Wilujeng dalu, Para Pamiarsa,
Sudah turun hujan?
.
.
.
..
Selain Raden Pandji, Ratri memiliki satu lagi kakak bergelar Bandara Raden Mas Harya Danu, putra sulung Maharaja yang memimpin kerajaan kecil di perbatasan. Perbedaan usia yang cukup jauh membuat kedekatan Ratri dan Raden Danu tidak sebaik kebersamaan Ratri dengan Raden Pandji. Meski demikian baik Si Sulung maupun Putra Tengah itu sama-sama akan melakukan segalanya demi mendukung Ratri Si Bungsu.
Raden Danu adalah figur pemimpin bijaksana. Kerajaan yang baru ia pimpin beberapa tahun telah berhasil menjadi sentra produksi sutra paling modern di Rindusiwi sehingga menyumbangkan upeti terbesar kedua di antara negara-negara bawahan lainnya. Ia sekaligus peracik strategi perang yang disegani bangsa lain termasuk Kerajaan sebesar Sancang sekalipun. Danu itu tanpa ampun, karisma Maharaja menurun sembilan puluh persen kepadanya. Di antara tiga bersaudara memang Danu yang begitu menyerupai Maharaja hingga ke suara. Keuntungan ini sering ia dan adik-adik gunakan untuk menekan beberapa pelayan nakal di istana. Paling sering menjadi korban adalah pengawal gerbang ketika Danu, Pandji, Ratri kecil menyelinap ke luar.
Menurut silsilah sebagai anak lelaki pertama, Danu adalah penerus utama. Suksesor tahta di urutan nomor satu yang hingga kini belum diangkat menjadi putra mahkota, entah mengapa. Maharaja seakan sengaja menggantungkan kekosongan kursi ini begitu saja. Konon akibat hubungan ayah dan anak yang tidak harmonis. Dibanding menunjuk sebagai putra mahkota, Maharaja justru memberinya satu wilayah kerajaan kecil. Semua orang tertegun, memang benar untuk menebak pikiran raja seperti mencari potongan kecil daun di tengah tumpukan jarum. Lebih sulit daripada mencari jarum di tumpukan daun yang ujung nya tumpul.
Danu, Pandji, Ratri, tahu betul perangai ayahnya sehingga tidak terlalu kaget. Meski tiga bersaudara mirip satu sama lain, Pandji dan Ratri memiliki dominan kepribadian dari Ibunda Ratu sehingga tidak lebih impulsif dari Danu yang bisa berdebat sengit menentang Maharaja. Danu adalah versi mini dari Maharaja, mereka tak ubahnya bayangan cermin ketika satu mengangkat tangan kanan maka satunya lagi justru memilih tangan kiri. Ketika Maharaja memutuskan suatu hal maka Danu menjadi orang pertama yang menentang apabila itu tidak sepemikirab. Begitu seterusnya. Ketidakcocokan bertambah parah ketika Maharaja menikahi Selir Narmi yang dulunya sangat menggilai Danu, putri kerajaan seberang itu agaknya membawa 'bumbu' di tengah persoalan. Belum lagi pernikahan paksa Ratri membuat lelaki itu bertambah murka. Ia seperti ingin membunuh ayahnya sendiri. Ratri khawatir karena Danu sangat sensitif dan belakang sulit dikendalikan. Ada beberapa pihak yang menyulut perubahan sikap kakak pertama Ratri itu.
Pemegang kayu bakarnya tak lain adalah anak buah Ki Barep yang berhasil memboyong Ratri. Ancaman perang di tengah situasi nasional yang buruk memang membuat gadis itu tak berdaya, tetapi penyusup yang dimasukkan untuk menghancurkan hubungan ayah dan kakaknya lah yang membuat ia mantap menyandang status permaisuri jauh-jauh ke negeri Sancang.
"Saya bahkan meragukan penilaian bertahun-tahun saya terhadap Anda, Paduka."
Ucap Ratri berterus terang, "bisakah seseorang berubah tetapi tetap terasa familiar?"
Sanu mengepalkan tangan di balik punggung. Lelaki itu selalu tak nyaman dengan topik semacam ini.
"Kalau begitu tidak bisakah Anda mengubah pandangan masa lalu ke masa kini? Permaisuri ku tidak boleh menjadi wanita pendendam."
"Setelah apa yang Paduka lakukan, membohongi gadis tidak berdosa dan mempermainkan nasibnya sepanjang hidup?"
Sanu tersenyum memasang caping ke kepala Ratri. Tentu dengan sedikit paksaan lantaran istrinya begitu memusuhinya, "tenang dulu. Bukankah Anda sudah lama tidak keluar? Saya akan secara khusus membawamu ke suatu tempat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden
Historical FictionDia adalah keturunan biru yang membaur dengan rakyat jelata. Wajah menawan, otak cemerlang, jiwa yang kuat, dan rendah hati siapa pria yang mampu menolaknya! Tutur kata begitu lembut namun tegas dan garang memimpin pasukan. Sungguh Jagad Dewa teng...