimana bisa disembuhkan. Katanya rombongan bahkan berhasil diluluh-lantakkan. Betapa mengerikan!" Bergidik, "Saya juga mendengar dari pelayan kecil di sisi Ibu Suri bahwa beliau sampai mengutus tangan kanannya demi membantu penyelamatan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden
Historical FictionDia adalah keturunan biru yang membaur dengan rakyat jelata. Wajah menawan, otak cemerlang, jiwa yang kuat, dan rendah hati siapa pria yang mampu menolaknya! Tutur kata begitu lembut namun tegas dan garang memimpin pasukan. Sungguh Jagad Dewa teng...