Sugeng dalu, Para Pamiarsaa.
Lega betul bisa nyapa kalian semua, apa saja yang sudah kalian lakukan di rentang waktu ini?
Ada yang masih bingung dengan tata bahasa Ratri?
Sedikit info, ya, jadi aku sekali sama cerita terjemahan, alhasil mayoritas diksinya jadi ikutan. Aku juga sering banget gemes sama author yang jarang update part ceritanya padahal banyak loh dukungannya, aku mau mengapresiasi sekali sama Pamiarsa yang berkenan singgah, kasih masukan atau yang sekadar kenalan.
Jangan takut buat berinteraksi sama aku, ya, bantuan kalian sangat dibutuhkan dalam perkembangan cerita ini.
Selamat membaca...
***
Kuku kuda terdengar ribut berkejaran sepanjang jalan menuju lereng yang jarang terjamah oleh manusia. Berpasang-pasang anak panah terbang mengejarnya yang sedang dilanda gundah sepanjang malam, ia tidak diizinkan berlarian keluar. Penjaga sialan yang dikirim oleh istana rupanya melaksanakan tugas dengan sangat baik, sehingga Raja Boneka ini berhasil terjerambab lagi.
"Durmadi itu! Benar-benar tidak kompeten!" Katanya bergelantungan di dahan.
Kuda yang ia dapatkan dari pasar hewan tergelincir ke jurang berkat panah bidikan yang mengenai hewan malang itu. Menghela napasnya, Sanu merindukan Sembrani, kuda paling hebat yang pernah ia kendarai sepanjang hidupnya.
Tidak jauh dari gerutunya, bayangan hitam jatuh di dekat dahan tempatnya menyelamatkan jiwa dari maut, berkata, "Yang Mulia, silakan kembali ke Istana Hutan." lalu menebas ranting itu ke sisi paling landai, membiarkan Sanu jatuh dengan sedikit lebih manusiawi.
"Tidak bisakah Istana memberikanku kuda yang lebih baik?" Sanu mengangkat dagunya tinggi-tinggi, seolah melupakan fakta bahwa ia diturunkan dari dahan secara tidak elegan.
Kepala Penjaga yang memegang senjata mirip katana itu menunduk di atas dahan, "..."
Sanu lalu membuka kerudung hitamnya, "benar-benar Durmadi tidak berguna."
"Kami akan mengirimkan tandu agar Yang Mulia cepat menemui tabib di Istana Hutan." Si Kepala Penjaga
"Tidak perlu. Aku sudah kehilangan semangat."
Mendapatkan peran sebagai raja nyatanya membuat Sanu banyak menganggur, ia yang diisolasi ke dalam hutan, perlahan-lahan terbiasa mencari kesibukan dengan bermain-main di sekitaran jurang. Jika beruntung, maka ia bisa pergi ke desa-desa atau pelabuhan, tidak jarang mengunjungi pasar rakyat--tentu saja dengan pengawalan ketat--atau jika ia beruntung maka Sanu berkesempatan menyusup ke ibukota dan melihat Istana dari jarak dekat.
Malam ini adalah salah satu triknya, sayang sekali Ki Barep, kakak Ratu Bandagiri, buru-buru mengubah kepala penjaga yang mengawal tempat ini. Salah Sanu juga nekat membawa pergi Ratri ke Dermaga tempo hari sehingga pelariannya jadi ketahuan. Setiap tindakan ada konsekuensinya, setiap Sanu ketahuan maka inilah akibatnya, ia akan diperketat selama berminggu-minggu.
"Panggilkan Durmadi."
"Durmadi melapor, Yang Mulia."
"Mengurus urusan ku saja tidak becus?!"
Yaampun, baru pulang langsung menegang.
"Ampun, Yang Mulia, harap bersabar sedikit lagi, Gumiwang sedang membuka jalan baru agar Yang Mulia bisa pergi ke Istana dengan leluasa." Durmadi berbisik di telinga rajanya.
"Kau pikir aku terlalu luang sampai bermain-main begini?"
Durmadi ingin menjawab, "iya." Toh pada dasarnya Raja Muda itu dilarang mendekati politik, padahal seorang Raja mana yang pekerjaannya bukan politik? Akhirnya kesehariannya hanya menyalin kitab atau membuat peta wilayah di siang hari dan bermain-main di malam harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden
Historical FictionDia adalah keturunan biru yang membaur dengan rakyat jelata. Wajah menawan, otak cemerlang, jiwa yang kuat, dan rendah hati siapa pria yang mampu menolaknya! Tutur kata begitu lembut namun tegas dan garang memimpin pasukan. Sungguh Jagad Dewa teng...